Beberapa jam sebelumnya..."Kamu serius berpacaran sama orang ini?"
"Siti~ Siti, coba nanti pulang sekolah cuci mukamu di bawah air mengalir lima kali sambil bayangin muka pacarmu itu."
Elle menggeleng, kalimat guru olahraga di kehidupannya dulu terngiang di kepala saat sedang meroasting pasangan baru dikelasnya.
"Cuci muka dan bayangkan wajah, cuci muka..." Gumamnya mengulang sambil menatap sepasang sepatu di meja samping kasurnya.
"Aku tidak tahu bagaimana aku bisa menghabiskan uangku untuk benda ini. How? Ini gila." Sesaat Elle merasa dirinya seperti bukan dirinya, karena itu ia perlu cuci muka dibawah air mengalir lima kali seperti kata guru olahraganya kepada gadis bernama Siti dulu.
Berjalan menuju pintu keluar, pandangan Elle tercuri ke arah ranjang Martha yang rapih dan kosong. Sudah sebulan sejak gadis itu pergi mengikuti sarannya. Elle harap suatu hari ia bisa mengunjungi Martha setelah pergi dari tempat ini.
Setelahnya gadis itu tergesa-gesa menuju kamar mandi, mencuci wajahnya dibawah derasnya aliran air dan mengusap-usap kasar wajahnya sambil membayangkan wajah Sepehr yang terasa menyebalkan.
"Aku harus berhenti sekarang juga, harus sekarang." Tegasnya menatap diri sendiri di cermin, mengepalkan tangannya lalu pergi menemui Sepehr bersama sepatu yang Elle belikan untuknya.
Ketika menyadari bahwa seharusnya Elle tidak mulai duluan dengan membelikan pria itu barang, Elle yakin dirinya sudah kelewat batas. Sesaat Elle merasa sangat senang, ia punya seseorang untuk berbagi segalanya dan lupa bahwa semua itu pada akhirnya hanya manis diawal.
Satu-satunya cara yang Elle punya adalah mengakhiri segalanya, walau alasan untuk itu belum kuat, dan ada sedikit rasa mengganjal di hati yang memintanya untuk tidak lakukan hal tersebut kepada Sepehr.
Jadi, Elle mendatangi pria itu ke tempat latihan di bagian lain dari istana.
"Permisi, aku mencari Sepehr." Katanya bicara pada salah satu dari ksatria yang tengah bersiap untuk latihan.
"Sepehr pulang semalam, dia tidak menginap di istana." Orang yang Elle tanya menjawab demikian. "Carilah dirumahnya, tak jauh dari sini. Kau tanya pada warga pun pasti mereka tahu."
Elle mengangguk. "Terimakasih." Ia terbiasa selalu mengatakan satu dari tiga kata ajaib; maaf, tolong, dan terimakasih pada orang lain.
Sebenarnya bukan karena Elle tipe orang ramah melainkan takut kalau lawan bicaranya tersinggung dan membunuhnya tiba-tiba. Ketakutan berlebihan itu selalu ada di dirinya baik dulu maupun sekarang.
Mengikuti kata ksatria tadi, Elle mencari rumah Sepehr dan menemukannya dalam waktu singkat.
Letaknya umum, berdampingan dengan rumah warga lainnya dan sederhana namun nyaman.
Ini pertama kalinya Elle mendatangi rumah Sepehr, mengulurkan tangannya untuk mengetuk tapi malah tidak sengaja mengintip ke dalam karena pintu tidak tertutup rapat
Saat itu Elle melihat Sepehr sedang bicara dengan seorang perempuan yang tidak asing di mata Elle, ia pernah lihat perempuan itu. Dan saat si perempuan berbalik, Elle mengenalinya sebagai Vivian.
Setan dalam diri Elle berbisik; ini saatnya!
Memanfaatkan situasi, Elle mendorong pintu rumah Sepehr terbuka lebar lalu pura-pura syok dan duarr kaget! Padahal aslinya ia cukup biasa saja. Inilah saatnya bagi Elle untuk mengeluarkan salah satu keahliannya.
"Sepehr..." Membulatkan mata, Elle bertingkah seakan ia sangat terkejut dan terluka. "Kalian berdua...?"
"Ini tidak seperti--"
KAMU SEDANG MEMBACA
39th
Fantasy"Jangan pernah berpikir kau bisa lari dariku, tak akan terjadi sekalipun dalam mimpi." ~ Zale Mitnar, pria brengsek yang mengambil satu gadis dari tiap provinsi di Minar untuk dijadikan 'wanitanya' selama sebulan sebelum akhirnya ia bunuh. Timeline...