9 | Tomato Sauce Bread

9.6K 983 57
                                    

Berbeda dengan pakaian Zale yang cenderung santai dan lebih sering nampak dengan jubah panjang berwarna putih yang terbuka pada bagian dada supaya lebih mudah dibongkar saat tergesa ingin ena-ena, pakaian Sepehr lebih kompleks dan berlapis. Oh! Dan jangan lupakan Selempangan hijau dengan logo kerajaan Minar yang tersampir di salah satu bahu Sepehr, menyilang ke pinggangnya.

Mungkin karena jabatannya sebagai Kepala Ksatria tingkat I? Mungkin saja, kan?

"Se...pere? Se...pear? Ceper?"

"Sepehr." Ucap pria itu membenarkan pengucapan Elle mengenai namanya.

"Aku tahu, cara bacanya adalah Se-pear atau Se-pir dengan sedikit H sehingga Se-pirh. Kan?"

"Ya, begitu." Angguk Sepehr. "Kau mengucapkannya dengan benar."

Keduanya berjalan menuju pasar yang tetap ramai pada malam hari persis seperti Jakarta, kota yang tidak pernah tidur di mata Elle. Mau jam dua subuh sekalipun tinggal buka pintu maka cilukba sudah ada berbagai tukang jualan makanan, ia tinggal pilih.

"Aku rindu jadi pekerja dengan gaji dibawah UMR." Gumam Elle.

Setidaknya di tempat kerja lamanya tidak ada yang memintanya mencari jarum dalam jemari dan mempermainkannya diakhiri setelah mendapatkan jarum yang diminta.

"Kita pergi ke tempat makan yang biasa kukunjungi, kau tidak keberatan?" Sepehr menanyakan dengan nada ramah walau mukanya jutek seperti orang yang ditagih hutang.

"Kau yang bayar." Sahut Elle pelan masih bisa di dengar Sepehr.

"Tidak perlu khawatir begitu, Nona, aku yang ajak sudah pasti aku yang bayar." Sedikit memberi penegasan diakhir kalimatnya, Sepehr sempat merasa diremehkan oleh Elle padahal niatnya baik kepada gadis itu.

"Benarkah?" Terdengar menyebalkan memang, tapi apa salahnya memastikan? Sebab Elle sudah terlalu terbiasa bertemu dengan kaum lelaki pinjam seratus tak pernah dikembalikan.

"Aku ini Ksatria. Apa aku terlihat tak punya uang sepeserpun?"

"Ayolah, mengapa para lelaki mudah sekali tersinggung? Kalau memang uangmu banyak seharusnya kau tidak marah dong!" Dengkus Elle bersikap menyebalkan.

Sepehr geleng-geleng kepala, tak habis pikir akan gadis itu. "Pantas saja Yang Mulia mengerjaimu seperti itu."

"Hei!" Seru Elle berbalik dan menunjuk  Sepehr tepat di wajah. "Jangan bicara sembarangan tentang itu."

"Tapi, benarkan?"

"Ya, benar!"

"Dasar bodoh!" Decih Sepehr samar.

"Apa!?" Elle berseru namun tidak melanjutkan mendesak Sepehr mengakui yang diucapkannya sebab begitu meluruskan pandangan ke arah depan, ternyata mereka sudah sampai di tempat biasa yang Sepehr maksud.

"Pesanlah sesuatu." Sepehr berjalan mendahului Elle dengan tergesa seperti sedang mencari sesuatu.

"Uangnya!?" Tanya Elle dengan suara sedikit lebih besar supaya Sepehr dengar.

Pria itu lalu menoleh ke arah Elle sebelum masuk lebih jauh kemudian melihat ke arah lelaki pemilik bar sekaligus rumah makan yang sibuk melayani pembeli sampai tercipta kontak mata antara ia dan pria itu kemudian Sepehr menunjuk ke arah Elle.

Lelaki itu paham, dia mengikuti arah yang Sepehr tunjuk dan menemukan seorang gadis berpakaian pelayang yang berdiri diantara lalu lalang orang yang masuk dan keluar dari bar lalu mengangguk pada Elle.

Lantas Elle mengedarkan pandangan ke sekeli, mencari meja yang sekiranya masih kosong dan mendapatkan satu di bagian pojok. Dengan cepat Elle menempati salah satu kursi di meja itulah dan selang beberapa menit seorang gadis menghampiri Elle dengan catatan berisi menu makanan di tempat itu.

39thTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang