44 | Querencia⛔❤

4.8K 458 69
                                    

Hari ini adalah hari pengukuran gaun, g-a-u-n? Elle tidak yakin bagaimana menyebutnya jika kedua pengantin sama-sama lelaki. Tetap gaunkah atau....? Entahlah. Mari tidak membahas itu karena dirinya diminta hadir untuk menjadi saksi walau pada akhirnya Elle memilih berdiri di depan pintu ruangan sementara Zale dan Sepehr ada di dalam bersama sang ahli pembuat gaun terkenal.

Kenyataan bahwa Zale dan Sepehr akan sungguhan menikah membuat Elle merasa agak jengkel.

Mungkin karena pernikahan mereka sesama jenis?

"Mengapa pula aku jadi memikirkannya!?" Elle menggeleng cepat. "Otakku pasti sudah terkontaminasi karena terus-menerus berada di dekat mereka berdua. Pasti begitu!"

Namun meski sudah membuang jauh-jauh pikirannya tentang Zale dan Sepehr, selalu ada celah dalam kepalanya yang seakan-akan menolak Elle untuk tidak ikut campur.

Celah itu membuat Elle ingat pada Zale bahkan membuatnya jadi membayangkan bagaimana masa depan suram dua orang sinting yang sedang ada di dalam ruangan sana tanpa tahu situasi asli yang terjadi.

"Yang Mulia, bagaimana saya bisa tahu?" Wanita bernama Este yang sedang memegang tali pengukur tubuh sukses dibuat heran bukan main oleh Zale.

Pasalnya pria itu tidak membawa seseorang yang tubuhnya ingin diukur melainkan mengira-ngira seberapa besar ukurannya dengan memperagakan menggunakan kedua tangannya.

"Aku serius, ukuran dariku sangat tepat. Pinggangnya sebesar ini," ucap Zale menempatkan kedua tangannya seolah sedang memegang pinggang tak kasat mata di hadapannya.

"Aku memegangnya sendiri dan ukurannya pas."

"Memegang?" Sepehr memiringkan kepala, menatap Zale penuh selidik dan curiga.

"Kalian sudah putus, kuingatkan kalau kau lupa." Desis Zale sinis.

"Kami tidak putus." Bantah Sepehr tak terima, enak saja hubungannya dan Elle dipaksa putus begitu saja oleh seseorang yang tidak ada hubungannya dengan mereka.

"Dan mengapa anda menyentuh pinggang kekasih saya?"

"Ke-KASIHMU!?"

"YA! KAMI TIDAK AKAN PERNAH PUTUS."

Tanpa pikir panjang Zale menarik kasar lengan Sepehr, membawa pria itu berdiri tepat di depan cermin besar yang ada di ruangan itu. Bersebelahan dengan dirinya.

"Lihat dirimu, matamu sendiri bahkan tak tahan menatap dirimu sendiri lebih dari dua detik dan kau pikir Elle akan tahan!?"

"Jika dia tidak tahan, kami tidak akan pernah punya riwayat berpacaran." Sahut Sepehr membela diri sekaligus hubungannya dengan Elle.

"Riwayat berpacaran!" Zale menepuk tangannya sekali tepat di depan wajah Sepehr. "Kau baru saja mengakuinya Tuan Yvaine. Bagus sekali! Kau telah mengakui hubunganmu dan Elle sebatas riwayat."

Sadar mulutnya baru saja salah bicara, Sepehr mencoba meralat. "Saya tidak bilang seperti itu, riwayat yang saya maksud adalah--"

"Riwayat adalah peristiwa yang terjadi di masalalu dan sekarang masa kini, waktu terus berjalan saat kau sendiri mengakui hubunganmu dengan Elle hanya riwayat. Kau tidak bisa mengelak Tuan Yvaine. Sadar diri dan menjauhlah." Tegas Zale mengomeli Sepehr bak ayah yang sedang memarahi putranya.

"Saya tidak akan." Tak mau kalah dari Zale, Sepehr juga mengambil keputusan tegas. "Saya tidak akan pernah menjauh dari Elle."

Tersenyum miring, Zale meletakkan jari telunjuknya tepat di tengah dahi Sepehr lalu mengetukkannya sebanyak tiga kali dengan menyertakan dorongan pelan pada ketukan ketiga untuk menunjukkan status lelaki itu.

39thTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang