47. Vanishing Cabinet.

69 7 0
                                    

Sally menghela napas dalam-dalam ketika akhirnya kembali ke Hogwarts. Kereta baru saja tiba, dan malam mulai turun dengan perlahan. Hogwarts tampak muram, selaras dengan cuaca dingin yang menusuk hingga ke tulang. Sally menatap kastil tua itu dari kejauhan sebelum melangkah dengan tenang, memeluk mantelnya lebih erat. Hatinya terasa berat, bukan hanya karena hawa dingin, tetapi juga oleh beban yang semakin tak terelakkan.

Sally hendak pergi ke asramanya, namun langkahnya terhenti saat melihat Harry Potter. Berdiri dengan mencurigakan. Seakan sedang melihat sesuatu yang tak seharusnya dilihat. Sally ikut mengintip, Harry bahkan tak menyadari keberadaan Sally saking seriusnya dia.

Itu Snape dan Draco, mereka membicarakan sesuatu yang penting. Sally mencoba berdiri lebih dekat agar bisa mendengarnya.

"Ini tindakan ceroboh, Malfoy. Kau tak seharusnya berbuat sesuatu saat Black tak ditempat. Sudah kuduga kau melakukan hal yang beresiko. Aku tau itu perbuatanmu, pertama mengutuk Katie Bell dan sekarang kau mencoba meracuni seseorang dengan sebotol minuman keras? Ini usaha yang putus asa." Snape mendorong Draco hingga punggungnya terbentur tembok kastil.

Ekspresi Draco mengeras, ia tampak marah. "Kenapa kau begitu yakin aku yang melakukannya? Bisa jadi iya, namun bisa juga tidak. Ini tugasku! Aku terpilih!"

Suasana semakin memanas, kali ini Snape juga terlihat marah. "Dan aku juga bertugas melindungimu! Aku melakukan sumpah darah dengan ibumu. Dan kukatakan padamu aku tak ingin mati akibat upaya konyolmu itu Malfoy. Sudah kuduga Black yang bisa berfikir, kau tak seharusnya melakukan sesuatu saat dia tak ditempat."

Harry pergi setelah mendengar obrolan singkat itu. Matanya berpapasan dengan mata Sally, Harry tersentak terkejut. Tetapi ia tak mengatakan apa apa, Harry hanya lewat tanpa menyapa.

Sally berjalan kearah Snape dan Draco yang masih adu mulut. Obrolan mereka berhenti sejenak mendengar langkah kaki Sally.

Snape menoleh, "Black, senang kau kembali secepat ini."

Sally mengangguk, matanya menangkap Draco yang berdiri dengan tubuh gemetar. Sesuatu jelas terjadi, Sally sudah menduganya. Tetapi sepertinya ini adalah sesuatu yang cukup parah, melihat bagaimana Snape sangat marah akan hal ini.

"Profesor, ayah menitipkan salam. Dia bilang bantuan akan diberikan olehmu." Sally menatap Snape dengan sorot tajam. Mereka berdua adu pandang, tak mengatakan sepatah katapun. Hogwarts seakan sunyi.

Snape menghela nafasnya, ekspresinya terlihat sedikit kesal. "Ya, aku akan menyuratinya nanti. Sekarang aku permisi, tak ada lagi yang perlu dibicarakan."

Sally menyentuh tangan Draco saat Snape berjalan melewati mereka berdua. Draco terduduk lemas di lantai, matanya menatap Sally. Ia tampak lebih kelelahan berkali kali lipat dari terakhir Sally menemuinya.

"Kau tak apa? Perlukah kita ke Hospital Wings?" Draco menggeleng, matanya menatap Sally getir.

"Aku.. aku gagal lagi.. usaha terakhirnya adalah lemari itu. Kita harus segera memperbaikinya." Suara Draco terdengar begitu putus asa. Matanya seakan tertutupi air mata keputus asaan. Tangan Draco menggenggam erat tangan Sally seakan hanya Sally lah tali terakhir yang menyelamatkannya dari jurang.

Hati Sally sakit melihat bagaimana kondisi Draco saat ini. Tangan satunya terangkat begitu saja, mengelus rambut platinum Draco yang kusut. "Baiklah, semuanya sudah baik baik saja sekarang. Akan kuusahakan yang terbaik untukmu.."

Mereka berdua kembali ke asrama dengan langkah gemetar. Ini kondisi yang cukup serius, mereka tak punya waktu lagi. Inilah saatnya mereka melaksanakan tugas yang diberikan. Sally akan menolong Draco–tidak, Sally akan melakukannya demi Draco.

THE LAST BLACK- DRACO MALFOY x OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang