G 5

77.1K 2.5K 166
                                    

PEMBUKA ❗❗
HARAP DIBACA

DI NOVE INI BANYAK KATA TIDAK BAKU DAN AWUT AWUTAN. JIKA TIDAK SESUAI HARAP DI SKIP TANPA MENINGGALKAN KOMENTAR MENYAKITKAN DALAM BENTUK APAPUN. KARENA MENYAKITI HATI ORANG LAIN ITU TIDAK BAIK. NOVEL INI HANYA HIBURAN SEMATA CERITA HANYA KARANGAN JANGAN DIBAWA SERIUS.

***

Ruangan Gavya

Gavya masuk ruangannya dan mencari obat yang selama ini di konsumsi saat tiba-tiba trauma atas bully'annya kambuh. Ira juga sama seperti Gavya tapi Gavya lebih parah.

Saat ini tangan Gavya gemetaran sangat hebat membuat Sadewa bingung. Sadewa memeluk Gavya mencoba menenangkan.

"Gavya apa yang terjadi" ucap panik Sadewa sambil mengelus punggung Gavya agar tenang.

"Kak panggilin Ira kak pleaseee" ucap Gavya gemetaran.

"Baiklah aku keluar sebentar ya" ucap Sadewa di angguki Gavya.

Gavya langsung meminum obat yang pernah di berikan psikiaternya.
Gavya duduk di kursinya dan bersandar pada sandaran kursi.

Ceklek

Ira masuk tanpa mengetuk pintu lalu melihat Gavya dia panik dan langsung memeluk Gavya. Ada apa ini kenapa trauma Gavya jadi kambuh begini pikirnya.

"Gavya ada apa " tanya Ira lembut.

"Mereka ada disini Ira " ucap Gavya sambil mencengkram bahu Ira.

"Siapa yang kamu maksud" tanya Ira.

"Sagara dan temannya Ira bagaiamana ini" ucap Gavya gemetaran. Membuat Ira kaget seketika

"Coba ceritakan dulu " ucap Ira berusaha tenang. Lalu Gavya menceritakan semuanya membuat Ira semakin kaget.

"Gimana kalau kak Sadewa saja yang menggantikanmu ya" ucap Ira kawatir.

"Tidak bisa Ira karena ini sudah tanggungjawabku dari dokter Gio. Tidak mungkin aku mengopernya begitu saja pada kak Sadewa" ucap Gavya.

"Lalu bagaimana keadaan kamu saja seperti ini. Apa kamu yakin bisa " ucap Ira lembut.

"Aku akan berusaha agar bisa melewatinya. Lagian nanti aku akan meminta ditemani kak Dewa dan aku juga sudah meminum obatku" ucap Gavya berusaha tegar.

Ira menghela nafas kasar. Lalu memeluk Gavya dan memberikan ketenangan agar Gavya semakin tenang nantinya.

Di Ruangan Tuan Brian

Sagara Galen dan Pandu sedang duduk di sofa mereka berfikir dengan pikiran mereka masing-masing.

"Itu tadi benar Gavya si culun kan" ucap Pandu.

"Kalau ngomong jangan gitu. Lo udah umur segini jangan mengulang hal yang sama deh. Nama dia Gavya gak usah pakai ada culun segala. " ucap Galen.

Sedangkan Sagara hanya diam saja. Ia mengingat betul bully'annya pada Gavya dan sekarang malah Gavya yang akan menolong papanya. Sagara memejamkan matanya tiba-tiba bayangan membully Gavya berputar di otaknya.

Sagara duduk sambil mengusap wajahnya kasar. Ia saat ini harus fokus pada papanya tidak dengan yang lain dulu. Tapi kenapa si culun berubah sangat cantik dan juga seksi pikir Sagara. Sagara melamun tidak jelas.

"Heh lo ngelamun apaan? Kita lagi ngomong nih" ucap Pandu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Heh lo ngelamun apaan? Kita lagi ngomong nih" ucap Pandu.

