Hari ini adalah hari pertama bagi Rano untuk memulai aksinya yaitu mendekati Hanafi, entah dengan cara apa ia akan memulai. Rano sendiri kebingungan jika memikirkannya, mengingat keduanya jarang sekali bertemu padahal jarak antara fakultas keduanya relatif dekat karena masih dalam gedung kampus yang sama, atau mungkin karena saling tidak mengenal jadi nya Rano maupun Hanafi tidak saling memperhatikan keberadaan satu sama lain? Entahlah.
"Duh, gimana ya?" monolognya dengan pikiran yang bercampur aduk. Saat ini Rano sedang menyetir mobil menuju kampus, jam menunjukkan pukul sebelas siang dan kelas Rano masih satu jam lagi, tapi ia memutuskan untuk datang lebih awal karena memiliki tujuan lain tentu saja.
"Coba call Chandra, deh, siapa tau bisa bantu mikir."
Rano mengambil ponselnya yang semula tergeletak di jok penumpang di sebelahnya, ia mencari kontak Chandra dan langsung mendial nomor tersebut. Selang beberapa detik panggilan itupun terhubung sebab Chandra sudah mengangkat panggilan dari Rano.
"Yo, kenapa, No?" tanya Chandra di seberang sana dengan suara seraknya, sepertinya anak pertama Adiguna itu baru saja terbangun dari tidurnya. "Chan, bantuin gua dong. Gua bingung banget sumpah gimana caranya deketin si Hanafi Hanafi itu." keluh Rano frustasi, kentara sekali dari nada bicaranya pada Chandra.
Mendengar itu Chandra tertawa sejenak, bukan tawa mengejek seperti yang biasa Haje lalukan, melainkan hanya merasa lucu mendengar seorang Althalariq Zifrano kebingungan sendiri dalam melakukan pendekatan. Ya, meskipun pendekatan kali ini sedikit berbeda dari yang biasanya ia lakukan.
"Gua ga yakin sih, No. Tapi, kayanya sama aja caranya kaya deketin cewe, tapi ya kurangin ngalusnya biar dia kaga mikir lu orang aneh. Deketin sebagai temen aja dulu gitu, ya apa kek pinter-pinter lu aja, basa-basi nanya soal lagu atau apa gitu, tar kalo udah akrab baru lu kerdusin. Ngerti ga?" balas Chandra di seberang sana panjang lebar yang sangat amat membantu Rano dari masalahnya.
Rano tersenyum manis sambil melihat keluar jendela, Chandra benar-benar bisa diandalkan di setiap kondisi, Rano merasa mereka harus tetap berteman hingga tua nanti.
"Siap mengerti! Makasih banyak, ya, Chan. Gua hampir aja nanya ke Chatgpt tadi, untung aja inget ada Chandra si AI berjalan, hahaha." jawab Rano dengan tawa recehnya. Sedangkan Chandra di sisi lain ikut tertawa sebelum mengakhiri obrolan dan sambungan telepon mereka.
"Huft, oke, semangat, No. Sekarang gua harus ke Fakultasnya dia dulu, eh- tapi modusnya apa ya?"
"Nah! nyari temen. Bagus tuh, tapi nyari siapa ya?"
"Oh iya! Abigail aja, dah. Tar kalo beneran ketemu Abigail ya bilang aja mau ngajak makan, hahahah."
Rano terus berbicara sendiri sepanjang jalan menuju kampusnya, dan merencanakan rencana yang matang untuk mencari keberadaan Hanafi di fakultasnya. Kita doakan saja rencananya berjalan lancar.
-
"Permisi, boleh numpang nanya, ga?" ucap Rano ramah pada salah satu pemuda berkulit putih bersih dan pipi chubby serta wangi yang terasa familiar di indra penciumannya.
"Eh- iya, kak, mau nanya apa?" balas pemuda tersebut yang awalnya terlihat sedikit terkejut dengan keberadaan Rano di depan ruang laboratorium musik. Bagaimana tidak, ia baru saja menyelesaikan kelas dan hendak keluar dari laboratorium lalu tiba-tiba seseorang muncul tepat ketika ia keluar dari pintu laboratorium tersebut.
Mendadak tenggorokan Rano tercekat kala mendengar suara Hanafi, ini pertama kali baginya mendengar laki-laki berbicara sehalus ini kepada sesamanya. "Em- itu, kenal Abigail ga? gua nyariin daritadi ga ketemu, gua ga tau jadwal kelasnya tapi setau gua dia jurusan seni musik." ujar Rano berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN US • MINSUNG
Fiksi PenggemarKatanya taruhan, tapi kok ciuman? #1-straykids (14/04/25) #1-stay (29/11/24) #1-han jisung (03/12/24) #1-leeknow (19/01/25) #1-han (08/03/25) #1-lokal (30/04/25) written by; staylupminsung, 2024.