21 | Reverie

6K 644 27
                                    

Agaknya keinginan Elle untuk bebas sangatlah kuat. Satu-satunya kesempatan yang dia miliki adalah dengan menemukan wanita itu, Maude.

Memanfaatkan waktu saat Zale tidak memanggilnya datang untuk membersihkan kamar karena telapak tangan Elle sedang cidera, Elle mendatangi para pelayan yang dirasa cukup tua untuk ia tanyai tentang pelayan terdahulu semasa Raja dan Ratu masih hidup.

"Kau tidak tahu, ya?" Elle memastikan sekali lagi dan pelayan wanita dihadapannya menggeleng.

"Tidak ada seorangpun pelayan dari masa pemerintahan Raja terdahulu yang masih bekerja disini. Percuma saja kau bertanya pada semua orang, Elle." Katanya lalu pergi.

Namun Elle tidak menyerah, ini upaya terakhirnya untuk bebas setelah rencana awal--resign setelah menerima gaji--mustahil ia lakukan sebab ujung-ujung Zale akan memerintahkan prajuritnya untuk memburu dan menghabisi Elle yang dianggap kabur.

Jadi, Elle tetap mendatangi pelayan lain yang ia anggap mungkin saja punya kenalan yang dulu bekerja di tempat ini.

"Bibi, permisi." Sesopan mungkin Elle menyapa wanita berumur 40 tahunan di hadapannya yang sedang menjemur kain-kain di halaman belakang.

Menjeda kegiatannya sejenak, Caferina mempersilakan gadis belia itu bicara. "Apa yang membawamu jauh ke sini?"

"Aku ingin bertanya, sebelumnya aku tidak ada maksud untuk lancang atau semacamnya. Ibuku dulu bekerja disini saat aku masih kecil, kami terpisah karena masalah keluarga. Sekarang aku sudah besar, tapi kudengar ibuku sudah lama tidak bekerja disini. Jadi, aku ingin mencari jika ada seseorang yang mengenal pekerja lain... siapapun yang bekerja di masa pemerintahan Raja terdahulu, kumohon beritahu padaku." Tutur Elle menambahkan sedikit bumbu kebohongan. Salah satu keahliannya dari dulu, sebelum berada di tubuh ini.

Caferina tersenyum sampai guratan-guratan di pipi dan sudut bibirnya semakin timbul. "Kau datang ke orang tepat. Aku akan mengantarmu pada beberapa kenalan ibuku, hanya jika kau sedang bebas tugas."

Langsung saja Elle mengangkat tangannya yang terbalut oleh perban, yang pada bagian tengahnya berubah warna menjadi merah.

"Aku diliburkan karena cidera, aku sangat bebas sekarang."

"Kau terburu-buru." Caferina terkekeh. "Tunggulah disana, biar kuselesaikan cucian ini terlebih dahulu." Ucapnya dibalas anggukan patuh oleh Elle yang langsung menyingkir guna memberi ruang pada wanita itu, untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Dari jauh Elle tidak sadar sedang diperhatikan oleh Elias. Pria itu ingin coba berkomunikasi dengan Elle sekali lagi, setelah kemarin gadis itu malah pingsan dan nampaknya lupa akan semua yang dialaminya dalam sekejap.

Jelas saja! Memangnya siapa yang tidak syok saat melihat orang spesial mendadak bersikap dan bicara sangat normal, ha?

Sambil mengawasi Elle, Elias mengingat-ingat gadis yang terakhir kali ia berhasil melarikan diri dari tempat ini. Seharusnya gadis itu aman, seharusnya. Tetapi, Zale bilang semua yang lari tetap akan mati.

Kemungkinan terbesarnya adalah Zale memiliki mata-mata yang bersembunyi dibalik semak belukar, mengintai ke arah istana sehingga saat ada yang kabur mereka langsung keluar dari persembunyian dan melumpuhkan bahkan membunuh seseorang itu. Sangat kejam.

"Jake, ya, aku harus menemui Jake sekarang juga!" Gumamnya segera mencari keberadaan sahabatnya itu di area kebun belakang istana.

Lelaki itu sudah pasti sedang menggunting tanaman sesuai dengan keinginan Yang Mulia. Kalau sebelumnya bentuk ikan, sekarang Zale minta tanamannya dibuat berbentuk permata segi enam.

"Benar-benar menyusahkan!" Dengkus Jake hampir melempar gunting besarnya ke arah Elias yang muncul tiba-tiba.

"Eh, kau..." Jake melihat ke sekeliling terlebih dahulu sebelum menarik Elias berjongkok bersamanya. "Mengapa mendatangiku di siang bolong? Ini berbahaya, kau tahu?"

39thTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang