"Pelayan kamar yang berhasil kabur dari sini pun tetap berakhir mati..."
Sudah kesekian kali Elle mengulangi kata-kata Zale dalam kepalanya. Meskipun berhasil kabur Elle tetap akan mati, artinya Zale mengerahkan seluruh bawahan yang dimilikinya untuk mencari dan mengejar Elle lalu membunuhnya. Begitukan?
"Aku terikat sampai ke jiwa." Lanjut gadis itu bergumam.
"Hei, kau belum tidur?" Martha menyapa dan menyempatkan diri untuk mendatangi ranjang Elle. "Ini sudah larut."
Duduk di sisi kasur gadis itu berhadap-hadapan lalu terkejut saat mendapati tangan Elle terbalut oleh lipatan kain penuh darah.
"Apa yang terjadi pada tanganmu? Astaga, kau sudah obati?"
Elle menggeleng. "Aku hanya mencuci lalu membalutnya."
"Elle..." Martha meringis, ia bergegas lari menuju laci di samping ranjangnya guna mengambil kotak berisi obat-obatan dan kain khusus membalut luka.
"Mengapa sangat ceroboh?" Omelan Martha sama sekali tidak kasar, Elle mendengarnya seperti seorang kakak perempuan yang khawatir pada adiknya.
Sampai pada akhirnya kalimat, "Aku tidak apa-apa." Keluar dari mulut Elle begitu saja.
"Apanya yang tidak apa-apa?" Kedua mata Martha melotot, hanya mereka berdua yang masih terjaga di ruangan ini dan berusaha mengobrol dengan suara kecil agar tidak menimbulkan keributan.
"Aku juga akan segera mati."
Kening Martha berkerut, dalam waktu singkat wajahnya memasang ekspresi murka. "Kau... tidak akan bunuh diri, kan?"
"Aku tidak tahu." Geleng Elle. "Aku tidak mengerti kenapa aku berada di tempat ini. Apa dosaku? Mengapa aku dilempar ke sini?"
Martha merenung sejenak sebelum menjawab. "Mungkin untuk hikmah kehidupan?"
"Ha... kau terlalu religius." Cibir Elle cemberut.
"Atau mungkin untuk berpacaran dengan pria itu." Celetuk Martha menggoda sembari menyenggolkan bahunya pada bahu Elle.
"Pria mana yang kau maksud?" Tanya Elle menyipitkan mata curiga. "Dia? Oh, ayolah... Aku tidak menyukainya dan tidak akan. Aku tidak mau menjalin hubungan dengan seseorang yang menjalin hubungan bertahun-tahun dengan mantannya."
"Jika orang seperti itu mendekatimu jawabannya hanya satu; mereka mencari pelampiasan. Dan pernahkah kau dengar seseorang hanya cocok untuk menjadi kekasih daripada menjadi suami? Kira-kira mengapa mantannya memutuskan untuk menikah dengan pria lain dibandingkan menunggunya?"
"Itu terdengar jahat..." Martha berkomentar tapi tidak menyangkal ucapan Elle. "Apa itu sama seperti pria memilih wanita lain untuk dijadikan istri daripada menikahi kekasihnya?"
"Begitulah. Jika pria bisa memilih, mengapa wanita tidak?"
"Kau benar." Kalau dipikir lagi selama ini pria selalu memiliki wanita sesuai tipe, tetapi saat wanita melakukannya orang-orang akan mulai menyebutkan sebagai perempuan tak tahu diri.
"Daripada pria itu aku lebih penasaran pada satu hal..." gumam Elle sembari memandangi luka di tangannya yang sedang dibersihkan menggunakan kain basah oleh Martha sebelum dioles dengan minyak herbal dan dibalut menggunakan kain panjang yang dilingkarkan pada tangannya berulang.
"Apa itu?" Berhenti sejenak melilitkan kait pada tangan Elle, Martha menatap gadis itu lekat. Tak sabar menunggu lanjutan ucapannya.
"Yang Mulia bilang aku terikat seumur hidup dengan pekerjaan ini bahkan jiwaku juga. Apabila aku ingin dibebaskan, aku disuruh mencari seorang wanita."
KAMU SEDANG MEMBACA
39th
Fantasy"Jangan pernah berpikir kau bisa lari dariku, tak akan terjadi sekalipun dalam mimpi." ~ Zale Mitnar, pria brengsek yang mengambil satu gadis dari tiap provinsi di Minar untuk dijadikan 'wanitanya' selama sebulan sebelum akhirnya ia bunuh. Timeline...