"Tiga puluh lunar," Zale berkata sambil menumpuk tiga uang koin diatas meja, tepat di samping cangkir tehnya yang masih penuh."Tangkap seekor ikan dari kolam dengan tangan kosong dan bawakan padaku." Itu perintahnya pada Elle.
Saat mendatangi Zale, Elle mendapati pria itu sedang duduk di paviliun yang berada di tengah-tengah kolam berisikan berbagai macam tanaman air namun didominasi oleh teratai merah muda sambil menikmati secangkir tehnya.
Lalu tiba-tiba di mengeluarkan kepingan uang dan menyuruh Elle untuk menangkap seekor ikan jika mau dibayar tiga puluh lunar secara tunai.
"Cherry, kau mendengarku?"
Elle memasang wajah masam sebelum akhirnya melepaskan sepasang sepatu dari kakinya lalu masuk ke dalam kolam dengan air setinggi lututnya itu hati-hati agar tak terpleset.
"Cepatlah, hari mulai gelap." Interupsi Zale dari atas, ia perhatikan Elle yang saat ini sedang menggeser-geser bunga teratai dan mencari ikan sesuai perintahnya.
Elle mendongak sekilas untuk melihat Zale yang duduk santai di paviliun sesaat sebelum melanjutkan kegiatannya sambil mengomel dalam hati, namun lagi-lagi tidak apa-apa karena nanti Elle akan dapat tiga puluh lunar sebagai bayaran.
"Yang aku butuhkan hanya uang, uang, dan uang." Tekad Elle dalam hati membuatnya jadi semakin bersemangat mengitari kolam untuk mencari ikan yang sedari tadi belum ia temukan sama sekali.
Pakaian yang Elle gunakan sudah basah sebagian, noda darah bekas bersih-bersih dari pagi sampai siang juga masih ada dan sepertinya akan menjadi permanen namun ikan tak kunjung muncul.
Elle masih berpikir positif, ia mendekat ke area bawa paviliun dan mengacak-acak air yang berada di dekat sana lalu menemukan seekor kata berukuran besar hingga di punggung tangannya.
Seketika Elle terkejut, ia reflek mengibaskan tangan secepat kilat juga mundur menjauh sampai terpleset akibat licinnya lantai kolam dan berakhir tercebur. Seluruh pakaiannya basah kuyup, Elle tidak dapat menghindar dan kini Zale terlihat menahan kedutan senyum di sudut bibir ketika Elle menatap ke arahnya karena sadar sedang diperhatikan sedari tadi.
"Sudah dapat?" Zale bertanya.
"Belum, Yang Mulia." Jawaban Elle sangat memuaskan bagi Zale. "Masih dalam proses, mohon tunggu sebentar lagi."
Sayangnya ditunggu selama apapun, Elle tak kunjung menangkap seekor ikan. Bahkan setelah mengacak-acak tanaman yang di kolam, Elle masih belum dapat apa-apa.
Kedua tangannya mulai keriput pada bagian ujung jari, menandakan kalau Elle mulai kedinginan. Dia harus segera keluar dari kolam jika tidak mau membeku. Oke, itu sedikit berlebihan tapi tetap saja airnya lumayan dingin dan Elle sudah berada di dalamnya selama satu jam hanya untuk seekor ikan.
"Waktumu habis." Pungkas Zale sembari bangkit dari duduk dan menepuk-nepuk bagian pakaiannya yang kusut.
Elle menatap Zale frustasi. "Yang Mulia, saya tidak dapat satupun ikan."
"Aku tidak bilang ada ikan di kolam itu."
"Maaf?"
Senyum tipis menyebalkan Zale muncul di bibir dan dengan nada yang tak kalah menyebalkan dia menanggapi Elle. "Aku tidak bilang ada ikan di kolam itu, aku hanya memintamu menangkap seekor jika ada."
"Apa?" wajah Elle mendadak syok berat. "Anda tidak bilang begitu sebelumnya, anda bilang tangkap seekor ikan di kolam--"
"Aku peduli?" potong Zale licik.
Ditengah situasi Elle yang sedang berusaha mencerna perkataan Zale, pria itu mengambil kembali tiga puluh lunar koin yang tadi dia susun diatas meja lalu menghampiri Elle untuk memberikan satu keping koin yang jumlahnya sepuluh lunar.
KAMU SEDANG MEMBACA
39th
Fantasy"Jangan pernah berpikir kau bisa lari dariku, tak akan terjadi sekalipun dalam mimpi." ~ Zale Mitnar, pria brengsek yang mengambil satu gadis dari tiap provinsi di Minar untuk dijadikan 'wanitanya' selama sebulan sebelum akhirnya ia bunuh. Timeline...