Suasana rumah sekarang sangat sepi, karena hanya tersisa dua orang di dalamnya. Maven dan Aluna memutuskan untuk menonton film di rumah. Mereka malas keluar karena cuaca hari ini sangat panas.
Menonton film sambil ngemil adalah ide bagus. Sesekali mereka juga mengobrol dengan berbagi cerita.
Maven tersenyum tipis melihat ekspresi bahagia Aluna. Akhirnya setelah sekian lama dia mendapat waktu berdua dengan Mamanya, dia sangat bahagia. Rasa rindunya sudah terobati.
"Maven,"panggil Aluna.
"Hm? Mama butuh sesuatu?"balas Maven.
Aluna tersenyum,"Nggak. Mama cuma pengen kamu jujur,"
Maven mengerutkan dahinya,"Tentang?"
"Selama tinggal sama Om Rega kamu gimana?"
Maven terdiam. Pertanyaan yang ingin dia hindari akhirnya terucap dari bibir Aluna, dia bingung harus menjawab apa.
"Maven?"panggil Aluna.
"A-aku baik-baik aja kok, Ma. Yaa hampir mirip saat aku masih disini dulu. Selalu bangun pagi,pergi ke sekolah,belajar,bermain-"
"Kalau bicara tatap mata Mama, Ven." Aluna mengalihkan tatapan mata Maven ke arahnya.
Maven menatap mata Aluna,"Udah."
"Ya jawab. Harus jujur!"
Maven berpikir keras, bagaimana cara untuk menghindari pertanyaan ini. Ah, dia tahu.
"Maven laper,Ma..." Maven merengek seperti anak kecil, mencoba mengalihkan pembicaraan.
Aluna melihat jam di tangannya,"Baru jam 10 kok udah laper lagi?"
"Tadi Maven makan-nya dikit, masih laper..."
"Yaudah. Mau makan di luar atau delivery aja?"
"Mau dimasakin Mama!"
Aluna mengusak gemas rambut Maven, "Maven mau makan apa?"
"Apa aja asalkan Mama yang masakin,"
"Bisa aja kamu,"
Mereka berdua melangkah menuju dapur. Melihat apakah masih ada stok bahan makanan di kulkas.
"Cuma ada telur, Ven. Kamu mau?"ucap Aluna. Stok bahan makanannya hanya tersisa telur, dia belum pergi belanja untuk bulan ini.
"Iya Mama." Maven masih bertingkah seperti anak kecil. Hari ini ia ingin full manja pada Aluna, mumpung adik-adiknya gak ada. Kesempatan yang bagus! Tak boleh terlewatkan!
Aluna segera berkutat dengan masakannya. Ia tak mau anak sulungnya menunggu terlalu lama.
Aluna sebenarnya merasa heran, mengapa Maven tak mau bicara jujur padanya? Ia tahu,semua yang dikatakan Maven tadi bohong. Aluna yakin, Maven pasti menyembunyikan sesuatu. Tapi sudahlah,ia tak mau memaksa anaknya untuk bercerita. Nanti Maven pasti akan memberitahunya juga.
Ponsel Aluna tiba-tiba berdering, ada telepon masuk.
"Maven, Mama mau angkat telepon dulu. Ini telurnya nanti dikasih garam dan jangan lupa dibalik, ya!" Aluna pergi untuk mengangkat telepon.
"Loh, Ma. Maven gak bisa! Gak tau caranya!"gelisah Maven. Pasalnya dia tak pernah menggoreng telur, ya...karena tidak tahu caranya.
Maven mencari dimana toples garam berada. Setelah membuka laci di sebelahnya, Maven menemukan dua toples.
"Ini garamnya yang mana,ya?" Maven kebingungan melihat kedua toples itu. Akhirnya ia memilih untuk mencoba satu persatu.
Setelah menemukan garam,lalu Maven menaburkan garam tersebut di atas telur. Semoga tidak kebanyakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/360271916-288-k438435.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKUNA
Fiksi PenggemarKisah 7 anak yang hidup terpisah karena ada suatu masalah yang mengharuskan mereka untuk dititipkan pada saudara dari papa mereka sejak kecil. Sejak itu mereka memiliki pengalaman yang berbeda-beda kemudian membentuk sebuah kepribadian atau kebiasaa...