Semua itu dimulai saat usianya baru genap menginjak enam tahun. Zale masih sangat kecil ketika tiba-tiba sang ayah memutuskan untuk menjadikan dirinya sebagai pewaris alih-alih Elias yang dikatakan menunjukkan tanda-tanda gangguan mental sehingga tak memenuhi syarat pemegang tahta berikutnya.
Raja Zakar Mitnar, ayah Zale, mendatanginya yang sedang bermain patung kuda kecil dari bahan kayu di kamarnya lalu merebutnya dari tangan Zale dan membanting mainan tersebut hingga patah.
"Mulai sekarang kau harus dipersiapkan, putraku." Zakar Mitnar berucap demikian lalu menarik tangan Zale dan membawa putranya ke ruang khusus pengajaran yang dulu tempat dimana Elias diletakkan selama berhari-hari dan hanya diberi waktu keluar satu jam saja dalam sehari.
Di dalam ruangan itu Zale tidak sendiri, ada seorang wanita yang ayahnya perkenalkan sebagai seorang guru dalam berbagai bidang pendidikan moral, etiket, dan pengetahuan yang harus Zale kuasai dalam waktu tiga tahun.
Maude, nama wanita itu. Akan tetapi, Zale lebih sering memanggilnya dengan sebutan bibi daripada guru. Lagipula Maude sendiri yang meminta Zale untuk memanggilnya dengan sebutan itu supaya hubungan diantara mereka tidak terlalu kaku.
"Pangeran, apa anda sudah selesai membaca halaman 567?" Maude bertanya dan Zale mengangguk dengan wajah polos.
"Pintar. Sekarang maukah kau membantu bibimu ini? Bibimu sedikit sakit pada bagian ini." Maude berkata sambil menunjuk buah dadanya.
Zale masih sangat kecil dan polos, usianya baru enam tahun saat diminta oleh seorang wanita dewasa untuk memegang buah dadanya dengan alasan bagian itu terasa sakit dan butuh pijatan.
Tak ada orang lain selain mereka berdua disana sehingga Maude bisa dengan leluasa membebaskan buah dadanya dari balik pakaian dan meminta Zale untuk memijatnya lebih banyak bahkan mengajari anak enam tahun itu meremasnya.
"Pangeran, bisakah kau mendekat sedikit? Lebih dekat, lebih dekat dari sebelumnya." Maude lalu menyodorkan salah satu puncak dadanya, meminta pada Zale untuk menghisapnya dan dilakukan oleh anak polos yang belum mengerti apa-apa itu.
Pelecehan itu tidak terjadi satu dua kali tapi berkali-kali dalam kurun waktu tiga tahun. Zale tidak berani cerita pada siapapun karena Maude mengancamnya. Lagipula mengingat sifat ayahnya, sudah jelas pria itu tidak akan percaya dengan ucapan Zale.
Yang ada Zale dituduh balik mencari alasan agar berhenti belajar sementara Zale adalah satu-satunya anak yang Zakar harapkan bisa meneruskan tahtanya kelak. Hanya Zale.
"Zale sayang," di hari terakhir ia mengajar Zale, Maude menjadi lebih brutal dari biasanya bahkan mencoba untuk memainkan kemaluan anak lelaki itu sampai berhasil dan mengulanginya hampir setiap hari.
"Kenapa malu-malu? Ini kan hanya bibi, tidak ada yang akan tahu juga kecuali kau beritahu pada mereka tapi ingat... tak akan ada seorangpun yang percaya."
"Aku tahu bibi melakukan kejahatan padaku." Usia Zale sudah sembilan tahun dan cukup mengerti mengenai hal-hal dewasa yang Maude lakukan terhadapnya selama ini.
"Oh ya? Tapi, kau menyukainya loh~ kau sangat suka rasanya dan kau tidak bisa mengelak dari kenyataan itu sayang~" Balas Maude genit.
"Meski kau membunuh satu gadis dari tiap provinsi, kau tidak akan pernah melupakan rasaku~" Ucap Maude sambil tertawa. "Kau tidak akan pernah melupakan rasaku~"
"Aku akan mengadukanmu pada ayah."
"Adukan saja dan lihat siapa yang lebih dipercayai, hm? Bocah usia sembilan tahun atau aku? Guru pendidikan terbaik yang dibayar dengan harga tinggi untuk mendidik anak-anak para bangsawan." Ucapnya tersenyum angkuh. "Kau seyakin itu ayahmu akan membelamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
39th
Fantasy"Jangan pernah berpikir kau bisa lari dariku, tak akan terjadi sekalipun dalam mimpi." ~ Zale Mitnar, pria brengsek yang mengambil satu gadis dari tiap provinsi di Minar untuk dijadikan 'wanitanya' selama sebulan sebelum akhirnya ia bunuh. Timeline...