32. Shall we start?

92 8 0
                                    

Kastil Hogwarts terasa lebih sunyi, lebih menekan, lebih gelap dari biasanya. Lorong-lorong yang biasanya dipenuhi oleh suara tawa lukisan-lukisan bergerak kini kosong, hanya dinding batu dingin yang berdiri kokoh, memberikan kesan angkuh. Peraturan baru terus digantung oleh Dolores Umbridge, membuat tembok aula terasa sempit, seakan tak mampu lagi menampung tiraninya.

Sally Black berjalan melewati Aula Utama dengan langkah tenang. Di tengah aula, beberapa siswa duduk diam dengan ekspresi yang tegang, bekerja dengan pena di tangan mereka. Di belakang mereka, Umbridge berdiri, tersenyum dengan ekspresi yang membuat perut Sally mual. Mata mereka bertemu, dan senyum Umbridge melebar, nyaris seram.

Sally membalasnya dengan tatapan datar, tak ingin memikirkan apa yang terjadi. Umbridge selalu berusaha mencari cara untuk menekan setiap orang di Hogwarts, dan Sally sudah cukup muak dengan semua hukuman tidak adil yang terjadi.

Malam itu, dalam perjalanan menuju asrama Slytherin, suara gemerisik di ujung lorong menarik perhatian Sally. Ia berhenti dan menoleh ke arah suara itu, langkahnya terhenti saat melihat seorang anak kecil, mungkin baru tahun pertama, duduk terisak di lantai. Bekas luka merah terang menghiasi punggung tangannya, bekas hukuman kejam dari Umbridge. Di samping anak itu, Fred dan George Weasley berjongkok, mencoba menghiburnya.

"Ini cukup keren, kau tahu?" Fred berkata dengan nada ceria yang dipaksakan. "Bekas luka ini menunjukkan bahwa kita adalah pejuang yang gagah."

Sally tidak bisa mengalihkan pandangannya dari tangan anak kecil itu, di mana tulisan "Aku harus mematuhi peraturan" terukir dengan kejam di kulitnya. Hatinya tercekat.

George Weasley menyadari kehadirannya lebih dulu. Ia bangkit, tatapan matanya penuh dingin. "Lihat siapa yang datang," katanya dengan sarkasme yang jelas, lipatan di alisnya menunjukkan ketidakpercayaan. "Tontonan yang menarik, Black?"

Sally mengangkat alis, menahan dorongan untuk membalas tajam. Ia tahu reputasinya di kalangan Gryffindor, apalagi sebagai anggota keluarga Black dan berada di Slytherin, sudah cukup membuatnya dicap sebagai musuh sejak awal.

"Aku tidak sedang mencari tontonan," jawab Sally akhirnya, suaranya tenang meskipun ada kilatan dingin di balik kata-katanya. "Aku hanya lewat."

Fred berdiri, menatap Sally dengan tatapan penuh kecurigaan. "Lewat? Kau selalu muncul ketika seseorang sedang terluka, ya?" suaranya penuh sinis. "Atau mungkin kau ingin memastikan bahwa hukuman Umbridge berjalan sesuai rencana?"

Amarah Sally melonjak mendengar tuduhan itu. "Oke, maafkan aku kalau aku membocorkannya, tapi salahkan temanmu, mereka yang mengajakku bergabung. Mereka yang memberi tahu lokasinya. Dan kukatakan, memberi tahu lokasi markasmu kepada musuh itu tindakan bodoh."

Fred tertawa meremehkan, sebuah suara yang tak pernah Sally dengar darinya sebelumnya. Kembar Weasley yang biasanya hangat dan lucu kini penuh dengan kemarahan. "Oh, jadi kau menganggap kami musuh? Sudah kuduga, tak ada Slytherin yang berbeda! Adikku dan teman-temannya sudah tertipu!"

Sally merasa dadanya panas, dan ia hampir saja membalas sebelum dunia di sekitarnya berputar. Pandangannya kabur, kepalanya pusing. Kilasan gambar datang tiba-tiba, begitu jelas. Ia melihat pamannya, Sirius Black, tergeletak di tanah, tak bernyawa. Kilatan hijau dari sebuah mantra terkutuk melesat melewatinya dan menghantam pamannya dengan kejam. Tawa nyaring terdengar dari kejauhan, tawa yang menakutkan dan penuh kebencian.

Sally tersentak kembali ke kenyataan, tubuhnya terhuyung mundur. Pandangannya kembali ke lorong Hogwarts, tetapi bayangan kematian pamannya masih tertinggal jelas di benaknya. Tangan Sally gemetar, napasnya tersengal-sengal.

Fred dan George memandangnya dengan penuh kebingungan. "Black?" Fred bertanya, kali ini nadanya tidak lagi sinis, melainkan penuh kebingungan.

Sally tak mampu menjawab. Ia berbalik dan pergi dengan cepat, meninggalkan kembar Weasley di belakang. Dalam pikirannya, satu hal berulang-ulang memanggil: "Sirius... dia akan mati..."

THE LAST BLACK- DRACO MALFOY x OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang