Pagi yang cerah, mentari sudah terbit untuk menyinari bumi dengan cahaya hangatnya. Namun atmosfer di dalam rumah keluarga Rajendra sangat dingin. Mereka masih berduka atas kepergian Romi, terutama Elena. Wanita itu masih terpuruk dalam kesedihan, tak rela jika sang pujaan hati pergi secepat ini.
Acara pemakaman pun digelar. Mereka berkumpul untuk mengantar Romi ke tempat peristirahatan terakhirnya. Berpakaian serba hitam sebagai bentuk kesedihan.
Nathan juga turut hadir di sana. Meskipun semenjak ia datang, Ibu dan saudaranya tak menganggapnya ada. Mereka masih menduga jika Nathan adalah pelaku yang menaruh racun pada minuman Romi.
Acara pemakaman diakhiri dengan menaburkan bunga di atas pusara Romi. Satu persatu dari mereka mulai menaburkan bunga. Nathan juga sama, ia ingin menaburkan bunga tetapi dengan cepat Rega menghalanginya.
"Kau tak pantas untuk menaburkan bunga di atas makam Papa, karena kau adalah penyebabnya berada di sini,"katanya.
"Aku juga anaknya, Kak. Aku berhak," ucap Nathan.
"Jangan buat keributan di sini, Nathan!" sahut Nada.
Nathan meraih tangan Nada. "Kakak percaya kan sama aku. Bukan aku pelakunya, Kak."
"Kakak tidak tahu, Nath. Tapi Kakak yakin jika pelakunya hadir saat ini," balas Nada.
"Lihatlah keadaan Mama, Nath. Dia tidak berhenti menangis sejak semalam. Aku tidak bisa melihatnya seperti itu, Nath. Aku--" Nathan langsung memeluk Nada. Ia kembali menangis.
"Maaf, Kak. Memang seharusnya aku tidak datang kemarin,"
***
Suara tangisan masih terdengar, kesedihan mereka belum usai. Sampai-sampai langit pun ikut bersedih dan siap meneteskan air matanya.
Ketujuh putra Nathan berada sedikit jauh dari makam Romi. Nathan yang menyuruh mereka untuk menunggu disitu karena situasi yang tidak baik diantara keluarganya.
Ketujuhnya tidak menangis, mereka hanya diam menyaksikan kesedihan orang-orang di depan sana. Jika ditanya apakah mereka tidak merasa kehilangan? Maka jawabannya adalah tidak, mereka juga merasa sedih atas kepergian Romi. Namun mereka tidak ingin terlalu larut dalam kesedihan.
Air mata palsu, untuk apa mereka pura-pura menangis? Batin salah satu dari mereka yang melihat ada orang yang tersenyum disela tangisnya.
Perlahan tetesan hujan mulai jatuh membasahi bumi. Semua orang memutuskan untuk kembali ke rumah.
~•000•~
Seminggu kemudian, mereka tampak lebih membaik, sudah bisa menerima kenyataan bahwa Romi telah pergi. Mereka kembali memulai aktivitas seperti biasa.Minggu pagi yang cerah, karena ini adalah hari libur, jadi seluruh anggota keluarga berada di rumah. Mereka ingin istirahat walaupun hanya sehari.
Setelah selesai sarapan, Nathan dan Aluna pergi keluar untuk belanja bulanan sekalian menghabiskan waktu berdua katanya. Itung-itung mau menghibur diri. Awalnya Juna dan Archie ingin ikut, tapi Nathan langsung melarangnya. Katanya, "Mending kalian di rumah saja. Nanti kalian kecapekan kalau ikut."
Hal itu tentu saja membuat mereka merajuk, tapi Nathan tidak peduli. Paling nanti juga baikan sendiri.
Sekarang di rumah ini hanya ada ketujuh anak bapak Nathan dan tiga orang pekerja. Dua orang bertugas untuk membersihkan rumah dan yang satu bertugas untuk menjaga gerbang.
Maven dan Leo masih berada di dalam kamarnya, mereka sama sekali belum keluar bahkan tadi tidak ikut sarapan, mungkin mereka masih tidur karena semalam begadang bermain game.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKUNA
FanfictionKisah 7 anak yang hidup terpisah karena ada suatu masalah yang mengharuskan mereka untuk dititipkan pada saudara dari papa mereka sejak kecil. Sejak itu mereka memiliki pengalaman yang berbeda-beda kemudian membentuk sebuah kepribadian atau kebiasaa...