24. Diagon Alley

150 13 0
                                    

Udara di Diagon Alley terasa hangat meski angin musim panas mulai berembus pelan, pertanda bahwa liburan hampir berakhir. Sally berjalan di samping Regulus, perasaannya campur aduk antara kebanggaan dan kegugupan. Bagaimana tidak? Setelah bertahun-tahun dianggap mati, ayahnya kini kembali, dan mereka berdua berjalan bersebelahan di tempat yang penuh sesak dengan penyihir dari seluruh penjuru Inggris. Diagon Alley ramai, tapi suasana itu seolah terfokus pada mereka.

Setiap langkah yang mereka ambil, orang-orang memandangi mereka dengan mulut ternganga. Bisikan-bisikan muncul di udara, nama "Regulus Black" berdesis di antara kerumunan. Regulus tidak menunjukkan reaksi apapun, wajahnya tetap datar seperti patung, seolah tatapan dan rasa ingin tahu orang-orang tidak memengaruhinya sama sekali.

"Abaikan mereka," gumam Regulus pada Sally tanpa menoleh, nadanya tenang namun tegas.

Sally mencoba mengikuti nasihat ayahnya, meskipun sulit. Tatapan mata orang-orang terasa menembus kulitnya, terutama karena ini pertama kalinya dia keluar di depan publik bersama Regulus sejak pria itu kembali. Mereka melewati toko demi toko, mencari perlengkapan yang Sally butuhkan untuk tahun ajaran barunya di Hogwarts. Setiap kali mereka masuk ke toko, keheningan melanda, hanya terputus oleh bisik-bisik di belakang mereka saat mereka pergi.

Begitu mereka sampai di Madam Malkin's Robes for All Occasions untuk membeli jubah baru, Sally berhenti. Di seberang jalan, terlihat sosok keluarga yang begitu dikenalnya—keluarga Malfoy. Lucius, dengan jubah hitam panjangnya yang anggun, berdiri berbincang dengan Narcissa. Di sebelah mereka, Draco tampak gelisah, pandangannya menyapu Diagon Alley seolah mencari seseorang.

"Draco."

Sally merasa jantungnya berdetak lebih cepat saat dia melihat wajah Draco, campuran antara cemas dan bingung tergambar jelas di wajahnya. Sally belum menghubungi Draco selama liburan, dan dia tahu betul itu membuat sahabatnya resah.

Tepat ketika Sally berpikir untuk mundur, pandangan Draco bertemu dengannya. Tubuhnya menegang, dan kedua mata abu-abu itu membelalak.

"Sally?" seru Draco, setengah berteriak, suaranya tercekat antara terkejut dan lega. Dalam sekejap, dia meninggalkan kedua orang tuanya dan berjalan cepat ke arah mereka. "Di mana saja kau? Aku tidak pernah mendengar kabar darimu sepanjang liburan ini!"

Sally membuka mulutnya, ingin menjawab, tapi Draco menghentikan langkahnya tiba-tiba ketika matanya tertuju pada sosok Regulus di samping Sally. Wajahnya berubah pucat, terkejut, seolah-olah baru menyadari siapa yang berdiri di sana. "Itu..." Suaranya menurun menjadi bisikan. "Regulus Black, ayahmu?"

Regulus, yang sedari tadi diam, akhirnya menoleh dan menatap Draco dengan pandangan tajam namun tenang. "Malfoy," sapanya singkat, seolah pertemuan ini tak lebih dari hal biasa.

Draco berdiri membeku, mulutnya terbuka sedikit, jelas tak tahu harus berkata apa. Baginya, Regulus Black adalah nama yang hanya hidup dalam bisikan sejarah. Kabar bahwa pria ini hidup, apalagi muncul di tempat umum, sangat mengejutkan.

"Ya," jawab Sally akhirnya, suaranya pelan namun mantap. "Ini ayah."

Sebelum Draco sempat merespons, Lucius dan Narcissa yang menyadari kehadiran Regulus, mendekat. Ekspresi Lucius sulit dibaca, matanya menyipit ketika ia berdiri di hadapan Regulus, sementara Narcissa menatapnya dengan campuran perasaan yang lebih lembut, meski jelas terkejut.

"Regulus," Lucius berbicara lebih dulu, suaranya pelan namun tajam. "Sungguh tidak disangka, kau kembali."

Regulus mengangguk tipis. "Lucius. Narcissa." Nada suaranya tetap dingin, meski ada sedikit kerendahan hati yang muncul di dalamnya.

Narcissa, yang biasanya kaku dan terjaga dalam setiap situasi, tampak sedikit melunak. "Kami pikir... kau telah pergi selamanya," ucapnya, suaranya bergetar sedikit.

THE LAST BLACK- DRACO MALFOY x OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang