Hospital🏥
Pagi hari Gavya sudah berada di rumah sakit. Hari ini jadwalnya melakukan pengecekan rutin untuk pasien pasiennya. Tidak lama Gavya baru saja selesai mengecek semua pasiennya. Kini ia akan menuju ruangan sang kakak. Entah kenapa ia hanya ingin saja bertemu kakaknya untuk mengucapkan selamat karena sudah memiliki kekasih saat ini.
Gavya tersenyum di sepanjang jalan menuju ruangan kakaknya. Dia juga bertegur sapa pada dokter dan suster yang lewat . Saat sampai di depan ruangan sang kakak. Gavya heran kok tumben pintunya tidak di tutup.
Gavya mendekat saat sudah sampai di depan pintu Gavya tidak sengaja mendengar pembicaraan kakaknya dengan Sadewa.
"Aku tidak bisa mengijinkan kamu mendekati adikku terus Sadewa" ucap Gio.
"Memangnya kenapa. Apa yang salah denganku Gio" tanya Sadewa.
"Aku tau kamu mendekati adikku karena mirip dengan mendiang mantan tunanganmu kan" ucap Gio membuat Sadewa kaget bagaimana Gio bisa tau pikirnya.
Sedangkan di depan pintu Gavya menutup mulutnya tak percaya mendengar yang di ucapkan kakaknya.
"Gio awalnya memang begitu tapi.. " ucap Sadewa dipotong oleh Gio.
"Tapi apa Sadewa. Tapi sampai sekarang kamu tidak bisa melupakan mendiang tunanganmu dan membuat adikku menjadi bayangannya. Apa kamu sudah gila ha. Bagaimana jika adikku tau semua ini pasti akan sangat menyakitkan Sadewa " ucap Gio marah.
Saat Sadewa akan menjawab ucapannya kembali disela tapi kali ini dengan Gavya.
"Jadi selama ini kakak mendekatiku hanya karena aku mirip dengan tunangan kakak yang sudah meninggal. Begitu iya kak" ucap Gavya yang masuk tiba-tiba membuat Sadewa maupun Gio kaget.
"Gavya ini bukan seperti... "
Plak
Belum juga Sadewa menyelesaikan ucapanya Gavya sudah menampar pipi Sadewa membuat Sadewa menghadap ke samping. Saking kerasnya tamparan dari Gavya.
"Aku membencimu dan jangan pernah mendekati atau menemuiku lagi. Kamu adalah pria terjahat yang pernah aku kenal " ucap marah Gavya mendorong Sadewa dan berlari keluar dari ruangan Gio dengan menangis.
Saat Sadewa akan mengejar Gavya di cegah oleh Gio.
"Jangan kejar adikku. Biarkan dia sendiri dulu dan lebih baik kamu renungi kesalahanmu. Atau tidak kamu curhat saja pada mendiang tunanganmu di kuburan" ucap Gio meninggalkan Sadewa.
Ruangan Gavya
Gavya menangis duduk di kursinya. Dia tidak menyangka Sadewa seperti itu. Jujur saja Gavya memiliki perasaan pada Sadewa karena sedari dulu selalu menjaganya.
Gavya sebenarnya tinggal menunggu ungkapan cinta Sadewa dan ia akan menerimanya. Tapi sampai saat ini Sadewa tidak kunjung menyatakan cintanya.
"Ternyata semuanya palsu hiks palsu" tangis Gavya sambil menutupi wajahnya.
Entah sejak kapan tapi perasaannya kepada Sadewa memang nyata. Makanya saat Sagara akan membunuhnya Gavya panik. Dia tidak mau orang yang di cintainya mati. Tapi ternyata dia hanya cinta sendiri selama ini.
Ceklek
Ira masuk tanpa mengetuk pintu setelah mengetahui kabar dari Gio soal Gavya yang mengetahui semuanya.
"Gavya" panggil pelan Ira tanpa di gubris oleh Gavya.
