2: Persahabatan di Tengah Gelapnya Dunia.

891 64 1
                                    


Malfoy Manor, dengan segala kemewahannya, adalah tempat yang besar dan sunyi bagi dua anak kecil yang tumbuh di dalamnya. Draco Malfoy, dengan rambut pirang dan mata tajam yang mengingatkan orang pada ayahnya, Lucius Malfoy, dan Sally Black, gadis kecil berambut hitam yang cenderung pendiam, sering kali ditemukan bermain bersama di taman yang luas atau di ruang-ruang besar yang dipenuhi dengan perabotan antik.

Draco dan Sally dibesarkan seperti saudara kandung. Narcissa Malfoy, yang selalu memperlakukan Sally dengan penuh kasih sayang, memastikan bahwa kedua anak ini tidak kekurangan apa pun. Meski seringkali terpaut dengan urusan keluarga yang rumit, Narcissa selalu punya waktu untuk mengawasi mereka bermain, tersenyum melihat bagaimana kedua anak itu saling terikat satu sama lain.

"Draco, ayo kita main di taman!" seru Sally suatu sore, dengan mata berkilat-kilat penuh antusiasme. Baginya, taman di Malfoy Manor adalah tempat yang penuh dengan petualangan, dengan pohon-pohon tinggi dan semak-semak yang bisa menjadi markas rahasia mereka.

Draco, yang baru saja selesai berlatih membaca mantra sederhana di ruang belajar, mengangkat pandangannya dan tersenyum kecil. "Baiklah, tapi kali ini kita harus mencari tempat yang belum pernah kita jelajahi," katanya, dengan nada suara yang menunjukkan bahwa dia sudah memikirkan sesuatu yang baru.

Mereka berlari keluar, melewati lorong-lorong yang panjang dan megah, menuju taman yang penuh dengan keindahan alam yang tampak hampir tidak tersentuh oleh tangan manusia. Di bawah pohon ek besar yang sudah berusia ratusan tahun, mereka berhenti sejenak, mengatur napas.

"Ayo kita coba cari sarang burung di atas sana," kata Draco, menunjuk ke salah satu cabang yang tinggi.

Sally menggelengkan kepalanya dengan senyum jahil. "Kau selalu ingin memanjat pohon, Draco. Tapi aku punya ide yang lebih baik," katanya sambil menarik tangannya, membawa Draco ke sudut taman yang lebih tersembunyi.

Mereka tiba di sebuah tempat yang tertutup oleh semak-semak tebal, tempat yang tampak seperti telah lama dilupakan. Ada bangku batu tua di sana, setengah tertutup oleh lumut dan tanaman merambat, seolah-olah menunggu untuk ditemukan oleh mereka.

"Ini tempat rahasia kita," kata Sally dengan bangga. "Kita bisa menjadikannya markas rahasia, di mana kita bisa merencanakan semua petualangan kita."

Draco tertawa kecil dan duduk di bangku itu, memandang sekeliling dengan puas. "Ini sempurna," katanya. "Tidak ada yang akan menemukan kita di sini."

Hari-hari mereka sering diisi dengan petualangan-petualangan kecil seperti itu. Mereka membuat cerita-cerita fantasi, berpura-pura menjadi penyihir kuat yang menjelajahi dunia, atau kadang-kadang hanya duduk bersama dan berbicara tentang impian mereka. Draco yang selalu tampak percaya diri, sering kali menjadi pemimpin dalam permainan mereka, sementara Sally, yang lebih lembut dan bijaksana, selalu memberikan ide-ide cemerlang.

Meskipun mereka sering berselisih pendapat—seperti anak-anak pada umumnya—Draco dan Sally selalu saling menjaga. Ketika Draco mengalami kesulitan dalam belajar mantra baru, Sally selalu ada untuk membantunya, mengingatkan dia tentang kesabaran. Dan ketika Sally merasa sedih atau merindukan ibunya, Draco akan berada di sisinya, meskipun dengan cara yang kikuk, berusaha menghiburnya.

Suatu hari, saat hujan turun dengan deras di luar, Narcissa memutuskan untuk mengajari mereka bermain catur penyihir. Mereka duduk di ruang keluarga besar, dengan perapian yang menyala hangat di belakang mereka. Narcissa dengan lembut mengarahkan Sally, sementara Lucius dengan sabar mengajari Draco tentang strategi dan cara berpikir beberapa langkah ke depan.

"Kau harus lebih berani, Draco," kata Lucius dengan nada tegas namun penuh kasih sayang. "Di dunia ini, siapa yang bisa membaca lawannya dan bertindak cepat, dialah yang akan menang."

THE LAST BLACK- DRACO MALFOY x OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang