34 | Belle ame

5.8K 765 42
                                    


"Mungkin sebaiknya Yang Mulia berhenti minum." Ucap Elle sukses besar mengundang tatap tak setuju diwajah pria itu, ia lalu dengan cepat meralat. "Bukan berhenti selamanya, beberapa hari saja."

"Karena?" Dengan nada menyebalkannya itu, Zale membalas.

"Kalau kau mati di tengah perjalanan, aku tak kuat menggendong mayatmu ke lubang galian." Jawab Elle blak-blakan.

"Tidak ada yang menyuruhmu menggendong mayatku." Balas Zale tak mau kalah.

"Jadi, biarkan di tengah jalan sampai terinjak-injak."

"Jika kau tega lakukan saja." Pria itu menyindir, sangat menyebalkan sekali bukan?

"Aku penasaran." Katanya meninggalkan topik tentang mayat beralih pada topik baru. "Mengapa kau sangat ingin hidup dan bebas?"

Elle sebenarnya malas membahas, jadi ia menjawab inti dari alasan besar mengapa ia ingin hidup dan bebas dari Zale. "Selama ini aku selalu hidup untuk orang lain. Aku belum pernah benar-benar hidup untuk diriku sendiri."

"Hanya itu?"

"Aku ingin bebas dari segala ikatan, melakukan apa saja yang kumau, pokoknya tanpa harus menjalankan perintah dari siapapun." Tambah Elle sambil teringat pada kehidupan lamanya, dimana ia lahir hanya untuk dipaksa memenuhi kebutuhan dan keinginan keluarga padahal saat kecil kebutuhan dan keinginan untuknya tidak pernah terpenuhi.

Elle kembali menegaskan. "Aku ingin hidup untuk diriku sendiri."

Adik-adiknya langsung demam ketika keinginan mereka tidak dituruti, sementara kakaknya bisa tantrum selama satu hari penuh dan menyakiti dirinya sendiri dengan cara membenturkan kepala, sedangkan Elle?

Untuk memberitahu bahwa dirinya habis ditampar oleh tetangga di usia enam tahun saja ia tak berani karena mengira hal itu hanya akan membuat keluarganya dimusuhi oleh para tetangga.

Tiap kali bermain petak umpet dengan anak-anak sekitar, mereka selalu bekerjasama untuk membuat Elle menjadi yang jaga lalu mereka hanya untuk mengerjai Elle karena pada akhirnya mereka tidak akan Elle temukan, mereka pergi ke rumah teman yang lain dan bermain disana tanpa Elle.

Sebagai anak kecil, Elle sangat kesepian hidup tanpa teman dan sangat ingin bermain dengan teman-temannya. Tidak tahu alasannya apa, mereka semua sengaja menjadikan Elle sebagai bahan untuk dikerjai terus-menerus sampai akhirnya Elle memutuskan untuk berhenti mencari teman dan menerima kenyataan bahwa ia tidak akan pernah mendapatkannya.

Di sekolah, teman Elle hanya teman sebangkunya. Kemampuan Elle untuk berkomunikasi, beradaptasi dengan lingkungan lenyap. Dia hanya bicara dengan orang yang berada paling dekat dengannya. Lagipula Elle tidak terbiasa bercanda dengan murid laki-laki sampai kontak fisik.

Karena itu, ia dianggap tidak asik dan dijauhi bahkan terkena bully yang lagi-lagi hanya bisa ia atasi dengan menangis di kamar hampir setiap malam hari karena jika ia bicara pun minoritas yang benar akan selalu kalah dengan mayoritas.

Setidaknya Elle tidak membiarkan teman sebangkunya mengalami masalah yang sama. Dan sebenarnya teman-teman sekelas hanya menjauhinya, bukan teman sebangkunya.



"Ava, bisa dateng kan?"

Teman sebangku Elle bernama Ava, masih teringat jelas saat perwakilan murid perempuan dari circle pertemanan di kelasnya mendatangi mereka mereka dan bertanya tentang kehadiran Ava pada acara mereka

Elle memilih tidak ikut karena tahu dirinya hanya akan jadi bahan pengucilan, daripada semakin terjun ke dalam lubang menyakitkan lebih baik Elle tetap ditepi.

39thTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang