40. Everything is messy.

94 12 0
                                    

Liburan telah usai, dan waktunya Sally kembali ke Hogwarts. Namun, kali ini tidak ada kegembiraan atau rasa antusias yang biasanya ia rasakan. Semua terasa kelabu. Keputusannya untuk bergabung dengan Voldemort, yang ia kira akan melindungi Draco dan keluarganya, justru membuatnya tersesat dalam kebingungan. Sally kini merasa terisolasi, terutama setelah keputusan ayahnya, Regulus, yang melarangnya berhubungan dengan Draco. Semua akses komunikasi dibatasi dengan ketat.

Saat itu, Regulus menenteng tas Sally tanpa berkata apa-apa. Mereka berjalan di peron yang hampir sepi menuju Hogwarts Express, yang sudah siap berangkat. Mereka sengaja datang terlambat untuk menghindari tatapan orang-orang. Namun, menjadi bagian dari keluarga Black selalu menarik perhatian, bahkan di saat-saat seperti ini.

Sally dan Regulus berjalan dalam keheningan yang menyesakkan, sampai akhirnya seseorang tak terduga menghampiri mereka. "Wah, lihat siapa yang datang," kata Arthur Weasley, suaranya penuh kejutan.

Arthur Weasley menghampiri dengan langkah yang santai namun penuh rasa ingin tahu, matanya menatap Regulus dan Sally bergantian. Meskipun ada senyum ramah di wajahnya, Sally bisa merasakan ketegangan yang mengalir di antara mereka.

"Regulus Black," ujar Arthur, suaranya sopan namun terkesan berhati-hati, "Tidak menyangka melihatmu di sini. Sudah lama sekali..."

Regulus, yang biasanya tak memperlihatkan emosi, hanya menanggapi dengan anggukan singkat, wajahnya tetap dingin. "Arthur Weasley," jawabnya datar, sebelum mengalihkan pandangannya kembali ke kereta yang berdiri di depan mereka, seakan tak ingin melanjutkan percakapan.

Sally berdiri di antara mereka, merasa canggung, namun tak ingin menarik perhatian. Arthur lalu menoleh ke arahnya, senyum ramahnya tak berubah. "Sally, sudah siap untuk tahun ajaran baru?"

Sally hanya mengangguk kecil, sulit baginya untuk berbasa-basi di saat pikirannya penuh dengan kebingungan. Arthur tampak hendak mengatakan sesuatu lagi, namun suasana di antara mereka terlampau sunyi. Bahkan percakapan ringan pun terasa canggung.

"Yah, semoga perjalananmu menyenangkan," Arthur akhirnya mengakhiri percakapan dengan nada yang canggung. Dia melangkah mundur, memberikan mereka ruang untuk melanjutkan.

Regulus tanpa bicara menaruh tas Sally di kereta. Sally tetap memandang ke arah ayahnya, merasa ada jarak yang semakin besar di antara mereka. Dulu, ia merasa bahwa bergabung dengan Voldemort adalah satu-satunya cara untuk menjaga keluarganya. Namun kini, ia merasa terjebak di dalam jalan yang penuh kegelapan, dan satu-satunya cahaya, Draco, terhalang oleh keputusan ayahnya.

"Kau akan baik-baik saja di sana," kata Regulus tiba-tiba, menghentikan alur pikiran Sally. Dia menatap putrinya sejenak, ada rasa bersalah dan ketidakberdayaan di matanya, meskipun ia tidak mengatakannya dengan kata-kata. "Jangan biarkan mereka tahu apa yang kau pikirkan."

Sally menelan ludah, menahan air mata yang hampir tumpah. Ia hanya mengangguk lagi, sebelum berbalik menaiki kereta. Namun, sebelum pintu kereta tertutup, ia mendengar Regulus berkata dengan suara yang hampir tak terdengar, "Aku minta maaf."

Itu sudah terlambat. Sally tahu bahwa apapun yang mereka katakan sekarang tidak bisa mengubah kenyataan bahwa ia telah bergabung dengan pihak yang salah, dan semua itu mungkin tidak bisa diperbaiki.

Kereta mulai bergerak, dan Sally berdiri di dekat jendela, melihat ayahnya yang semakin mengecil di kejauhan. Wajahnya masih tetap kaku, penuh dengan rasa bersalah yang mendalam.

Sally melangkah menyusuri lorong kereta. Hampir semua kompartemen terisi. Sally tak tahu akan duduk di mana, jadi ia terus berjalan sampai ujung kereta. Alih-alih masuk salah satu kompartemen dan duduk, Sally menyandarkan dirinya di pagar pembatas yang berada di belakang kereta, melihat stasiun yang hampir hilang dari pandangan.

THE LAST BLACK- DRACO MALFOY x OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang