Segala bentuk perjuangan dilakukan oleh Zale. Dia memanggil penata rias rambut terkenal dari kota, membayarnya dengan harga tinggi, dan meminta pria bernama Miguel untuk mengubah warna rambutnya menjadi lebih umum.
"Yang Mulia~ suatu kehormatan bagi saya di undang langsung ke istana untuk melayani anda~" suara Miguel terdengar mengayun hampir terdengar seperti orang bernyanyi.
"Anda mau warna gelap, ya?" Miguel memandang cermin dihadapannya, yang mana pantulan wajah tampan milik Zale tertampak disana.
"Gelap dan umum." Sahut Zale tegas, takut semisal Miguel mewarnai rambutnya dengan warna gelap yang tidak umum.
Nanti orang-orang terutama Avantika bisa semakin tidak suka saat melihatnya. Tujuan utamanya melakukan hal yang tidak sesuai dengan dirinya adalah untuk membuat gadis itu terkesan. Jadi, harus berjalan lancar.
"Hmmm...." Deheman Miguel membuat Zale tak nyaman, dia mendelik ke atas untuk mengode pada lelaki itu supaya berhenti berlagak sok misterius.
"Warna gelap. Aku punya beberapa rekomendasi warna gelap untuk anda, mohon dengarkan baik-baik dan pilihlah."
Zale mendengarkan, sekali bola matanya bergulir ke sudut sekedar untuk melirik Elle yang berdiri di sudut ruangan setelah selesai membersihkan satu ruangan ini untuk dipakainya bersama Miguel mengurus masalah rambut. Lalu ia minta gadis itu menetap untuk melihat bagaimana hasil dari rambutnya nanti.
"Apakah gelap yang anda maksud adalah gelap seperti lorong tanpa cahaya di malam hari atau gelap seperti hutan saat bulan dan bintang tidak muncul?" Tanya Miguel.
"Gelap seperti warna semir." Tunjuknya pada sepatu Zale. "Atau gelap seperti bagian dalam laci yang tertutup?"
"Gelap seperti jejak bayangan yang mengikuti di belakang anda atau gelap seperti alocasia polly yang tumbuh liar di hutan?"
"Apakah gelap seperti warna mata saya?" Tunjuknya pada bola mata sendiri, memunculkan wajahnya di depan wajah Zale supaya pria itu bisa lihat langsung bola matanya yang berwarna hitam.
"Atau gelap seperti kehidupan anda, Yang Mulia?"
Zale terdiam, ada banyak pilihan dari Miguel tetapi yang terakhir ia yakin itu sindiran keras. Tapi, moodnya lumayan baik sehingga ia tidak marah sama sekali.
"Anda sudah memiliki, Yang Mulia? Kuharap anda segera menemukan pilihan terbaik~" Tutur Miguel lembut.
Dari jauh Elle mengamati, sesekali dahinya berkerut saat mendengar logat bicara Miguel yang mirip 'boti' atau lelaki bertingkah perempuan di kehidupannya dulu.
"Aku harus membuang perasaan itu, tapi tidak bisa berhenti memikirkannya." Gumamnya sembari menoleh ke arah lain dan melotot, tak mau ada yang melihat aksinya.
"Jadi, Yang Mulia~ apa pilihannya?"
"Segelap hidupku."
Miguel nampak terkejut, alisnya naik sebelah. Dan saat Zale mendongak untuk melihatnya, Miguel cepat-cepat tersenyum.
"Pilihan yang... indah." Ia agak takut memuji pilihan Zale, karena jujur Miguel memang sedikit menyindir pria itu. Hanya sedikit saja.
"Saya akan mulai prosesnya."
Dari pantulan cermin, Zale memperhatikan Miguel mencampur dedaunan dan bubuk-bubuk asing berwarna gelap ke dalam mangkuk lalu menumbuknya dengan kayu tumpul berukuran kecil yang secara khusus pria itu pakai untuk menghaluskan bahan-bahan miliknya.
"Yang Mulia, sebelum anda berpikir saya melakukan hal buruk pada anda, saya beritahu kalau anda akan mengalami sensasi terbakar di kepala selama kurang lebih tiga puluh menit dan itu normal. Anda tidak perlu khawatir karena saya meraciknya dari herbal-herbal." Tutur Miguel menjelaskan, takut mendadak Zale melemparnya ke penjara atas tuduhan pembunuhan disengaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
39th
Fantasy"Jangan pernah berpikir kau bisa lari dariku, tak akan terjadi sekalipun dalam mimpi." ~ Zale Mitnar, pria brengsek yang mengambil satu gadis dari tiap provinsi di Minar untuk dijadikan 'wanitanya' selama sebulan sebelum akhirnya ia bunuh. Timeline...