25. Friends?

138 12 0
                                    

Stasiun King's Cross dipenuhi keramaian, entah murid murid baru atau murid lama yang akan kembali. Musim liburan sudah usai, saatnya mereka kembali ke Hogwarts. Sally dan Draco berangkat bersama, dibelakang mereka ada Regulus serta Narcissa yang menemani.

Pandangan orang orang masih sama, mereka memandangi Regulus dan Sally dengan tatapan takut. Keluarga Black adalah keluarga yang sangat berpengaruh, keluarga dengan darah paling murni dan kekayaan yang melimpah. Kembalinya Regulus Black, anggota keluarga Black membuat mereka berfikir apakah ini pertanda buruk atau baik. Regulus menghilang di masa kejayaan sang pangeran kegelapan, beberapa dari mereka mengira ia pergi untuk menyiapkan pasukan yang lebih kuat untuk sang pangeran, namun beberapa dari mereka juga percaya bahwa ia telah berkhianat. Sally sendiri juga tak tahu pasti akan hal itu, ayahnya masih menyimpan semuanya rapat rapat.

Sally memeluk ayahnya singkat sebelum ia masuk kedalam gerbong kereta. Lengannya sedari tadi dipegang oleh Draco, menuntunnya untuk masuk ke sebuat kompartemen. Disana ada Theodore Nott, Pansy Parkinson, Blaise Zabini, dan Lorenzo Berkshire.

Ketika Draco dan Sally memasuki kompartemen, suasana langsung berubah. Theodore, Pansy, Blaise, dan Lorenzo langsung menatap mereka, dan pembicaraan yang semula ramai itu seketika terhenti.

Draco menghela napas, menyadari bahwa mereka tidak akan bisa menghindar dari pertanyaan.

"Di mana kau selama ini, Sally?" tanya Pansy dengan nada ingin tahu. "Kami mengira kau menghilang dari permukaan bumi!"

"Ya, apa yang terjadi?" Theodore menyusul, dengan ekspresi khawatir di wajahnya. "Kami mendengar banyak rumor."

Blaise menyilangkan tangan di dada, menambahkan, "Dan apa benar ayahmu yang kembali? Regulus Black? Itu tak bisa dipercaya!"

Sally merasa jantungnya berdebar. "Ya, itu benar. Ayahku kembali," jawabnya, berusaha terdengar tenang meski perasaannya bergejolak.

Lorenzo menyentuh dagunya, tampak merenungkan. "Tapi kenapa sekarang? Kenapa dia baru muncul setelah semua ini?"

Draco, yang masih terlihat gelisah, akhirnya menyela. "Kita tidak tahu semua detailnya, jadi mungkin kita harus memberi Sally ruang untuk berbicara."

Pansy menatap Draco dengan alis terangkat, jelas merasa tidak puas. "Tapi ini penting, Draco! Bagaimana kalau ada bahaya yang mengancam kita semua?"

Sally merasa berat untuk mengungkapkan semuanya. "Ayahku punya alasan yang kuat untuk kembali. Tapi untuk saat ini, aku hanya ingin fokus pada tahun ajaran baru kita," ujarnya, berharap bisa meredakan ketegangan.

Theodore menyandarkan punggungnya, tampak tidak sepenuhnya yakin. "Kau tahu kita selalu mendukungmu, Sally. Tapi kita perlu tahu jika ada yang tidak beres."

"Ya, kami bukan hanya teman biasa," Blaise menambahkan. "Kami di sini untuk melindungi satu sama lain."

Draco menatap Sally, memberikan sinyal bahwa ia ada di sisinya. "Kita akan menghadapinya bersama," katanya, menegaskan dukungan teman-temannya.

Sally mengangguk, merasa sedikit lebih tenang. "Terima kasih, semuanya. Aku akan memberi tahu kalian apa yang bisa kukatakan. Tapi sekarang, mari kita nikmati liburan terakhir kita sebelum kembali ke Hogwarts."

Kompartemen kembali dipenuhi suara tawa dan canda, meski Sally tahu, di balik semua itu, pertanyaan dan kekhawatiran akan tetap ada, menunggu untuk diungkapkan.

Theodore sepertinya tidak bisa menahan diri untuk tidak mengungkit kembali topik yang sensitif.

