14: The Heir Of Black

420 30 0
                                    

Sally terbangun di ranjangnya, badannya luar biasa sakitnya. Matanya mengerjap, seluruh tubuhnya terasa kaku dan kakinya sama sekali tidak bisa ia rasakan. Kepalanya menoleh, menyadari kehadiran Draco yang tertidur disebelahnya. Tangan Draco ternyata menggengam erat tangan Sally. Sally mencoba melepaskan pegangan tangan itu dan mencoba duduk. Draco pun terbangun karena pergerakan itu.

Matanya terlihat lelah, pipinya sedikit tirus. Rambutnya acak acakan, dan kantung matanya menghitam. Draco dengan sigap mengambilkan air. "Hey, bagaimana keadaanmu?"

"Lelah." Sally meminum air itu. Kepalanya kembali mengingat kejadian itu. Dimana api besar hitam melahap habis dua laki laki yang berniat buruk. Badannya gemetar lagi, seluruh ruangan terasa memanas.

Draco sontak memeluk Sally, namun pelukan itu sama sekali tidak membantu. Setiap sentuhan yang Draco berikan terasa sama menjijikannya dengan dua laki laki kemarin. Dihempaskannya tubuh Draco hingga dia jatuh tersungkur, menatap Sally khawatir.

"Maaf maaf...aku—aku tidak bermaksud menyakitimu.. hanya saja aku..." Sally gemetar hebat, api mulai menyelimuti kedua tangan Sally. Draco memandangnya ketakutan sekaligus khawatir.

Pintu dibuka—lebih tepatnya di dobrak oleh sang kepala keluarga. Lucius Malfoy berlari kearah Sally. "Hey hey..tenang..ini kami..keluargamu.." Masih belum berhasil. Api itu mulai terasa panas di tangan Sally.

Narcissa yang ikut masuk memeluk Sally seketika dan menangis, "Maaf ini salahku! Seharusnya aku menemanimu nak!"

Api ditangan Sally mulai padam, Narcissa memeluknya lebih erat. Ruangan mulai terasa dingin kembali. Dan Sally mulai merasa tenang. Sally menangis, memeluk erat Narcissa.

"Bibi..aku takut..aku ketakutan.." Sally menangis begitu kencang. Draco yang melihatnya merasa ikut terseret rasa kepedihan itu.

"Api itu.. bagaimana melakukannya dear?" Lucius menginterupsi.

"Aku tidak tahu..itu muncul begitu saja. Itu juga menyiksaku, tanganku terasa terbakar saat api itu muncul."

"Maaf..tapi apakah itu benar? Kau menghabisi dua muggle itu?" Draco juga ikut menimpali.

Kilas balik ingatan itu terus muncul dibenak Sally, dia kembali menangis. "Aku ketakutan! Aku hanya ingin melindungi diri! Aku tidak tau kalau akibatnya akan seperti ini..paman..bibi..apakah aku akan masuk Azkaban?" Sally bertanya ketakutan.

Narcissa kembali memeluknya, "Tidak, tidak akan. Mari anggap kejadian itu tidak pernah ada, kami akan membereskannya. Sayang, istirahatlah..panggil aku jika kau butuh sesuatu.."

Narcissa dan Lucius keluar terburu buru, Sally mengira sepertinya kementrian sudah mengetahui hal ini. Entah apa yang akan mereka lakukan, Sally tetap ketakutan. Tak lama, Draco ikut keluar. Draco menyadari bahwa Sally butuh waktu sendirian.

———

Beberapa hari Sally lewati dengan kepala kosong. Lucius dan Narcissa telah pergi berhari hari, mengurus apa yang Sally telah lakukan. Draco kadang menjenguknya, namun tidak terlalu lama. Draco memberi Sally ruang untuk dirinya sendiri. Seperti sekarang, Draco membawa beberapa obat dan makanan, serta buku untuk Sally baca agar tidak mati kebosanan.

Draco tampak lebih terburu buru hari ini, dia pergi meninggalkan Sally setelah dia menaruh nampan makanan itu di nakas sebelah tempat tidur Sally.

"Sally, aku akan pergi sebentar. Liburan sudah hampir usai, aku akan membeli perlengkapan kita di Diagon Alley. Makan makananmu dan minum obatnya, aku juga bawakan buku yang menarik untukmu. Segeralah sembuh." Tentu saja dia masih sempat berpamitan.

Pintu tertutup kembali, Sally mengambil salah satu buku. Keningnya mengrenyit, itu buku sejarah keluarga Black. Mengapa Draco memberinya buku ini?

Buku itu langsung terbuka karena ada pembatas di salah satu halaman. Halaman 275, dengan judul "Api Hitam Keluarga Black." Mata Sally melotot terkejut. Jadi dia bukan satu satunya yang menerima kekuatan ini?

Sally mulai membaca paragraf pertamanya, "Api hitam keluarga Black, atau Ignis Nigrum adalah kekuatan asli keluarga Black. Muncul pertama kali di keturunan pertama Black, Phoebe Black, dilanjut keturunan kedua, Elladora Black. Sejauh ini tercatat hanya dua orang yang mewarisi kekuatan ini. Keturunan keturunan berikutnya dipercaya tidak akan bisa mendapat kekuatan ini karena tercampurnya darah mereka."

"Sekarang ada tiga." Sally berguman kecil.

"Ignis Nigrum berbeda dengan kekuatan penyihir, kekuatan ini tidak berasal dari tongkat namun dari tubuh keturunan murni Black. Kekuatan luar biasa ini bisa membakar hangus semua sihir, menghapus semua kutuhan dan menyembuhkan berbagai penyakit. Namun konsekuensi atas kehebatan ini tentu juga besar, jiwa sang pemilik kekuatan akan hancur seiring waktu dan berapa sering api itu digunakan."

Sally menutup buku itu, kini dia berfikir apakah kekuatan ini adalah berkah atau kutukan. Sally menutup matanya, merasakan api yang membara tak beraturan dalam tubuhnya. Tangannya terangkat, bibirnya menyebut Ignis Nigrum, dan api mulai menyelimuti tangannya. Sekarang api itu tak terasa panas di tangannya. Dan jika dilihat lagi, api itu berwarna merah darah dan sedikit kehitaman. Sally mengarahkan tangannya, menyentuh kakinya yang terluka. Dan seperti yang buku itu katakan, dengan ajaib kaki Sally sembuh. Sembuh seakan tak pernah terluka.

Sally merasa hidupnya tidak akan berjalan dengan baik kedepannya, dia mulai ketakutan sendiri. Membayangkan hal baru apa yang ia akan alami, dan bagaimana dia harus menghadapinya. Sally mungkin terlahir luar biasa. Firasatnya mengatakan hal ini. Sally kemudian berbaring lagi di ranjang hitam itu, menutup matanya. Dia lelah berfikir, dia lelah berandai andai dengan apa yang akan terjadi. Sally merasa harus istirahat sebanyak mungkin, karena sepertinya ia tidak akan bisa istirahat dengan tenang sehabis ini.

 Sally merasa harus istirahat sebanyak mungkin, karena sepertinya ia tidak akan bisa istirahat dengan tenang sehabis ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE LAST BLACK- DRACO MALFOY x OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang