54. We talk about mother (again)

173 10 0
                                    

Sally dan Regulus minum teh bersama di ruang tamu. Mereka sama sama diam memandangi perapian. Sally membuka pembicaraan.

"Ayah, seperti apa ibu?" Regulus menghela napas pelan, matanya menerawang menatap api yang berkobar di perapian. Sesaat, seolah-olah api itu membawa bayangan masa lalu, ia tersenyum tipis, sebuah senyum yang jarang terlihat di wajahnya yang biasanya tegas.

"Ibumu... Pandora, dia seperti cahaya di tengah kegelapan," jawabnya pelan. "Dia memiliki cara pandang yang berbeda. Saat semua orang sibuk dengan aturan, tradisi, dan kekuasaan, dia justru melihat hal-hal kecil yang sering luput dari perhatian orang lain. Selalu ceria, selalu penuh rasa ingin tahu. Bagiku, dia seperti... angin segar yang membawaku keluar dari dunia yang dingin dan gelap."

Sally mendengarkan dengan penuh perhatian, mencoba membayangkan sosok ibunya yang tak pernah ia temui.

"Ibu pernah mengunjungiku, sekali saat aku berusia sekitar 5 tahun di Malfoy Manor. Aku tak mengenalnya, kukira dia wanita aneh yang tiba tiba datang mengaku sebagai ibuku."

Regulus menatap putrinya dengan sorot mata yang kompleks—ada rasa kehilangan, harapan, dan kepedihan yang mendalam. "Dia pasti ingin memastikan kau baik-baik saja," bisiknya.

Sally tersenyum kecil, mengenang saat itu. "Bibi memberikanku rasa kasih sayang yang adil. Ia menganggapku sebagai putrinya. Tetapi aku iri dengan Draco, saat ia terjatuh ia bisa langsung berlari kearah pelukan ibunya. Aku tak pernah merasakan perasaan itu."

Sally menyeruput tehnya lalu menaruhnya. Bunyi berdenting mengisi kekosongan ruang keluarga. "Lalu aku pernah pergi, ke sebuah rumah mirip benteng di dekat desa Ottery St Catchpole di Devon. Kudengar disana ibu tinggal selama ini. Jujur saja aku tak berharap apa apa, tetapi ternyata rasa kecewa masih menghantamku saat aku melihat ibu berlarian bersama Luna dengan penuh gelak tawa."

Regulus terdiam mendengar pengakuan putrinya, merasa nyeri yang tidak bisa ia ungkapkan dalam kata-kata. Ada begitu banyak hal yang ingin ia katakan untuk menjelaskan, untuk membela, tetapi apa yang telah hilang dan apa yang tidak bisa diubah menjadi penghalang yang tak terlihat di antara mereka.

Sally menghela nafasnya berat, ada banyak keraguan dan kekecewaan dalam raut wajahnya. "Aku butuh seseorang untuk disalahkan, aku mulai membencinya. Aku membenci ibu dan Luna tanpa alasan. Aku tak tau mengapa aku membencinya, tetapi aku butuh orang untuk disalahkan atas penderitaanku selama ini ayah."

Regulus menatap putrinya khawatir, sorotnya menunjukkan kekecewaan yang begitu besar. Sally membalasnya dengan senyum getir, "tentu saja aku hidup bahagia, bibi dan paman, serta Draco mencintaiku sepenuh hati. Tetapi aku butuh ayah dan ibuku. Aku merasa aku menganggu keluarga Malfoy akan kehadiranku. Itulah mengapa aku pulang, kesini. Agar aku tak lagi mengganggu keluarga itu."

Regulus merasakan dada sesak mendengar kata-kata Sally. Perasaan bersalah yang selama ini ia simpan semakin membesar, menyadari betapa dalam luka yang dipendam putrinya. Ia ingin memeluknya, menghapus semua kekecewaan yang terpendam di hati Sally, tetapi ia tahu bahwa kata-kata ini perlu dikeluarkan—Sally berhak mengungkapkan perasaan yang selama ini terkurung.

"Aku... mengerti, Sally," ucap Regulus dengan suara pelan namun penuh keteguhan. "Kehilangan ibumu dan aku begitu dini adalah ketidakadilan yang tak terukur. Tidak ada yang bisa menggantikan kehadiran kami. Kau berhak merasa kecewa dan marah, bahkan jika kemarahan itu tidak selalu menemukan sasaran yang tepat. Kadang, menyalahkan adalah satu-satunya cara untuk menghadapi rasa sakit yang begitu mendalam."

Sally terdiam, matanya berkaca-kaca. "Aku merasa seperti beban, Ayah. Aku tahu Bibi dan Paman menyayangiku, tapi aku juga tahu bahwa aku bukan bagian dari mereka seperti Draco. Mereka sudah punya keluarga sendiri. Dan ketika aku pulang ke sini... aku ingin menemukan sesuatu yang nyata."

THE LAST BLACK- DRACO MALFOY x OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang