15: That Power Will Destroy You.

166 13 0
                                    

Sally lebih pendiam sejak saat itu, hubungannya dengan Cedric juga kian merenggang. Dia hanya mengurung diri di perpustakaan, atau danau hitam bersama teman Slytherinnya. Namun Sally tidak terlalu banyak bicara, Sally lebih jarang menunjukan ekspresinya. Draco kadang merasa sedih melihat Sally yang seperti itu.

Angin berhembus kencang, hampir menerbangkan jubah Sally yang terduduk bersandar dibawah pohon. Dia memegang buku yang terbuka, namun matanya melihat tenangnya air danau. Sally menatapnya kosong. Dia bahkan tidak menyadari kalau seseorang menghampirinya. Dia Cedric, orang yang pernah mengambil perhatian Sally tahun lalu mendekat.

"Sedang memandang apa?" Cedric duduk, Sally menoleh kaget.

"Ah, cuma membaca." Sally mengangkat buku yang ia baca.

"Lalu kenapa matamu tidak melihat buku tapi melihat danau? Danaunya terlalu menarik ya?" Cedric tertawa kecil. Sally juga ikut tersenyum tipis.

"Kau tidak membalas suratku, apa semua baik baik saja?"

"Ya, aku hanya beristirahat. Aku jarang membaca surat."

"Sayang sekali, padahal aku menulis banyak hal seru. Yah, sebenarnya aku sedikit ketakutan." Cedric melonggarkan dasinya.

"Kenapa?" Sally menoleh.

"Aku mendaftar Triwizard Turnamen, aku takut jika terpilih, tapi aku lebih takut jika aku tidak terpilih."

"Bukankah itu berbahaya?" Sally bertanya khawatir.

Cedric tertawa pelan, "Apakah Black mengkhawatirkanku sekarang?"

"Ya, kau kan temanku."

"Teman ya." Cedric mengangguk, "Ya, aku tau itu berbahaya. Dan aku tau kalau mungkin aku bisa saja terluka, atau bahkan tiada." Hening sejenak.

"Tapi jika aku berhasil, jika takdir mengizinkanku berhasil. Aku akan menghadiahkan piala itu untukmu." Cedric tersenyum lebar.

"Kenapa?"

"Akan kukatakan alasannya begitu aku mendapatkan pialanya." Tangan Cedric mengacak rambut Sally.

Mereka berdua berbincang, membicarakan masa liburan mereka. Sally tidak banyak berbicara, bahkan hampir hanya mendengarkan saja. Cedric bercerita berbagai hal, dari dia menonton piala dunia, hingga bagaimana jagoannya memenangkan pertandingan itu.

———

Setelah makan malam, seluruh murid diperintahkan untuk berkumpul. Dumbledore ingin mengumumpan calon pemenang Turnamen Triwizard. Sally duduk diam sementara seluruh murid lain mulai memindai seluruh aula. Melihat siapa kira kira yang akan terpilih.

Matanya mulai mengerjap sayu, Sally mulai merasa lelah dan mengantuk. Profesor Dumbledore sudah memasuki aula, menghampiri api biru yang menyala begitu terang. Kertas berisi nama mulai terbang keluar dari api, sedikit hangus dibagian ujungnya. Fleur Delacour yang pertama kali disebut, lalu disusul Victor Krum.

Suasana lebih tegang saat posisi terakhir dinanti, seluruh murid Hogwarts terdiam penasaran. Kantuk Sally perlahan menghilang diiringi keheningan dan bisik bisik murid lain. Satu kertas keluar dari api biru itu, Profesor Dumbledore dengan lantang menyebut nama Cedric Diggory sebagai sang calon juara dari Hogwarts.

Cedric berjalan melewati meja Slytherin, memandangku dengan tatapan "sudah kubilang aku akan berhasil." Cedric tersenyum sambil terus melangkah, Sally balas tersenyum kecil.

Sally kira semua sudah berakhir, sudah saatnya untuk kembali ke asrama. Namun niatnya ia urungkan begitu api biru itu bergejolak. Membara lebih tinggi seakan akan mengeluarkan satu nama lagi. Dan benar saja, Harry Potter dipanggil.

Situasi ini entah kenapa tidak membuatnya terkejut, hal hal aneh selalu dialami laki laki yang bertahan hidup itu. Harry Potter lah sang pemeran utama, itu mengapa dia seperti tak pernah beristirahat setiap tahunnya. Seperti biasa Draco tentu tidak menyukai itu.

"Aku berani bertaruh si Potter akan dikeluarkan setelah ini." Draco menyeringai.

Sally menepuk pundak Draco, "Aku lelah, bisakah aku kembali?"

"Tentu, mau kuantar? Aku ingin sekali kembali denganmu, tapi akan ada rapat Quidditch setelah ini. Tapi kau tau, mungkin aku bisa mengantarmu lebih dulu."

Sally menggeleng, "Tidak, jika mengantarku kau akan terlambat. Pergilah, aku baik baik saja." Draco mengelus rambut Sally.

"Katakan padaku jika butuh sesuatu."

Sally mengangguk, lalu beranjak dari mejanya. Meninggalkan murid lain yang masih berbisik, terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Teori teori mulai disambung, dari yang Sally dengar, mereka berfikir kalau Harry menyuruh orang dewasa lain untuk memasukkan namanya. Tapi entahlah, siapa yang tau?

Kakinya melangkah lunglai di lorong lorong kastil, Peeves dan Sir Nicholas kadang berpapasan dengannya, menyapa singkat. Didepan sana, Profesor Trelawney nampak sibuk. Membawa tumpukan perkamen dan buku buku, serta beberapa bola kristal. Dia nampak terpogoh pogoh, hingga benar saja, beberapa detik kemudian dia terjatuh.

Bola menggelinding kearah Sally, dengan malas ia membantu Profesor Trelawney. Bola kristal itu dia bawa kehadapannya, namun yang ia lihat adalah Profesor Trelawney yang berdiri dengan sangat aneh. Tubuhnya begitu tegak, kepalanya mendongak keatas, urat nadi muncul di lengan dan lehernya.

Sally hampir berteriak saat tiba tiba sang Profesor menunduk. Menatap mata Sally dalam dalam, matanya melotot kaku. Suaranya yang serak dan menyeramkan itu terus mengucapkan kata yang sama, "Kekuatan itu akan menghancurkanmu! Seseorang akan pergi dan seseorang akan kembali. Gunakan dengan baik.. Gunakan dengan baik!!!"

Sepersekian detik kemudian, Profesor Trelawney terbatuk batuk. Sepertinya ia sudah sadar, dia melihat sekeliling lalu melihat Sally yang berdiri ketakutan di depannya. "Oh dear! Apakah aku terjatuh lagi? Terimakasih sudah membantuku. Bodohnya aku!"

Lalu Profesor Trelawney pergi melewati Sally begitu saja. Sally masih bingung dan ketakutan, mencerna apa yang baru saja ia dengar. Tak sadar tangannya memanas, bola kristal yang dipegangnya mendadak pecah. Hancur lebur menjadi butiran debu.

"Kekuatanmu akan menghancurkanmu..." Sally memandang bola kristal itu dan berguman.

" Sally memandang bola kristal itu dan berguman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE LAST BLACK- DRACO MALFOY x OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang