"Yang Mulia, salam hormat." Setelah pernikahan berakhir, Martha sadar bahwa ia dan orang tuanya harus kembali ke rumah tetapi sebelum itu Martha mendatangi Zale dengan kotak kayu berukuran sedang lalu memberikannya pada pria itu. "Ini kotak yang Anda minta bawakan dari rumah saya."
"Seseorang membukanya?"
Martha menggeleng, kepalanya tertunduk tak berani menatap Zale yang menjulang tinggi dihadapannya. "Saya tahu ini milik kalian jadi saya menyimpannya saat kalian terburu-buru pergi, saya yakin suatu hari anda pasti ingat dengan kotak ini."
Zale mengamati kotak kayu yang sedang Martha pegang lalu mengambilnya. "Kau bisa pergi."
"Yang Mulia, saya turut berduka atas apa yang telah terjadi." Air mata Martha jatuh lagi saat mengingat tentang Elle. "Elle adalah satu-satunya teman saya, dia sangat baik, dan saya... saya permisi, Yang Mulia. Maafkan saya." Ia pamit dan bergegas pergi, tak sopan apabila menangis di depan Raja.
Menatap kepergian Martha, Zale menghela nafas dan menjatuhkan pandangannya pada kotak di tangannya. Sesuatu yang penting dan tidak penting ada di dalam sana. Kepala wanita itu yang tertinggal di rumah Martha karena Zale sibuk mengurus Elle.
Ia buka kotak itu dengan tangan kanan dan letakkan tutupnya di meja terdekat. Sebuah tengkorak berbalut kain putih tergeletak di dalamnya. Zale tidak keluarkan, dia hanya menatap tengkorak Maude sambil tersenyum tipis.
"Kau senang? Kau berhasil mengalahkanku."
Bukan tanpa alasan Zale berkata demikian, total provinsi yang ada di Minar adalah 39 dan persis dengan ucapan Maude tentang dirinya yang jika ingin melupakan wanita itu akan mencoba berbagai wanita dari tiap provinsi yang ada dan Elle sebagai penutup karena diketahui gadis itu berasal dari Provinsi paling ujung di Minar.
Seolah-olah ucapan Maude adalah kutukan yang tidak dapat Zale hindari karena pada akhirnya Elle mati seperti yang lainnya.
Meski sedih, Zale senang bisa mengenal Elle dan menjadikan perempuan itu sebagai istri satu-satunya.
"Zale, kau belum makan sejak pagi." Elias menghampiri adiknya ke dalam setelah melihat Martha pergi. "Kau tidak boleh melakukan ini, kau tahu kan?"
"Aku tahu." Pria itu menjawab tanpa melihat atau bahkan melirik ke arah Elias sedikitpun. "Aku sudah berjanji untuk tetap hidup karena dia telah memberi kesembuhan padaku. Aku tidak akan menyia-yiakan itu."
"Kalau begitu," merangkul Zale, Elias membawa adiknya meninggalkan ruangan tersebut berpindah menuju dapur istana. "Kudengar kau ahli memasak. Tapi, aku ragu. Bisa kau buktikan padaku?"
"Itu sebuah tantangan?" Sahut Zale tersenyum miring.
Elias menggeleng. "Sebuah pembuktian."
"Baiklah. Jika lezat kau harus makan sampai tetes terakhir dan menjilat piringnya."
"SETUJU!"
Tanpa Zale sadari, Elle juga membuat hubungannya dan Elias membaik. Hubungan yang tidak pernah ada dalam cerita aslinya berhasil dijadikan ada oleh Elle secara tidak langsung. Meski Evelyn tidak akan pernah lahir karena posisinya sudah digantikan oleh Elle, pada akhirnya Zale berhasil sembuh dan menjalani hidup dengan baik tanpa melupakan Elle sedikitpun.
Setiap harinya pria itu akan menghabiskan sore duduk di depan makam Elle sampai tunas pohon plum mencuat ke atas tanah, semakin lama semakin besar dan tubuh menjadi pohon blum dewasa yang siap berbuah dalam tiga bulan ke depan.
Zale senantiasa membaringkan dirinya di bawah pohon itu, menceritakan apa saja yang dilakukannya selama seharian agar Elle bisa mengetahui dan mendengar segalanya dengan harapan suatu hari, di masa manapun ia bisa dipertemukan lagi dengan gadis itu dan diberi kesempatan membuatnya percaya kalau sejak dulu Zale sangat mencintai Elle.
KAMU SEDANG MEMBACA
39th
Fantasy"Jangan pernah berpikir kau bisa lari dariku, tak akan terjadi sekalipun dalam mimpi." ~ Zale Mitnar, pria brengsek yang mengambil satu gadis dari tiap provinsi di Minar untuk dijadikan 'wanitanya' selama sebulan sebelum akhirnya ia bunuh. Timeline...