"Tidak ada " ucap Sagara datar.

Ruangan Gavya

Tok.. Tok.. Tok

Mendengar suara ketukan itu Gavya segera menghapus air matanya yang sempat jatuh membasahi wajah cantiknya. Dia mencoba menetralkan kembali perasaan dan segala ketakutan yang ada dalam dirinya.

"Masuk" Ucap Gavya

"Maaf dokter, pasien sudah berada diruang CT scan saat ini " Ujar suster Metta.

"Baiklah saya akan segera kesana" Jawab Gavya.

Gadis cantik yang berprofesi sebagai dokter bedah saraf itu segera keluar dari ruangannya untuk menuju keruangan CT scan. Setelah sampai disana. Ia langsung masuk dengan wajah datarnya tanpa menyapa Sagara dan teman temannya terlebih dahulu.

Setelah lebih kurang 30 menit. Gavya keluar dari ruangan itu bersama suster Metta. Sagara dan kedua temannya yang melihat Gavya keluar pun segera berdiri dari duduknya.

"Saya membutuhkan walinya" Ucap datar Gavya.

"Saya adalah walinya" Jawab Sagara datar.

"Ikuti saya" ucap Gavya sambil berjalan dan diikuti oleh Sagara dan kedua temannya.

Setelah Gavya berbalik ia menutup matanya sambil Melihat tangannya yang gemetaran. Gavya lalu mengepalkan tangannya agar ia bisa menetralkan dirinya.

Mereka telah sampai diruangan Gavya dan kini Sagara telah duduk dihadapan Gavya. Tanpa berbasa-basi Gavya segera menjelaskan apa yang ingin dia katakan.

"Dari hasil CT scan saya menemukana adanya perdarahan pada otak Taun Brian. Dan tindakan medis yang harus dilakukan adalah dengan cara melakukan pembedahan. Ini bertujuan untuk mengeluarkan cairan yang menyebabkan penekanan pada otak" Jelas Gavya.

Saat ini Sagara dan kedua temannya melihat  kecerdasan Gavya  membuat mereka takjub.

"Jadi apakah pihak keluarga setuju untuk dilakukan pembedahan pada Tuan Brian" ucap Gavya mau tidak mau menatap Sagara. Sedangkan Sagara terdiam melihat mata abu abu indah yang sedang menatapnya.

"Sagara lo di tanya sama dokternya " ucap Pandu.

"Iya saya setuju" ucap datar Sagara dan kembali tersadar.

"Baiklah kalau anda setuju silakan tanda tangani surat persetujuannya terlebih dahulu baru kita akan mengatur jadwal operasinya" Ucap Gavya memberikan sebuah kertas dan sebuah pena.

Setelah surat itu ditanda tangani Sagara. Tiba-tiba Gavya menutup matanya untuk menetralkan dirinya.

Tangannya di bawah meja gemetaran sangat hebat tapi Gavya tetap berusaha untuk profesional. Gavya menghela nafas berat lalu kembali bicara.

"Baiklah operasinya akan saya lakukan besok sekitar jam 10 pagi. Saya dan team saya akan berusaha yang terbaik untuk Tuan Brian " ucap Gavya.

Sagara sedari tadi tidak melepas pandangannya dari dokter yang parahnya adalah orang yang dia bully habis habisan dulu.

Sebenarnya ada rasa bersalah dalam hatinya melihat mata abu abu Gavya. Sagara heran dulu dirinya begitu jahat seperti itu hanya untuk perhatian sang papa. Tapi saat ini malah orang yang dia bully habis habisan menolong papahnya.

° ∆ -------- ••• ------- ∆ °° ∆ -------- ••• ------- ∆ °

Bersambung....

Cerita ini hanya untuk hiburan saja.
Apabila ada yg kurang nyaman dari penulisan dll bisa di skip.
Apabila ada yg Komentar jahat akan langsung di block .

Kamsahamnida😊

Gavya Pavithra ( 21+) (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang