36. The Dark Mark

116 10 3
                                    

Malam itu, hujan turun dengan deras, menambah sunyi dan dingin yang merayap di setiap sudut rumah tua House of Black. Sally duduk di ruang tamu, menghangatkan dirinya di depan perapian yang menyala. Api berderak-derak pelan, memecah keheningan yang hanya diiringi oleh suara rintik hujan di jendela.

Tiba-tiba, terdengar ketukan di pintu depan. Ketukan yang cepat dan mendesak. Sally, yang awalnya tidak mengharapkan siapa pun di malam seperti ini, langsung berdiri. Ada sesuatu yang aneh dalam ketukan itu, membuat jantungnya berdegup lebih kencang. Siapa yang akan datang ke sini, di malam hujan, tanpa pemberitahuan?

Ia melangkah menuju pintu, sedikit ragu, sebelum akhirnya memutar kenop dan membukanya. Di sana, berdiri seseorang yang tidak ia duga akan muncul—Draco Malfoy, basah kuyup dari hujan, wajahnya tampak pucat dan cemas. Tanpa sepatah kata pun, Draco tiba-tiba menarik Sally ke dalam pelukan erat. Sally terkejut, tubuhnya menegang sejenak, tetapi tidak berkata apa-apa. Ia bisa merasakan napas terisak yang teredam di bahu Draco.

Sally membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukan itu, tanpa bertanya. Ada sesuatu yang sangat salah. Ia bisa merasakannya dari cara Draco memeluknya, seperti seseorang yang terhanyut dalam lautan ketakutan dan keputusasaan.

Setelah beberapa saat, Draco akhirnya melepaskan pelukannya, meski masih terlihat berat untuk benar-benar berpisah dari kenyamanan yang ia temukan dalam pelukan Sally. Ia menundukkan kepala, berusaha menenangkan dirinya, sementara Sally tetap diam, menunggu. Ia tahu waktu yang tepat akan datang.

Mereka berdua duduk di depan perapian, suasana sunyi hanya diisi oleh suara api yang membakar kayu dan hujan di luar jendela. Sally menatap Draco yang kini memandang lurus ke dalam nyala api, matanya tampak kosong dan putus asa.

Setelah hening yang terasa terlalu panjang, Sally akhirnya memberanikan diri untuk bertanya dengan suara yang hati-hati, "Draco, apa yang terjadi?"

Draco terdiam, seperti menimbang-nimbang apakah ia bisa membuka diri atau tidak. Kemudian, ia menarik napas panjang, seolah butuh seluruh kekuatannya hanya untuk berbicara.

"Ayahku... dia di Azkaban," Draco mulai, suaranya serak dan penuh beban. "Ibu... dia terlihat semakin menderita setiap hari. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, Sally. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa membantu mereka."

Sally menatap Draco, hatinya tersentuh oleh kesedihan yang jelas tergambar di wajahnya. Ia tahu betapa dekat Draco dengan keluarganya, terutama dengan ibunya, Narcissa. Melihatnya dalam kondisi seperti ini, jelas bukan hal yang mudah bagi Draco.

Draco menggigit bibirnya, sebelum melanjutkan, "Dan sekarang... Voldemort mengutusku secara pribadi untuk... untuk membunuh Dumbledore."

Mata Sally membelalak, terkejut mendengar pernyataan itu. Kata-kata itu menggema dalam kepalanya, tidak mudah diproses. Membunuh Dumbledore? Draco yang melakukannya? Voldemort telah menyerahkan tugas sebesar itu pada Draco, dan Sally tahu ini bukan pilihan. Ini sebuah perintah.

Melihat ekspresi kaget Sally, Draco mengalihkan pandangannya, seolah merasa malu. "Aku tidak bisa melakukannya, Sally. Aku... aku tidak tahu harus bagaimana. Tapi jika aku gagal, jika aku tidak membunuh Dumbledore... dia akan membunuh keluargaku. Ibuku... Ayahku... Semuanya akan hancur."

Sally hanya bisa duduk dalam keheningan, hatinya penuh dengan emosi yang berbaur. Draco, yang selalu ia kenal sebagai sosok yang penuh percaya diri dan angkuh, kini duduk di hadapannya, rapuh dan penuh ketakutan. Ini bukan Draco yang ia kenal. Ini adalah seseorang yang terjebak di antara pilihan yang mustahil.

Tanpa berpikir panjang, Sally meraih tangan Draco dan menariknya dalam pelukan. Kali ini, dia yang memeluk erat, seolah ingin melindungi Draco dari dunia yang begitu kejam di luar sana. Ia bisa merasakan tubuh Draco yang gemetar dalam pelukannya.

THE LAST BLACK- DRACO MALFOY x OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang