Sebelum Sepehr mendengar dari Elle tentang dirinya yang gadis itu pikir jatuh cinta pada Sepehr, Zale lebih dulu mendatangi lelaki itu untuk berbicara secara empat mata di ruang kerjanya begitu ia sampai di istana selagi Elle masih sibuk pada dirinya sendiri.
Sepehr membungkuk di hadapan Zale dan memberi salam. "Salam hormat dari saya, Yang Mulia."
"Langsung saja pada inti," begitu Sepehr selesai Zale menjelaskan situasi diantara ia dan Elle. "Aku tidak menyukaimu apalagi jatuh cinta padamu. Membayangkannya saja membuatku ingin muntah tepat diatas wajahmu. Tetapi, Elle salah paham. Dia mengira aku jatuh cinta padamu dan berniat mendekatkan kita."
"Ha?" Sangking bingungnya, Sepehr tidak memiliki kata lain. "Maaf, Yang Mulia... anda menyukai saya?"
"TIDAK!" Tegas Zale sambil memukul meja.
"Dengarkan baik-baik Sepehr, aku tidak menyukaimu. Elle salah paham tentang itu, dia pikir aku jatuh cinta padamu dan aku mengatakan 'ya' agar dia menetap lebih lama di istana."
Kening Sepehr berkerut banyak. "Jadi, anda tidak menyukai saya tetapi jatuh cinta pada saya?" Tanyanya kebingungan, tidak dapat mengoleksi informasi yang Zale sampaikan dengan benar. Pasalnya sejak awal rencana pria itu sudah salah.
Merasa tak memiliki cara lain, Zale mengeluarkan belatihnya lalu berlari ke arah Sepehr dan menodong lehernya.
"Aku berpura-pura mencintaimu agar Elle tetap disini. Kalian mantan kekasih, kan?"
Masih dengan kebingungan seratus persen, Sepehr menyahut. "Mantan kekasih? Kami belum putus. Apa Elle sudah kembali? Elle ada di istana ini?"
"Sepehr--"
"Maafkan saya, Yang Mulia." Sepehr memotong perkataan Zale dengan penuh penyesalan. "Tetapi ada hal yang jauh lebih penting bagi saya sekarang."
Sebelum Zale bertanya hal penting apa itu, Sepehr menjelaskan. "Saya ingin menjelaskan pada Elle kalau Vivian mendatangi saya hanya untuk meminta tolong dicarikan tempat tinggal yang disewakan dengan harga murah untuk dia dan bayinya tinggal karena ayahnya tidak akan pernah menerima dia lagi apapun alasannya."
Mendengar penuturan itu, tangan kanan Zale terkepal erat sampai buku-buku jarinya memutih dan urat-urat lengannya semakin menonjol.
"Sepehr, aku Rajamu dan aku tidak memberimu izin untuk meninggalkan ruangan ini apapun alasannya." Dengan tegas Zale melarang Sepehr untuk bertemu dengan Elle.
Alasannya? Tidak ada. Zale hanya tidak ingin Sepehr mengganggu Elle, lagipula perbincangan mereka belum selesai.
"Yang Mulia, sebentar saja. Saya bersumpah akan langsung kembali dalam lima menit."
"Bahkan jika kau bersumpah akan kembali dalam satu menit, aku tidak peduli." Pria itu menyipitkan mata, mengobarkan api permusuhan kental terlihat dari tatapan tajamnya yang terus menyorot ke arah Sepehr seolah sedang memotong kepala Sepehr menjadi dua dengan laser tak kasat mata.
"Yang--"
"Kau mau kuberhentikan?" Ancam Zale tak main-main.
Tahu persis Zale tipe orang yang seperti apa, Sepehr mau tak mau menelan pil pahit kehidupan saat dilarang menemui Elle padahal biasanya Zale akan langsung mengusir dan memanggil ksatria yang lain untuk melaksanakan perintah pentingnya. Tetapi, pria itu sedikit berbeda sekarang.
"Maaf Yang Mulia." Menundukkan kepalanya, Sepehr lebih baik menunda daripada diberhentikan. "Anda bisa lanjut--"
"Yang Mulia, saya tidak bisa menemukan Se..pehr?" Kening Elle berkerut, tangan kanannya menahan pintu agar tetap terbuka saat dilihatnya orang yang ia cari sedari tadi rupanya sudah berada di satu ruangan yang sama dengan Zale.
KAMU SEDANG MEMBACA
39th
Fantasy"Jangan pernah berpikir kau bisa lari dariku, tak akan terjadi sekalipun dalam mimpi." ~ Zale Mitnar, pria brengsek yang mengambil satu gadis dari tiap provinsi di Minar untuk dijadikan 'wanitanya' selama sebulan sebelum akhirnya ia bunuh. Timeline...