Hening. Setelah Elle dan Sepehr meninggalkan dapur dengan masing-masing piring berisi makanan buatan Vivian. Tentu setelah wanita itu berpura-pura untuk bersikap baik-baik saja usai melihat kejadian yang cukup mengejutkan baginya."Kau baik-baik saja?" Elle bertanya setelah mereka sudah jauh dari dapur, tepatnya berada di taman halaman belakang kediaman Mclouis dan duduk dibawah pohon apel.
"Aku bisa ambil porsimu jika kau tidak nafsu makan." Timpal gadis itu disaat Sepehr tidak merespon apa-apa mengenai ucapannya sebelum ini.
Lagipula Elle sudah terlalu dewasa untuk terbawa perasaan hanya karena satu ciuman. Dia tak merasakan apa-apa selain keinginan untuk memakan makanan yang dimasak oleh Vivian karena terlihat sangat lezat dan beraroma menggoda.
Saat Elle mulai menyantap makanannya, Sepehr menghela nafas kasar dan buka suara. "Kau tidak menghiburku?"
"Untuk apa?" Berhenti mengunyah sejenak, Elle melempar balik pertanyaan sebagai respon. "Kau pikir di dunia ini hanya kau yang punya masalah dan butuh dihibur? Bukankah kau sudah terlalu tua untuk bergantung hidup pada orang lain?"
"Aturlah suasana hatimu sendiri untuk dirimu, mengapa harus orang lain yang mengaturnya?"
Sepehr menghela nafas kasar, mengusap wajahnya lalu meletakkan piring berisi makanannya di depan Elle karena tak nafsu baginya untuk menyantap sepotong roti dari sana atau sekedar mencicip kuah sayur dengan ujung jari.
"Aku salah bicara padamu."
"Jangan bicara kalau begitu." Masih tak bosan menanggapi, Elle akui dirinya bukan tipikal orang perasa.
Dulu begitu, tapi sekarang tidak terlalu. Elle benci saat dirinya terlalu memikirkan perasaan orang lain sementara perasaannya tak ada seorangpun yang peduli, baik teman maupun pasangan. Mereka egois terhadap hidup masing-masing dan Elle sedang belajar menjadi orang yang seperti itu, kecuali untuk Avantika.
Elle perlu selamatkan Avantika dari orang macam Sepehr karena sebenarnya cinta Zale untuk Avantika itu nyata, pria itu hanya perlu diajari cara setia dan dibantu bebas dari trauma masalalu mengenai hubungan kedua orang tuanya serta tragedi 'malam itu' yang Zale baru mampu ceritakan pada jasad Avantika.
Singkatnya, hubungan antara Zale dan Avantika berakhir buruk karena kurang komunikasi.
"Menurutmu... apa aku tidak pantas menjadi kekasih siapapun?"
"Kau memang tidak pantas." Elle menatap Sepehr lamat, ia hentikan kegiatan menyumpal mulutnya dengan potongan roti berbumbu untuk menjelaskan. "Aku tidak tahu niatmu sengaja untuk membuat mantan kekasihmu yang berstatus sebagai istri orang itu cemburu atau lainnya saat tiba-tiba menciumku, yang kutahu tindakan itu sangat pengecut karena kau sendiri tahu kalau Vivian menatapmu dengan pandangan cinta dan kau menghancurkannya begitu saja."
"Aku harus bagaimana?" Tanya Sepehr dengan nada terluka, kedua matanya memerah. "Dia istri orang lain sekarang. Dia tidak boleh menyimpan perasaan untukku."
"Maka harusnya kalian berpisah dengan baik-baik, bukan dengan melukai salah satu seperti cara pengecutmu."
Elle menghela nafas kasar, merasa cukup kesal. "Bisa aku makan dengan tenang sekarang?"
"Apa yang harus... kulakukan sekarang?"
"Gantung diri saja!" ketusnya menjawab.
"Mengapa pula aku harus selalu berada diantara orang-orang bodoh ini dan--"
"NONA ELLE!"
Gerutuan Elle terpotong oleh seruan lelaki yang berlari mendekatinya dengan tergopoh sampai dadanya itu kembang kempis tak karuan dan nafasnya pendek.
KAMU SEDANG MEMBACA
39th
Fantasy"Jangan pernah berpikir kau bisa lari dariku, tak akan terjadi sekalipun dalam mimpi." ~ Zale Mitnar, pria brengsek yang mengambil satu gadis dari tiap provinsi di Minar untuk dijadikan 'wanitanya' selama sebulan sebelum akhirnya ia bunuh. Timeline...