Sudah satu minggu lamanya Sally berada di rumahnya, sendirian dirumah kosong itu membuatnya merasa seperti beristirahat. Sesekali ia kembali sedih mengingat Cedric malang yang tiada. Malam itu hujan mengguyur deras Grimmauld Place. Sally duduk di dekat jendela kamarnya, menyeruput coklat panas yang dibuatkan peri rumahnya. Matanya mengamati beberapa muggle yang berlarian menghindari hujan.
Sally membenci muggle, benar. Menurutnya muggle adalah makhluk bodoh yang tak bisa berfikir dengan benar. Namun beberapa hari ini dia mengamati muggle muggle itu, dan senyum tipis menghiasi wajahnya. Sally takjub atas bagaimana hal hal sederhana itu bisa membuat mereka sangat bahagia dan tertawa begitu kerasnya.
Matanya menangkap seseorang yang nampak mencurigakan, mengenakan jubah hitam yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Mungkin itu selingkuhan tetangganya, beritanya sudah cukup menggempar hingga Sally yang jarang keluar rumah pun mendengarnya. Satu lagi hal yang membuat Sally tertarik dengan muggle adalah, permasalahan mereka yang begitu rumit. Muggle kadang sama kacaunya dengan para penyihir.
Sally mengerutkan dahinya begitu mendapati orang mencurigakan itu berdiri di depan rumahnya. Beberapa ketukan terdengar. Nampaknya orang itu mengetuk rumahnya. Sally turun, ingin memperingatkan bahwa ia salah rumah. Sally menuruni satu persatu anak tangga menuju pintu. Tangannya memegang gagang pintu usang itu dan membukanya perlahan. Orang itu ternyata lebih tinggi dari yang Sally kira. Wajahnya masih tertutup tudung.
Sally menunduk mencoba melihat wajahnya, "Sir maaf tapi sepertinya anda salah rumah."
Orang itu mendongak, memperlihatkan wajahnya. Sally mundur beberapa langkah kebelakang saking kagetnya, tubuhnya lemas seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat. Petir menyambar saat ia melihat orang itu. Seorang lelaki berambut panjang bergelombang yang berantakan, dagunya runcing dan matanya masih terlihat menatapnya tajam meskipun terasa rasa lelahnya.
Melihat Sally yang membeku, pria itu bertanya, "Eh, salah rumah? Grimmauld Place nomor 12 kan? Masa Pandora menjualnya?"
Sally menatapnya tak percaya, "Siapa kau?!"
Regulus tersenyum ramah, ekspresi yang sangat tidak cocok melihat betapa buruknya penampilannya.
"Ah, Black. Regulus Black. Maaf menganggu harimu nona, tapi siapa kau? Dan sebelum aku pergi, aku ingat rumah ini masih dimiliki keluarga Black, keluargaku."
Sally merasa dunianya berputar, hanya suara dengungan yang terdengar di telinganya. Pandangannya kabur, entah karena pusing atau karena ia mau menangis.
Sally menarik jubah Regulus kasar, memaksanya masuk dan menutup pintu rumahnya kasar. "Apa ini!? Poly Juice? Transfigurasi?! Ungkapkan trik tipuan bodoh ini!"
"Apa?! Apa maksudmu?! Siapa kau?!" Regulus sama paniknya, ia mengeluarkan tongkat dari sakunya. Dan mendorong Sally menjauh.
Sally ikut mengeluarkan tongkatnya, matanya memandang Regulus waspada.
"Stupefy!" Regulus melemparkan matra yang untungnya bisa Sally tangkis dengan mudahnya.
"Expelliarmus!" Sally balas menyerang, Regulus tak menduganya. Ia berhasil dilucuti, tongkat Regulus dibawa Sally.
Keributan itu memancing si peri rumah dari fokusnya membersihkan gudang. Kreacher muncul tiba tiba dengan nada khawatir.
"Nona! Kreacher dengar ada keributan, ada apa nona?"
"Kreacher?" Alih alih Sally yang menjawab, Regulus malah memanggilnya. Wajahnya kebingungan, begitu pula dengan Kreacher yang berdiri gemetaran.
"Master! Master Regulus, benarkah itu engkau?" Regulus mengangguk, tersenyum kecil seakan baru melihat teman lama.
Sally tambah kebingungan, apakah orang di depannya ini benar benar ayahnya Regulus Black?
"Mundur Kreacher, jangan percaya trik kotor seperti ini. Geledah dan coba lihat apakah dia membawa botol mencurigakan."
Kreacher maju beberapa langkah sebelum Regulus kembali bersuara, "Tunggu."
"Kreacher kau memanggil gadis ini apa?"
"Nona Sally..!" Kreacher menjawab ragu ragu.
Regulus maju, ia melirik cermin di samping kirinya. Regulus memandang wajahnya yang sangat buruk, lalu memandang Sally.
"Sally.. pantas saja aku merasa tidak asing. Putri kecilku sudah tumbuh sebesar ini rupanya." Mata Regulus berkaca kaca, memandang Sally dengan tatapan bangga.
"Benarkah.. benarkah itu kau ayah?" Sally berusaha sekuat tenaga untuk tak meneteskan air matanya.
Regulus mengangguk, air matanya sudah jatuh. Sally menangis tersedu sedu, memanggil nama ayahnya berkali kali. Regulus maju beberapa langkah di depan Sally, memeluk putrinya erat.
Sally tau, dia benar benar ayahnya. Sally tak bisa menyangkalnya lagi sebagai trik tipuan konyol yang dibuat musuh. Semua kesedihan di hidupnya seakan masuk keseluruh tubuhnya, perderitaannya selama ini seakan menghantam hatinya kuat. Benteng yang Sally buat setinggi mungkin hancur lebur saat sang ayah memeluknya.
Regulus menepuk pundak Sally pelan, "tenanglah.. ayah sudah pulang.. ayah kembali.. tak ada yang berani menyakitimu sekarang Sally.. putri ayah.. bersandarlah padaku..."
Malam itu, tepat di tengah malam, Regulus Black kembali. Entah perjalanan apa yang Sally lalui kedepannya tak lagi ia pedulikan. Setidaknya biarkan dia menyerahkan seluruh dukanya selama ini. Menjadi putri kecil manja yang merindukan ayahnya. Sally, untuk pertama kali mengetahui bagaimana rasanya punya orang tua. Meskipun ini hanya ayahnya, Sally bersukur. Setidaknya ia tak akan kesepian selamanya. Kedepannya, akan ada orang yang menyambutnya. Mimpi yang menjadi kenyataan, Sally terus berguman ingin tinggal di mimpi ini selamanya jika ini benar benar sekedar mimpi. Ia terus berguman sampai matanya memberat dan ia tertidur kelelahan. Sally takut, ayahnya mungkin akan pergi lagi besok. Tapi semoga saja ini bukan hanya sekedar mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST BLACK- DRACO MALFOY x OC
FanficSally Black adalah pewaris terakhir keluarga Black, terlahir dari darah murni dengan garis keturunan yang kuat. Ayahnya, Regulus Black, yang dikabarkan meninggal saat mencoba menghancurkan horcrux Pangeran Kegelapan, meninggalkan Sally saat baru saj...