Ira mendekat mengelus punggung Gavya yang saat ini tengah sesenggukan menangis.
"Mungkin ini sangat sulit bagimu. Tapi lebih baik kamu mengetahuinya sekarang dari pada nanti " ucap Ira menenangkan.
"Pada awalnya aku mendukung kak Sadewa. Tapi setelah tau semuanya dari kak Gio. Aku kaget dan tidak menyangka. Gavya jangan terlalu bersedih. Ini bukan akhir dari segalanya kan. " ucap Ira menghadapkan Gavya padanya.
"Dengar ini, mungkin aku konyol berbicara seperti ini. Tapi kamu harus melupakan perasaanmu pada kak Sadewa. Biarkan kak Sadewa yang merasakan terlukan jangan kamu. Lupakan perasaanmu padanya. Aku yakin kamu pasti bisa Gavya. " ucap Ira langsung memeluk Gavya.
Perasaan Gavya saat ini sangat kacau berantakan.
Ruangan Sadewa
Sadewa duduk di kursi sambil memejamkan matanya. Otaknya berputar memperlihatkan bagaimana kekecewaan Gavya padanya tadi. Sadewa sungguh menyesal. Dia akui awalnya memang menjadikan Gavya bayang bayang mantan tunangannya. Tapi semakin dia mengenal Gavya. Sadewa mulai menyukainya perlahan.
Tapi sekarang semuanya sudah menjadi seperti ini. Apa Gavya masih mau mengenalnya atau bahkan memadu cinta dengannya. Tadi saja tatapan matanya sangat terlihat jelas semburat kekecewaan yang mendalam.
"Maafkan aku Gavya maaf" ucap Sadewa mengeluarkan air matanya.
Saat kehilangan mantan tunangannya memang sangat sakit. Tapi saat melihat Gavya tadi itu jauh lebih sakit. Sadewa merutuki dirinya sendiri.
SGR CORP
Sagara duduk di kursi kebesarannya. Ia mendapatkan kabar mengenai Gavya dan Sadewa. Sagara tersenyum menyeringai dan itu telihat sangat menyeramkan.
"Belum aku menghancurkanmu. Tapi kau sudah hancur duluan" ucap Sagara sambil menyesap rokoknya.
Terserah jika Sagara di bilang gila.
Tapi dia memang menguntit Gavya. Ia menyuruh anak buahnya selalu melaporkan apapun yang di lakukan Gavya dan bersama siapapun itu."Milikku akan tetap menjadi milikku bagaimanapun caranya dan siapapun yang mencoba mengambilnya. Selain hancur mati adalah jalan terbaik " ucap Sagara bersmrik.
Sagara sudah mengetahui bahwa Gavya memiliki perasaan pada Sadewa. Makanya Sagara berencana membunuh Sadewa dengan cepat. Tapi sekarang Sagara tidak perlu repot repot karena Gavya sudah membenci Sadewa. Ia hanya akan melihat saja tapi jika Sadewa berani menyentuh miliknya. Ia akan benar benar di habisi oleh Sagara.
° ∆ -------- ••• ------- ∆ °° ∆ -------- ••• ------- ∆ °
Bersambung....
Mampir di akunku satunya ya guys. Karena di ceritaku kan kebanyakn 21+ takut tiba tiba ilang jadi jaga jaga buat dua akun aku @jeonjekeydua
Cerita ini hanya untuk hiburan saja.
Apabila ada yg kurang nyaman dari penulisan dll bisa di skip.
Apabila ada yg Komentar jahat akan langsung di block .Kamsahamnida😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Gavya Pavithra ( 21+) (SELESAI)
Roman d'amourWARNING ⚠ (21+) 🔞 Tidak ada deskripsi langsung baca saja. apabila tidak sesuai bisa langsung di skip. jangan meninggalkan komentar jahat kecuali komentar yang bersifat membangun. Terinspirasi dari banyak cerita kedokteran Semua unsur yg ada di ce...