"Tapi... apa kalian sudah dengar? Kau tahu siapa katanya benar-benar kembali? Ayahku terus-terusan berada di luar beberapa hari terakhir," Theodore mengungkapkan dengan nada provokatif.

Draco menunduk, menghela napas. "Ya, dia datang ke manor beberapa hari yang lalu."

"Serius?" Pansy menyela, wajahnya menunjukkan ketertarikan. "Apa dia terlihat sama seperti yang mereka katakan?"

"Sangat menakutkan melihatnya langsung," Draco melanjutkan, nada suaranya bergetar. "Kupikir aku akan pingsan hari itu. Tapi dia hanya datang sejenak, setelah itu dia pergi dan ayahku tak menjawab saat kutanyai."

Blaise melirik ke arah Sally, ekspresi di wajahnya mencerminkan keraguan. "Sal, kau yakin ini tak ada hubungannya dengan ayahmu..? Maaf, tapi waktunya tepat sekali..."

Belum sempat Sally merespons, Draco sudah tidak bisa menahan emosinya lagi. Ia meraih kerah Blaise dengan penuh emosi. "Kau tak mempercayai Sally?!"

Sally menahan napas, melihat ke arah Draco dengan rasa terima kasih. "Draco, tenang," ujarnya pelan, mencoba meredakan situasi.

"Kau keterlaluan!" Draco bersikeras, melepaskan tangannya dari Sally dan berbalik ke arah teman-temannya. "Sally adalah teman kita. Kita semua tahu dia tidak akan terlibat dalam hal-hal buruk."

"Teman teman, aku mengerti kekhawatiran kalian," kata Sally dengan suara tegas, "tapi aku tidak tahu semua jawaban. Yang kutahu adalah ayahku kembali, dan aku ingin percaya bahwa dia melakukan ini untuk alasan yang baik."

Pansy mengangguk pelan, meski raut wajahnya masih menunjukkan keraguan. "Kami hanya khawatir, Sally. Ini semua terlalu mendadak."

Lorenzo akhirnya angkat bicara. "Jika ada yang terjadi, kita harus bersiap. Kita tidak bisa membiarkan apa pun mengancam kita."

Sally merasa tekanan di dadanya semakin berat. "Aku akan memastikan kalian tahu jika ada yang perlu kalian ketahui. Tapi untuk saat ini, mari kita tidak membuat kesimpulan terlalu cepat."

Draco menatapnya, matanya penuh dukungan. "Kau tidak sendirian, Sal. Kita akan melalui ini bersama."

Pansy menyeletuk, "Tapi... bagaimana kalau dia benar-benar kembali?"

Pertanyaan itu menggantung di udara, menambah ketegangan di dalam kompartemen. Semua mata kini beralih ke Sally, menanti jawaban.

"Maksudku," Pansy melanjutkan, ekspresi di wajahnya mencerminkan kebingungan dan kekhawatiran, "kita harus mengikutinya, kan? Karena orang tua kita akan selalu seperti itu... Aku merasa bangga dan takut di satu waktu."

Sally menghela napas, topik sensitif ini tak pernah selesai dibahas.

"Tentu saja kita harus mendukungnya, iya kan? Seharusnya kita bangga, lagi pula orang yang mempunyai darah kotor bisa mengotori darah kita, seperti si Granger dan si darah penghianat. Mereka sama sama kotor, jadi menurutku mereka layak untuk dibersihkan." Lorenzo menjelaskan, ekspresinya terlihat angkuh dan jijik.

Semua orang di kompartemen itu mengangguk setuju, meskipun mereka takut akan bagaimana dunia menjadi gelap dengan Voldemort yang berkuasa, di sisi lain mereka menantikan. Bagaimana penyihir darah murni dapat berada di tempatnya yang seharusnya.

Sally masih bimbang, entahlah bagaimana keputusannya nanti. Tapi Sally akan mengikuti ayahnya, kemanapun ia pergi. Ke sisi manapun ayahnya menghadap, Sally akan mengikuti.

Baru hari pertama setelah dia kembali bertemu teman temannya, Sally sudah menyadari kalau tahun ini jelas tak mudah. Hidupnya yang penuh kejutan seakan menunggunya siap atau tak siap. Tapi sekarang Sally punya ayahnya, semuanya pasti akan baik baik saja. Iya kan? Seharusnya begitu, kan?

 Iya kan? Seharusnya begitu, kan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE LAST BLACK- DRACO MALFOY x OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang