"Katakan sesuatu... tentang..." Zale bergumam, gumamannya menggantung karena ia sedang berpikir sesuatu apa yang bagus ia bahas pada Elle disaat gadis itu nampak seperti ingin pingsan sampai dua belas jam ke depan.
"Apa?" Suara kecil Elle menyahut, tubuhnya terasa sangat sakit dan pegal terutama pada tiap lubang yang dimilikinya.
Si pelaku nampak masih bisa tersenyum, tidak merasa lelah setelah keluar hampir lima kali. Saat tidak ada lagi sisa-sisa dari dirinya. Zale bilang dia lemas, tapi lalu itu hanya pengalih sesaat karena setelahnya dia lanjut memompa lagi sampai Elle tidak bisa merasakan tubuhnya sendiri.
Bahkan sekarang saat ia ingin tidur, Zale mengajaknya bicara dengan suara yang begitu lembut namun terdengar menyebalkan baginya.
"Mimpimu." Sambung pria itu setelah cukup lama berpikir sampai kerutan banyak muncul di dahi.
"Mimpi..." Giliran Elle yang bergumam, memikirkan sesuatu tentang mimpinya.
Selagi menunggu gadis itu berpikir, Zale menarik tubuh Elle lebih dekat padanya. Mereka tak berpakaian dibawah selimut, kalau selimut disingkap akan terlihat kulit Elle yang tadinya mulus kini dipenuhi bercak merah dan beberapa lebam karena tamparan gemas bukan tamparan kekerasan.
"Saat aku kecil, aku ingin menjadi orang dewasa. Menjadi wanita dan ibu dari seorang anak perempuan yang akan kurawat dengan baik." Elle berpikir lagi, "tapi, setelah dewasa aku merasa anak-anak hanya bencana bagi orang dewasa jadi aku membuang mimpi itu jauh-jauh kugantikan dengan mimpi baru."
"Mimpi baru?" Wajah Zale mendekat, tertarik dengan mimpi baru yang Elle katakan dan ingin tahu detailnya tentang itu. "Apa mimpi barumu?"
"Uang, uang, uang." Gadis itu mengulang satu kata yang sama sebanyak tiga kali. "Dengan uang aku bisa menangis sambil membeli perhiasan, pakaian mewah, makan-makan lezat."
"Aku bisa memberikanmu keduanya; kesedihan dan uang." Sahut Zale terdengar seolah dia menawarkan padahal menjebak.
"Kalau darimu..." Elle tersenyum geli lantas menggeleng. "Tidak terimakasih."
"Tapi kau menerimanya, uang-uang dariku sebagai gajimu."
"Yah, aku sempat berpikir untuk menyewa seseorang yang bisa melempar kotoran kerbau ke wajahmu." Tutur Elle nyengir.
"Itu... menjijikan." Ringis Zale sambil membayangkan seluruh wajahnya dipenuhi kotoran kerbau dan ewh!
"Aku bahkan tidak tahu aku ini siapa, seperti..."Elle tertawa hambar, entah kenapa rasanya putus asa Zale malah berpindah ke dirinya. "Aku bangun di suatu pagi dan mendadak lupa tentang diriku sendiri, detail aku ini seperti apa, apa yang kumiliki, dan... aku tidak pernah bisa mengingatnya."
"Mungkin itu efek samping karena terus menerus berada di dekat orang tampan sepertiku." Celetuk Zale narsis.
"Aku ingin muntah... mendengarnya."
Zale terkekeh di depan wajah Elle, wajahnya sangat dekat dengan gadis itu yang saat ini enggan untuk membuka kedua matanya.
"Aku sudah muntah lebih dulu," godanya. "Di dalam dan diluar."
"Bisakah--"
"Tidak bisa, setidaknya sampai bibiku kembali."
Elle berdecak. Ingat beberapa jam lalu pria yang sedang memeluknya seperti orang gila ini hampir gantung diri.
"Dia segera."
"Kecuali jika mati di perjalanan."
Dalam sekejap kedua mata Elle terbuka lebar. "Kau gila? Kau berharap hal buruk terjadi pada bibimu sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
39th
Fantasy"Jangan pernah berpikir kau bisa lari dariku, tak akan terjadi sekalipun dalam mimpi." ~ Zale Mitnar, pria brengsek yang mengambil satu gadis dari tiap provinsi di Minar untuk dijadikan 'wanitanya' selama sebulan sebelum akhirnya ia bunuh. Timeline...