14 | Anger

8.6K 913 57
                                    

"Berapa...  Sudah  berapa lama aku tertidur?" Zale bertanya sambil memijat sisi kepalanya yang nyeri seperti ada memar yang letaknya tidak pasti di mana tapi ada.

"Dua hari Yang Mulia."

"Dua... hari?" Kedua mata Zale melebar seketika, terkejut sambil mengingat-ingat kejadian terakhir sebelum dirinya tertidur lama bak Snow White.

"Anda sudah dua hari di Libie, Yang Mulia." Pria itu berkata lagi dan Zale baru menyadari kalau yang memberitahunya adalah Baron Mclouis Dove.

"Aku di Libie?" Zale terlonjak kaget sampai langsung bangun berdiri dari posisi berbaring. "Siapa yang mengurus keberangkatanku?"

"Yang Mulia maafkan saya, Tuan Elowen menitip pesan pada salah satu prajurit yang mengatakan pada saya untuk tidak membangunkan Anda yang sedang beristirahat." Jelas Mclouis.

"Istirahat?"Zale mengusap wajahnya kasar, kasar sekali sampai hidungnya memerah. "Aku pingsan bukan istirahat."

"Anda pingsan?" Seketika wajah Mclouis panik. Panik yang telat sekali.

"Seseorang melakukan sesuatu pada anda? Siapa pelakunya? Anda... Anda mau saya panggilkan Tabib untuk memeriksa kondisi anda secara menyeluruh, Yang Mulia?"

Mengabaikan ucapan Mclouis, Zale mengepalkan tangannya erat dan melempar tatapan tajam ke arah balkon kamar tempatnya berada sambil mengingat situasi dimana Elle membenturkan kepalanya dengan kurang ajar. Memanfaatkan situasi saat ia lengah.

"Awas saja, jika kulihat wajahnya sekali lagi makan..." Kalimat Zale itu dia katakan dalam hati sambil mengepalkan tangan erat dengan rahang mengetat, menandakan kekesalannya saat ini mencapai tingkat tinggi namun berangsur mereda saat Mclouis membicarakan soal perempuan-perempuan yang sudah siap ia pilih.

"Semuanya menunggu diluar, Yang Mulia." Kata pria itu.

"Aku akan keluar nanti. Sekarang katakan, mengapa kau minta dana banyak sekali dari istana untuk pembangunan ulang yang tak seberapa itu? Kau meminta sembilan ratus lima puluh juta lunar dari istana, Baron Mclouis."

"Apa!?" Mendengar nominal fantastis yang dikatakan oleh Zale, Mclouis terkejut bukan main. "Maaf, Yang Mulia. Maafkan saya, tapi saya tidak meminta sebanyak itu."

"Jadi, kau mau bilang aku yang melebih-lebihkan?"

"Tidak, Yang Mulia." Mclouis menggelengkan kepalanya. "Saya tidak bermaksud bilang begitu, saya..."

"Kau akan melakukan korupsi, aku benar?"

"Tidaaaak! Yang Mulia, saya... saya tidak seperti itu." Mclouis membela diri dengan mata berkaca. "Saya... Saya sangat setia kepada anda, ini pasti kesalahpahaman."

"Kalau begitu luruskan." Ucap Zale tak mau tahu. "Bawa buktinya bahwa kau tidak menulis nominal sebanyak itu."

Berpikir keras mencari bukti untuk mendukung opininya, Mclouis baru ingat. "Anda bisa tanya langsung pada istri saya. Sebentar, Yang Mulia." Dia berjalan menuju pintu kamar dan berseru. "Vivian! Vivian! Vivian, cepat kemari!"

Wanita bernama Vivian yang sedang menggendong bayi perempuannya langsung datang berbondong-bondong memenuhi panggilan sang suami dengan wajah keheranan.

"Yang Mulia, ini istri saya, Vivian. Dan Vivian, cepat beri salam." Pintanya pada sang istri.

Vivian mengangguk lalu membungkuk dengan cepat, memberi salam penghormatan pada Zale. "Salam hormat dari saya, Yang Mulia."

Satu tangan Zale terangkat, menanggapi salam yang Vivian berikan lalu bertanya. "Tujuanmu membawa istrimu ke sini apa?"

"Yang--"

39thTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang