Halo, ini Zale.
Lagi.
Dengan makan malam keduanya bersama Avantika setelah berhasil mengubah warna rambutnya menjadi hitam pekat berkat jasa memuaskan dari Miguel.
Tempat yang Zale pilih kali ini adalah paviliun yang berada di tengah-tengah kolam buatan dengan banyak sekali bunga teratai diatas permukaan air. Sama dengan tempat saat ia mengerjai Elle, meminta gadis itu menangkap seekor ikan yang nyatanya tidak pernah ada.
"Selamat malam, Nona Avantika. Sebelum sesi makan malam dimulai, ada satu hal yang ingin kukatakan padamu." Zale bicara dengan lembut sekali, sangat lembut sehingga para pelayan yang mendengarnya dari jauh ingin muntah.
Pria itu tidak pernah bersikap ramah sama sekali. Jadi, kelihatan benar-benar aneh saat melihatnya bicara lembut dan bersikap ramah seperti ini.
Walau pada dasarnya semua orang tahu, seseorang akan menunjukkan versi terbaik dari dirinya kepada orang yang dicintai.
"Apa yang mau kau katakan padaku, Yang Mulia?" Jawaban Avantika terdengar sangat kaku, namun setidaknya gadis itu berusaha untuk terbiasa dan senyum sedikit.
"Aku minta maaf atas kejadian minggu lalu, dan ingin mengakui sesuatu padamu. Sebentar lagi kita menjadi pasangan seumur hidup, aku ingin bersikap jujur." Pelan-pelan Zale mengutarakan isi hatinya pada Avantika karena baginya bicara dengan gadis itu membuatnya merasa tenang dan tentram.
Zale menjilat bibir bawahnya yang terasa agak kering sebelum mulai bercerita panjang. "Semua yang kau ketahui tentangku itu benar. Aku membunuh gadis yang kujadikan sebagai kekasih satu bulan setelah tanggalnya sudah habis, tetapi kau perlu tahu kalau jauh sebelum aku datang ke setiap provinsi... orang tua dari gadis-gadis itu mengirim surat berisikan identitas lengkap putri mereka dan riwayat hidupnya bahkan letak tahi lalat di area-area tertentu juga dijelaskan dalam surat itu. Jadi, aku bisa memilih dan memberi kompensasi pada keluarganya begitu mendapatkan putri mereka yang sudah mereka jejali ketamakan harta dan angan-angan menjadi Ratuku."
Mendengar semua pengakuan itu, bulu kuduk Avantika merinding dan tangannya terkepal seakan-akan melindungi sisa nyalinya di dalam sana.
"Apapun..." Setelah keberaniannya terkumpul, Avantika menyahut. "Apa saja alasannya, kau tetap pembunuh. Kau membunuh mereka semua untuk kesenangan. Itu adalah kejahatan dan dosa."
"Orang tuanya lebih dulu setuju, bagaimana mungkin aku menolak? Aku malah suka karena diperkenalkan calonku sebelum menemuinya." Balas Zale merasa tak salah, dia hanya lakukan sesuai keinginan para orang tua yang sukarela menukar anaknya dengan kompensasi berupa harta.
"Kuakui tiga orang diawal adalah pilihanku, tetapi sisanya... para orang tua dari berbagai provinsi yang ajukan sendiri dan ada banyak. Aku tinggal meminta asisten pribadiku memilih yang sesuai kriteria dan--"
"Kau jahat sekali, Yang Mulia."
Avantika tidak pernah merasa sesesak ini sebelumnya, ketika bicara dengan orang lain dalam topik berat. Tetapi, yang ini bahkan rasanya seperti Avantika ingin memuntahkan seluruh isi perut termasuk organnya keluar sangking terlalu sesak dan mual mendengar pengakuan Zale yang sama sekali tidak menyesal.
"Kau tidak menyukainya?" Zale paham betul arti dari ekspresi wajah gadis itu.
Takut, jijik, resah. Seperti sedang melihat sampah. Dan memang, Zale memang sampah!
"Jangankan aku, coba kau beritahu pada orang tua mereka yang dengan pikiran positif mendaftarkan anaknya untuk dipilih menjadi kekasihmu. Jika tahu anaknya berakhir dibunuh... apa mereka akan menyukainya?" Tak kuasa menahan air mata lebih lama, Avantika menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
39th
Fantasy"Jangan pernah berpikir kau bisa lari dariku, tak akan terjadi sekalipun dalam mimpi." ~ Zale Mitnar, pria brengsek yang mengambil satu gadis dari tiap provinsi di Minar untuk dijadikan 'wanitanya' selama sebulan sebelum akhirnya ia bunuh. Timeline...