23 | Limerence

6.3K 716 84
                                    

"Sudah kuduga gadis itu akan membuat masalah, Yang Mulia. Aku melihat matanya yang penuh dendam dan keinginantahuan." Celetuk Chisara bak menyiramkan satu dirigen penuh bensin diatas api yang menyala dan memperkeruh suasana.

Di ruangan ini terdapat Zale selaku si pemilik kamar, Chisara si penyiram bensin, Sepehr si saksi mata, Avantika si pelaku, dan Elle si tukang bersih-bersih yang tetap sibuk mengepel lantai secara manual disaat empat manusia lainnya terjerat ketegangan.

"Nona Avantika melakukan provokasi pada masyarakat. Sekarang berita buruk tentang anda sedang menyebar, Yang Mulia." Sepehr jelaskan ulang situasinya agar lebih dimengerti oleh semua pihak.

"Yang Mulia--" Chisara akan menyambar lagi, tetapi kali ini Zale mengangkat tangannya ke udara dan melarang perempuan itu bicara.

Pria menyebalkan itu lalu melemparkan tatapan penuh kepada Avantika dan bertanya. "Kau sadar efek samping dari tindakanmu ini sangat besar?"

"Kau takut semua orang mengetahui kebusukkanmu?" Balas Avantika tak bersedia dipojokkan sebagai pelaku kejam yang menyebar berita buruk tentang Raja. "Nyatanya semua yang kukatakan pada mereka benar adanya. Itu fakta dan kau takut orang-orang akan melakukan protes untuk membuatmu turun tahta."

"Kau tidak mengerti seperti apa hukum tahta, Nona Avantika. Ekspetasiku tentangmu ternyata salah, kau tidak sebijak yang kupikirkan." Sahut Zale.

"Sepehr," dari Avantika tatapnya pindah kepada Sepehr. "Beri aku rekomendasi hukuman untuk Nona Avantika."

"Kurasa--"

"Nona Avantika, kau akan dipenjara sampai kau menyesali perbuatanmu terhadapku." Ucap Zale memotong perkataan Sepehr.

"Orang gila!" komentar Elle dalam hati, diam-diam menguping dan tidak kaget saat Zale memotong kalimat Sepehr padahal sebelumnya Zale yang bertanya pada pria itu mengenai hukuman Avantika.

"Aku sama sekali tidak menyesal atas perbuatanku." Tegas Avantika.

"Maka kau akan tinggal lama di dalam sana."

"Aku tidak peduli pada diriku sama sekali." Desis Avantika. Daripada dirinya ia lebih cemas pada si gadis berambut merah. "Kau akan bernasib sama seperti tulang belulang yang ada di ruang bawah tanah asal kau tahu. Pria itu... Dia akan menghabisimu setelah satu bulan!"

"Yang Mulia, salam hormat." Dari luar seorang prajurit datang tergopoh, memberitahukan situasi kacau diluar istana.

"Para warga berkumpul ricuh diluar, mereka memakai kekerasan dan menyerang para penjaga gerbang. Apa yang harus kami lakukan, Yang Mulia?"

Dua teman pria itu tewas, dia datang ke sini dengan luka terbuka di tangan kiri yang bisa dilihat jelas oleh semua orang terutama Zale.

"Kau lihat akibat dari tindakanmu? Banyak orang tak bersalah menjadi korban." Zale menekankan empat kata terakhir yang keluar dari mulutnya, tetapi Avantika tetap tidak mau kalah.

"Lalu kau pikir semua orang yang kau bunuh bersalah!?"

"Ya."

Singkat, padat, ya. Jawaban Zale tidak terduga, Avantika pikir pria itu akan berkilah untuk membenarkan perbuatannya.

"Kau terkejut?" Zale mengernyitkan alis masih bisa tenang dalam situasi ini, saat telinganya saja bisa mendengar keributan dari luar istana.

"Kupikir kau istimewa, tapi merusak segalanya mengenai pandanganku terhadapmu. Sepehr, lempar gadis itu ke penjara!" Titah tak terbantah sudah Zale beri.

Avantika ditarik paksa oleh Sepehr meninggalkan ruangan tersebut dan disambut langsung oleh beberapa penjaga yang ikut menggiringnya ke penjara bawah.

Tersisa prajurit tadi bersama laporannya. Juga wajah yang nampak cemas itu, terlihat sangat patut dikasihani.

39thTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang