35 | Observe it

6.2K 682 47
                                    

"Yang Mulia, kau tidak harus--"

"Harus!" Pria itu memotong tegas ucapan Elle. "Aku tak ingin dianggap hanya bisa tidur diatas kasur, makan, minum, dan melakukan tidur lainnya."

Mencoba untuk tidak membenarkan ucapan pria itu, Elle memilih merotasikan bola matanya malas saat terpaksa harus menunda pelarian karena Zale mau pamer kehebatannya dalam pertarungan satu vs beberapa orang sekaligus.

"Kapan kau selesai?" Elle mulai bosan menyaksikan Zale terlibat perkelahian singkat.

Mudah sekali bagi pria itu untuk melumpuhkan beberapa prajurit sekaligus yang tadi sempat mengepung dirinya dan kini Zale berhadapan dengan ksatria tingkat I yang dilantik olehnya beberapa waktu lalu.

"Kita kabur saja." Bak tak memiliki gairah hidup, Elle menghela nafas kasar.

Duduk tak jauh dari Zale dan menopang dagunya dengan tangan kanan. "Kita sebaiknya pergi sebelum lebih banyak lagi yang datang."

Zale menoleh sekilas pada Elle di tengah pertarungannya dengan Miro, lelaki yang menjadi lawannya itu terlihat kewalahan. Kemampuan Zale sudah pasti jauh diatas mereka semua karena ia sejak kecil dipersiapkan untuk menjadi seorang Raja sampai akhirnya tahta itu sama sekali tidak berarti untuknya, tidak membantu kesembuhan traumanya, dan disinilah ia berada masih dengan kehidupan yang tidak ada ambisi untuk hidup sama sekali.

"Aku mencoba mencarinya."

"Ha?" Beo Elle tak paham.

Zale menggeleng, berhasil menakan tinju yang Miro layangkan ke wajahnya lalu membuang pukulan lelaki itu ke samping.

"Elias memerintahmu?"

Miro tidak menjawab, dia menatap Zale tajam. "Yang Mulia memerintah saya, siapapun itu."

"Elias, ya..." Zale mengangguk-angguk. "Kau lupa siapa yang melantikmu ke posisi sekarang?"

Miro menggeleng. "Saya akan mengingatnya seumur hidup saya."

Perlahan Miro berhenti menyerang Zale, menepati kata-kata mengenai dia akan mengingat seumur hidup seseorang yang telah membuatnya berada di posisi ini.

"Saya tak tahu harus menyebutnya apa; Pangeran Mahkota atau Yang Mulia untuk Raja, dia memerintahkan kami membawa Anda kembali ke istana." Ujar Miro memberitahu seluruh informasi padanya. "Tapi anda melumpuhkan semua orang."

"Ajak mereka kembali." Zale mengambil selangkah mundur untuk memberi jarak antara ia dan Miro.

"Saya tidak bisa kembali dalam keadaan... sehat." Miro menunjuk dirinya sendiri dari atas ke bawah.

"Itu akan sangat mencurigakan saat yang lainnya terluka dan saya baik-baik saja." Ucapnya.

Zale menyeringai usai mendengar ucapan Miro. "Kau memberi izin?"

"Saya punya pilihan?"

"Tentu."

Zale mengambil pedang yang tergeletak tak jauh darinya, mengenggamnya erat lalu menusukkan ujungnya ke perut kanan Miro. Bukan tusukan yang dalam namun sukses membuat darah segar keluar banyak dari sana.

"Cukup? Mau lagi?"

"Yang itu akan membunuh saya, Yang Mulia." Kekeh Miro.

Zale mengangguk, sebelum pergi ia tepuk bahu Miro beberapa kali. "Saat aku masih hidup nanti, kuberikan kau gaji yang lebih banyak."

Miro lalu mengambil alih pedang yang menusuknya dari tangan Zale, tersenyum kecil dan membalas. "Saya tidak menyukai anda, tapi saya harap anda kembali hidup-hidup."

39thTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang