Minggu-minggu pertama di Hogwarts berlalu dengan cepat, namun bagi Sally Black, setiap harinya terasa seperti perjalanan melalui kabut tebal yang penuh dengan teka-teki dan tantangan. Kehidupan di Slytherin menuntutnya untuk selalu waspada, terutama karena namanya membawa harapan dan ekspektasi besar dari para penghuni asrama yang lain. Sebagai seorang Black, ia diharapkan menjadi pemimpin, seseorang yang dapat membawa kehormatan bagi asrama mereka.Namun, di balik penampilannya yang tenang, Sally masih bergulat dengan perasaan-perasaan yang sulit ia kendalikan. Setiap kali ia berpapasan dengan Luna Lovegood di koridor, kenangan tentang ibunya kembali menghantuinya. Sally berusaha keras untuk tidak menunjukkan kebenciannya, tetapi semakin ia mencoba menekan perasaan itu, semakin kuat perasaan itu menguasainya.
Suatu malam, setelah sesi belajar kelompok di ruang rekreasi Slytherin, Sally memutuskan untuk keluar dan berjalan-jalan di sekitar kastil. Ia merasa perlu menjernihkan pikirannya, jauh dari tatapan-tatapan penuh harapan yang selalu menghantui dirinya di dalam asrama.
Ia berjalan menyusuri koridor-koridor gelap yang sepi, menikmati kesendirian yang jarang ia rasakan sejak tiba di Hogwarts. Angin malam yang dingin menyelinap melalui celah-celah jendela yang tinggi, membuat Sally merapatkan jubahnya lebih erat. Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama.
Di salah satu koridor yang jarang dilewati, Sally mendengar suara yang sangat dikenalnya. Suara yang lembut, aneh, dan seolah selalu berada di dunia lain. Suara Luna Lovegood.
"Kau bisa mendengarnya, bukan? Nyanyian mereka..." Luna berdiri sendirian di dekat jendela, menatap ke luar ke arah langit malam yang bertaburan bintang. Di tangannya tergenggam sebuah majalah *The Quibbler*, yang bergambar makhluk-makhluk aneh dan cerita-cerita yang tampaknya tidak masuk akal.
Sally berhenti, merasa bimbang antara mendekat atau berbalik pergi. Namun, sesuatu dalam dirinya mendorongnya untuk tetap di tempat. Ia mengamati Luna dari kejauhan, mencoba memahami apa yang membuat gadis itu begitu berbeda.
Luna sepertinya merasakan kehadiran seseorang dan perlahan menoleh. Ketika matanya bertemu dengan Sally, senyum kecil terbentuk di bibirnya, seolah-olah bertemu dengan seorang teman lama.
"Selamat malam, Sally," sapa Luna dengan nada hangat yang membuat Sally merasa tidak nyaman.
Sally tidak tahu harus berkata apa. Perasaan tidak suka yang selama ini ia pendam tiba-tiba menguap, digantikan oleh rasa bingung. Kenapa Luna begitu... ramah? Padahal, Sally sudah membangun tembok kebencian di antara mereka.
"Apa yang kau lakukan di sini sendirian?" tanya Sally akhirnya, mencoba menyembunyikan kegugupannya.
Luna mengangkat bahu ringan, lalu mengarahkan pandangannya kembali ke langit. "Aku suka mendengarkan bintang-bintang bernyanyi. Mereka selalu punya cerita menarik untuk diceritakan."
Sally mengerutkan kening, tidak yakin apakah Luna serius atau hanya bermain-main. "Bintang-bintang... bernyanyi?"
Luna menatap Sally dengan mata yang berbinar penuh keyakinan. "Tentu saja. Kau hanya perlu mendengarkan dengan hati yang terbuka. Bintang-bintang menyimpan kenangan lama, cerita-cerita tentang masa lalu yang tak pernah hilang."
Sally merasa perasaannya bercampur aduk. Di satu sisi, ia merasa aneh dan tidak masuk akal dengan apa yang dikatakan Luna. Namun di sisi lain, ada sesuatu yang menenangkan dalam cara Luna berbicara, seolah-olah gadis itu tidak peduli dengan apa yang orang lain pikirkan.
"Mungkin kau tidak mempercayaiku," kata Luna, seolah-olah membaca pikiran Sally. "Tapi itu tidak apa-apa. Setiap orang memiliki cara mereka sendiri untuk memahami dunia."
Sally mengangguk pelan, merasa tidak nyaman dengan kenyataan bahwa Luna tampaknya bisa membaca perasaannya. Ia mengalihkan pandangannya, tidak ingin Luna melihat kebingungan di matanya.
"Aku tidak mempercayai banyak hal, Lovegood," jawab Sally dingin, mencoba menjaga jarak. "Dan aku tidak punya waktu untuk omong kosong."
Luna hanya tersenyum lembut, tidak terganggu sedikit pun oleh nada Sally yang tajam. "Terkadang, hal-hal yang kita anggap omong kosong adalah yang paling penting. Kau mungkin akan menyadarinya suatu hari nanti."
Sally merasa semakin jengkel, tetapi ia juga tahu bahwa berdebat dengan Luna tidak akan ada gunanya. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia memutuskan untuk berbalik dan pergi, meninggalkan Luna yang masih berdiri di sana, mendengarkan nyanyian bintang yang hanya bisa ia dengar.
Namun, saat Sally berjalan kembali ke asrama Slytherin, kata-kata Luna terus terngiang-ngiang di pikirannya. *Cerita tentang masa lalu yang tak pernah hilang.* Entah mengapa, kata-kata itu membuat Sally merasa semakin terbebani, seolah ada sesuatu yang menunggu untuk diungkap di balik bayangan masa lalunya.
Malam itu, saat Sally berbaring di tempat tidurnya, ia menyadari bahwa Luna Lovegood tidak seperti yang ia bayangkan. Gadis itu tidak hanya sekadar "perebut ibunya," tetapi seseorang yang hidup di dunia yang sama sekali berbeda, dunia yang tidak bisa Sally pahami. Dan meskipun Sally membenci kenyataan itu, ia tahu bahwa pertemuan mereka malam ini hanya awal dari sesuatu yang lebih besar.
Bayangan masa lalu terus menghantui Sally, tetapi sekarang, bayangan itu tampak semakin rumit dengan kehadiran Luna. Apa pun yang terjadi, Sally merasa bahwa hidupnya di Hogwarts tidak akan pernah sama lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST BLACK- DRACO MALFOY x OC
FanficSally Black adalah pewaris terakhir keluarga Black, terlahir dari darah murni dengan garis keturunan yang kuat. Ayahnya, Regulus Black, yang dikabarkan meninggal saat mencoba menghancurkan horcrux Pangeran Kegelapan, meninggalkan Sally saat baru saj...