"Sembilan ratus lima puluh juta lunar?" Satu alis Zale terangkat saat membaca dokumen yang di kirim oleh Baron Mclouis Dove dari Libie mengenai pembangunan ulang di beberapa tempat dalam wilayah itu.
Lorenz selaku sekretaris keuangan istana sampai melongo mendengar nominal uang yang dibacakan oleh Zale sebab dirinya penanggung jawab utama keuangan kerajaan.
"Untuk membangun ulang museum, beberapa peternakan besar, dan gedung pertemuan?" Zale mempertanyakan nominal yang terlalu besar untuk semua itu. "Bahkan sembilan puluh juta lunar masih memiliki sisa banyak untuk membangun semua itu."
"Saya juga bingung, Yang Mulia." Lorenz takut salah berkomentar perihal topik tersebut. "Saya belum mengirimkan dana sama sekali pada Baron Mclouis."
"Aku akan berkunjung ke Libie selama tiga hari, jangan kirim sepeser pun sebelum aku memutuskan." Tegas Zale tak mau ada korupsi di pemerintahannya.
"Kirim utusan untuk memberitahu kedatanganku besok, minta gadis-gadis dipersiapakan untuk pemilihanku." Pinta Zale pada Lorenz, meninggalkan topik mengenai pendanaan diluar nalar sebelumnya.
"Baik Yang Mulia." Patuh Lorenz membungkuk hormat. "Kalau begitu saya pamit dulu, salam Yang Mulia."
"Dan panggilkan pelayan kamarku, suruh dia datang ke halaman samping tempat latihan." Seru Zale dibalas anggukan oleh Lorenz lalu pria itu meninggalkan ruangan tersebut.
Nampak Zale membawa cangkir berisikan teh jahe miliknya sebelum beranjak meninggalkan ruangan tersebut menuju halaman samping istana yang biasa digunakan sebagai tempat latihan bagi para ksatria tingkat atas termasuk dirinya.
Namun Zale bukan datang untuk latihan, Zale datang untuk menikmati cahaya matahari yang sempurna apabila disaksikan dari tempat tersebut sambil mengawasi para ksatria tingkat I dan II yang dijadwalkan latihan hari ini.
"Selamat pagi, Yang Mulia. Salam hormat dariku." Lelaki tinggi berambut cokelat dengan warna mata biru tua itu menyapa. Dia adalah Sepehr Yvaine Sang kepala ksatria tingkat I.
Disebelahnya terdapat Miro Donomie Sang kepala ksatria tingkat II yang juga memberi salam serupa sambil membungkukkan badan begitu melihat Zale datang ke halaman latihan.
"Apa anda akan latihan pagi ini?"
Zale mengangkat sebelah bahunya lalu duduk di kursi santai yang tersedia di pinggir halaman. "Kalian lanjutkan seperti biasa, aku duduk disini untuk matahari pagi."
Sepehr dan Miro sama-sama mengangguk lalu mereka bergegas menuju halaman latihan bersama ksatria lainnya yang sudah siap untuk di tes kemampuannya usai pelatihan ketat selama tiga bulan penuh.
Tak jauh dari tempat Zale duduk terlihat setumpuk penuh jerami teronggok begitu saja, tak berserakan sama sekali. Namun hal itu malah membuat ide gila muncul dalam kepala Zale.
"Berikan jarum itu padaku." Zale meminta seorang pelayan wanita yang baru datang dengan nampan berisi camilan menyerahkan jarum yang dipakainya untuk menahan tali apron yang dia kenakan supaya menyambung.
Tanpa bertanya untuk apa atau membantah, pelayan tersebut melepas jarum dari tali apronnya dan menyerahkannya ke telapak tangan Zale.
Selang tiga detik Elle muncul dengan nafas tergesa dan rambut yang diikat asal mengingat dirinya sudah dipanggil oleh Zale untuk datang ke halaman samping.
"Salam... Yang Mulia..." Nafas Elle masih ngos-ngosan, ia berlari untuk sampai ke tempat ini karena jaraknya cukup jauh tadi. "Ada... ada hal yang bisa saya bantu?"
"Ini," Zale mengulurkan jarum yang dipegangnya pada Elle. "Kau lihat tumpukkan jerami yang ada disana?"
Elle melihat ke arah Zale menunjuk dengan dagu lalu mengangguk. "Saya melihatnya."
"Aku ingin kau letakkan jarum ini diantara tumpukan jerami itu lalu mengacak tumpukkannya."
Dengan satu alis terangkat, Elle mengambil alih jarum dari tangan Zale dan melaksanakan perintah aneh dari pria itu. Oke, Elle anggap Zale sedang fetish pada jerami. Dan sesuai dengan permintaannya setelah meletakkan jarum, Elle mengacak tumpukan jerami tersebut supaya tak ada yang tahu pasti letak jarum yang tadi ia masukan.
"Sudah kulakukan, Yang Mulia." Lapor Elle kembali pada Zale.
Pria itu tersenyum miring, Elle seketika mendapat firasat buruk melalui senyum itu. Dia merasa sepertinya sesuatu yang licik akan terjadi, sesuatu yang akan menjebaknya, dan sesuatu yang--
"Lima ratus lunar, temukan jarum itu sekarang." Daripada tawaran, perkataan Zale lebih mirip perintah bagi Elle.
Elle menyengir, menampilkan deretan gigi-giginya dalam kefrustasian yang sulit dijelaskan melalui kata-kata saat diminta mencari jarum yang tadi ia masukan sendiri ke dalam jerami dengan iming-iming lima ratus lunar yang sudah pasti sulit bagi Elle untuk menolak.
"Yang Mulia tidak sedang bercanda, kan?" Makanya Elle memastikan dulu sebelum bertindak.
"Aku terlihat seperti pembohong di matamu, Cherry?"
Elle menggeleng.
"Kalau begitu lakukan. Lima ratus lunarmu sudah menunggu." Kata-kata itu seolah membangkitkan jiwa mata duitan Elle.
Jadi, tanpa pikir panjang dan mengeluh lebih lama... Elle lakukan yang Zale minta. Ia hampiri jerami tadi dan mulai membongkar helaiannya dengan hati-hati, membentuk tumpukan baru di sisinya, dan mencoba mengabaikan fakta bahwa dirinya terlihat bodoh di mata para ksatria yang diam-diam menyimak obrolannya dengan Zale.
Sampai malam menjelang dan latihan selesai sejak satu jam lalu, Elle tetap mengacak-acak jerami untuk mencari sebuah jarum yang tadi ia letakkan sambil menyesal. Harusnya tadi ia tidak benar-benar meletakkan jarum di dalam jerami sehingga mudah baginya untuk temukan itu.
"Sepehr," Zale menegur Sepehr yang hendak masuk seperti yang lainnya, ini sudah jam makan malam. "Keberatan jika makan malammu tertunda?"
"Maaf, Yang Mulia?" Dahi Sepehr berkerut, "anda mau meminta saya melakukan sesuatu?"
"Ya. Awasi pelayanku yang ada disana." Tunjuk Zale pada Elle dari kejauhan.
"Sesuai perintah anda, Yang Mulia."
Zale beranjak dari duduknya dan masuk duluan ke dalam istana meninggalkan Elle yang masih sibuk dengan jerami dan sekarang dihampiri pula oleh Sepehr.
"Tinggalkan itu." Sepehr membuka obrolan sepihak karena Elle tak menanggapi. "Aku akan membayarmu tujuh ratus lunar. Sekarang biarkan aku makan malam dengan menyudahi aksimu itu."
Elle berdecak. Saat menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang bicara padanya, fokus Elle jatuh pada jarum yang sama--yang tertancap di dekat kancing pakaian Sepehr.
Tanpa pikir panjang Elle merebut jarum itu dari sana sampai Sepehr atau terkejut, takut tertusuk oleh jarum yang Elle ambil begitu saja darinya.
"Terimakasih." Gadis itu berkata cepat sekali kemudian berlari masuk ke istana, bahkan Sepehr belum sempat mencerna keseluruhan yang terjadi saat Elle sudah hilang dari pandangannya.
Kemana dia? Jawabannya hanya satu. Kemana lagi kalau bukan menghampiri Zale dan memberitahu kalau ia sudah temukan jarumnya tepat sebelum pria itu menutup pintu kamar.
"Yang Mulia, saya bawakan jarumnya untuk anda!" Seru Elle sembari mengangkat jarum yang di pegang ya di depan wajah.
Sontak langkah Zale terhenti, pria itu balik badan dengan satu alis terangkat menyebalkan.
"Tapi, ini bukan 'sekarang' kan?" katanya.
"Apa maksud anda?"
Zale mengulangi perkataannya tadi pagi. "Lima ratus lunar, temukan jarum itu sekarang. Se-ka-rang, apa ini masih 'sekarang' bagimu?"
Brak!
Pintu di hadapan Elle tertutup kasar saat gadis itu dibungkam dengan sadis oleh Zale. Untuk sekedar berteriak atau menangis saja Elle sampai tidak bisa melakukannya karena sangking... ugh!
"Mau cari udara segar?" Sepehr menawarkan. Entah muncul dari mana tahu-tahu sudah berdiri tegak di samping Elle.
"Aku kehabisan makan malam." Lanjutnya sedikit curhat.
***
Elle : 🥺 *hamster sad song
KAMU SEDANG MEMBACA
39th
Fantasy"Jangan pernah berpikir kau bisa lari dariku, tak akan terjadi sekalipun dalam mimpi." ~ Zale Mitnar, pria brengsek yang mengambil satu gadis dari tiap provinsi di Minar untuk dijadikan 'wanitanya' selama sebulan sebelum akhirnya ia bunuh. Timeline...