Bak tanda-tanda kiamat, para tahanan dikejutkan dengan banyaknya makanan dan minuman yang datang ke penjara di pagi hari bahkan ada berbagai jenis buah-buahan juga.
"Pantas saja semalam aku bermimpi tertimpa pohon kelapa!" Seru salah satu dari mereka, langsung berlari mendekati sel dan mengulurkan tangan ke arah para pelayan yang melakukan pembagian.
"Aku mau sup dan roti! Dan buah-buahan juga! Berikan aku anggur!"
"Hey! Anggur itu jatahku!"
"Daripada buah dan sayur, mintalah daging pada mereka!"
"Pelayan! Berikan ke selku lebih dulu!"
"Hey!"
Keributan terjadi, para tahanan adu mulut memberitahukan makanan yang ingin mereka makan tanpa tahu kalau setiap orang mendapat jatah makanan empat sehat lima sempurna dalam jumlah banyak sehingga lama kelamaan mulut mereka terbungkam sendirinya.
Sampai akhirnya giliran sel berisikan Elle dan Avantika mendapat jatah pembagian makanan.
Berbeda dari sel lain yang hanya mendapat satu set makanan, terkhusus untuk Elle dan Avantikan makanan yang diberikan sangatlah banyak bahkan setiap jenis buah dimasukan ke dalam sel mereka dan diterima dengan baik oleh Elle.
"Terimakasih. Boleh tambah beberapa daging panggang? Sebenarnya aku lebih suka yang diiris tipis, bisakah lan kali bawakan yang diiris tipis khusus untukku?" Ujarnya tak tahu diri bahkan Avantika sampai menatapnya dengan raut pandangan yang sulit dijelaskan.
"Kau pikir kita sedang liburan?" Ia mendekati Elle dan bertanya demikian karena cukup terganggu dengan sikap gadis itu yang seakan menikmati keberadaannya di penjara.
Masih dengan mulut berisi potongan daging, Elle memandang Avantika dan menaikan satu alis. Menanyakan balik gadis itu melalui ekspresi 'memang kenapa?'
"Kau ada disini karena sesuatu, kan?"
Tebakan Avantika tidaklah salah, namun Elle memilih untuk tidak menjawab apa-apa dan menyumpal mulutnya dengan gigitan apel.
Baru setelah menelan seluruh kunyahannya dan melihat Avantika masih sangat berharap ia menjawab, Elle mengalah.
"Kau harus mulai terbiasa dengan semua ini." Itu katanya, hanya itu.
"Terbiasa?" Dahi Avantika berkerut, ia tatap Elle dan para pelayan diluar selnya secara bergantian. Yang sampai saat ini masih memberikan berbagai makanan ke tangan Elle.
"Hentikan ini. Aku tidak mau makan apapun."
"Kau pikir aku mengambilkan bagianmu?" Celetuk Elle.
"Sebanyak itu?"
"Ya! Dan ini semua milikku. Yang ada di tanganku adalah punyaku. Kau bisa ambil sendiri kalau mau." Jawabnya enteng tak peduli sepayah apa kedua tangannya memeluk berbagai jenis makanan di dada.
Elle mengosongkan satu tangan dan mengulurkannya lagi. "Aku mau buah yang hijau-hijau itu!"
Ini mengerikan. Avantika merasa kepalanya migrain hanya dengan melihat tingkah Elle yang sudah pasti dimasukkan ke penjara karena ada maksud terselubung.
"Pria itu mengirimmu secara sengaja, kan?" Avantika mendekat pada Elle, duduk dihadapan gadis itu. "Beri tahu padaku yang sebenarnya."
"Itu benar." Kepala Elle mengangguk-angguk sambil sibuk mencicip segala jenis hidangan yang terjajar rapih di lantai depannya.
"Dia ingin menikah denganmu." Ujar gadis itu to the point.
Avantika terkejut, namun sangking terkejutnya ia sampai tidak dapat memasang ekspresi apa-apa saat diberitahu kalau Zale ingin menikah dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
39th
Fantasy"Jangan pernah berpikir kau bisa lari dariku, tak akan terjadi sekalipun dalam mimpi." ~ Zale Mitnar, pria brengsek yang mengambil satu gadis dari tiap provinsi di Minar untuk dijadikan 'wanitanya' selama sebulan sebelum akhirnya ia bunuh. Timeline...