43 | After Dinner

4.6K 523 57
                                    

Kalau diminta jujur, Zale akan mengaku pada seluruh dunia bahwa topik perbincangan yang paling dibencinya adalah tentang Sepehr.

Ingin sekali rasanya dia menenggelamkan Sepehr atau siapapun orang yang membicarakan pria itu kecuali seorang gadis dihadapannya ini.

Elle mungkin akan jadi satu-satunya yang tidak Zale tenggelamkan ke inti bumi.

Bagaimana cara gadis itu tersenyum saat menjelaskan sifat-sifat dominan yang Sepehr miliki benar-benar terasa menyebalkan.

Selera makan Zale hilang. Daging panggang lezat di piringnya koyak akibat ia tusuk-tusuk dan jadikan sebagai pelampiasan setiap kali Elle memuji-muji Sepehr.

"Selain tampan, dia juga..." Masih seputar Sepehr, Zale pura-pura tuli tetapi tetap seluruh ucapan Elle bisa menembus gendang telinga bahkan menari-nari dalam otaknya.

Itu tidak akan terasa menyebalkan jika Elle tidak membicarakan Sepehr, itu akan terasa sangat menyenangkan jika Elle membicarakan tentangnya saja.

"Yang Mulia, apakah anda ingat saat kita membongkar makam wanita jahat itu?"

Zale mengangguk semangat. "Ya! Aku ingat. Ada apa?"

Satu alis Elle terangkat, ia menyadari sesuatu. "Kurasa kita melupakan tengkoraknya."

"Apa itu tertinggal di rumah Margaret?"

"Martha," ralat Elle. "Sepertinya begitu, aku tidak bawa. Anda juga tidak bawa, kan?"

Zale menggeleng. "Aku tidak ingat kita memiliki itu." Selama seminggu saat Elle pingsan, Zale sibuk mengurus gadis itu. Tidak mau meninggalkan ruangannya walau hanya sedetik, kalau ditanya alasannya agar bisa melihat Elle saat gadis itu sakaratul maut.

Zale sialan. Memang!

"Aku bisa bayangkan betapa histerisnya mereka." Ringis Elle berimajinasi Martha atau salah satu dari orang tuanya menemukan bungkusan tengkorak kepala Maude di kamar yang ia tempati bersama Zale.

Seolah terhubung dengan pikiran Elle, Zale ikut meringis saat dilihatnya dalam imajinasi Martha sedang berteriak histeris usai membuka bungkusan berisi tengkorak Maude.

"Kurasa sebaiknya kita jangan kembali ke sana dalam waktu dekat."

"Anda benar." Angguk Elle setuju. "Kalau begitu sampai mana tadi tentang Sepehr?"

'Ini lagi!' Zale berdecak tanpa suara dan merotasikan matanya jengkel, tetapi sepertinya entah menangkap atau tidak, Elle nampak tidak terlalu menyadari bahwa Zale benci sekali setiap dia membahas Sepehr.

"Sepehr dan aku pernah--"

"Aku juga pernah." Potong Zale dengan wajah datar.

"Maaf?" Jelas saja hal itu membuat koneksi dalam otak Elle terputus.

"Apapun yang ingin kau katakan tolong simpan dulu." Zale mempertegas ucapannya lalu menghela nafas kasar, menyandarkan punggungnya pada kursi yang diduduki.

"Mari bahas yang lain seperti..." Pandangan Zale mengedar, mendapati barisan panjang seekor semut. "Seperti mengapa semut tinggal di dalam tanah?"

Elle nampak tidak setuju dan mengomel kesal. "Aku disini bukan untuk membahas itu. Kau bilang kau menyukai Sepehr dan butuh bantuanku untuk lebih dekat dengannya!"

"Ya, memang." Zale menyahut sambil membuka kedua tangannya, lebih menyukai saat Elle bicara informal dengannya. "Kau benar, kau disini untuk mendekatkanku dengan Sepehr."

Secara kebetulan topik utama mereka malam ini lewat di lorong luar istana sehingga tanpa basa-basi Zale langsung meneriaki nama Sepehr dan membuat pria itu bergabung ke tengah-tengah dirinya dan Elle.

39thTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang