"Salam Yang Mulia, selamat pagi dari saya." Sua tersenyum manis sambil meletakkan nampan berisi sarapan yang ia berikan lebih awal hari ini sesuai dengan permintaan Zale.
Dilihatnya pria itu sedang duduk di sofa kesayangan sambil mengangkat satu kakinya lalu merespon dengan anggukan.
"Kalau begitu saya permisi--"
"Panggilkan Elle."
Sua mengerutkan dahi, ini masih terlalu pagi untuk jam kerja pelayan kamar yang ketetapannya dibuat sendiri oleh Zale sudah sejak lama dan mungkin gadis itu masih terlelap di dalam mimpi sekarang.
"Sekarang juga." Tegas Zale saat dirasa Sua terlihat ragu.
Lantas gadis itu mengangguk mantap dan pamit lalu secepat mungkin dia meminta pelayan lain yang berlalu untuk menyampaikan pesan berantai dari satu pelayan ke pelayan lain mengenai Elle yang diminta datang menemui Zale sekarang juga.
"Panggil Elle!" Para pelayan yang saling berpapasan langsung menyuruh pelayan lainnya untuk menyampaikan pesan tersebut.
"Elenoria, panggil Elle."
Elenoria mengangguk, dia berlari menuju dapur dan bicara pada salah satu pelayan disana namun didengar oleh semua pelayan.
"Elle! Panggil Elle!"
Satu dari pelayan dapur berlari keluar menuju bangunan terpisah di bagian belakang istana, masuk ke dalam dan berteriak di kuat-kuat di aula.
"ELLEEEEEE!!!"
"KAU DIPANGGIL!!!"
Deg! -- kedua mata Elle langsung terbuka seketika, ia terbelalak saat namanya dipanggil sampai ke alam mimpi. Dimana saat ia sedang menyantap seblak level 999 tiba-tiba pemiliknya ancang-ancang datang bersama satu panci kuah seblak hendak menyiram Elle sambil meneriaki namanya dan ternyata dikenyataan benar bahwa namanya baru saja dipanggil.
"Innalilahi Aaliyah--ck! aku harus berhenti menyanyikannya!" Elle mendecak sembari mengusap kasar wajahnya dan bergegas menuju kamar mandi untuk cuci muka serta berganti pakaian.
Satu-satunya hal yang bisa Elle syukuri ialah kecenderungan orang-orang yang mandi di malam hari sebelum tidur, mereka baru mandi setelah seluruh aktivitas seharian selesai. Sebagai seseorang yang langsung flu berat jika mandi pagi, Elle bersyukur.
"Elle? Hai~" Martha tersenyum dan melambaikan tangan di depan wajah mengantuk Elle, mereka berpapasan di depan kamar mandi umum.
"Kau dipanggil, ya?"
"Apa terdengar sampai sini?"
Martha mengangguk sementara Elle mengerang kesal, ia merasa malu karena kini semua orang tahu bahwa ia sedang dipekerjakan secara semena-mena oleh pria bajingan itu.
"Aku juga kaget, biasanya jam kerja pelayan kamar lebih lambat dari pelayan biasa. Apa Yang Mulia sudah ubah peraturan?"
Elle mendengkus. "Biasa, inilah mengapa kalau anak laki-laki membuat kesalahan harus dicubit dengan keras supaya besarnya tak menjadi orang macam itu."
"Hush!" Martha menepis tapi tertawa juga. "Semangat kalau begitu~ sampai jumpa saat makan siang!"
"Berarti aku tidak sarapan nih?" kedua mata Elle melotot saat menyadari hal tersebut. "ARGHHHHHHHH!"
Brak!
"Kenapa dia?" Seorang gadis yang baru keluar dari bilik ganti pakaian keheranan saat melihat Elle berlari masuk ke bilik kosong dan membanting pintu keras usai berteriak.
"Mungkin dia habis rabis digigit anjing gila." Sahut rekannya prihatin.
Selang sepuluh menit Elle selesai berganti pakaian dan mencepol rambutnya asal sehingga beberapa anak rambut terlihat mencuat berantakan, namun gadis itu masabodo dan bergegas menemui Zale di kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
39th
Fantasy"Jangan pernah berpikir kau bisa lari dariku, tak akan terjadi sekalipun dalam mimpi." ~ Zale Mitnar, pria brengsek yang mengambil satu gadis dari tiap provinsi di Minar untuk dijadikan 'wanitanya' selama sebulan sebelum akhirnya ia bunuh. Timeline...