"Taruhan apaan, Kak?"
Seketika Chandra, Bernad, Haje dan Rano langsung menoleh ke arah pintu masuk di mana Hanafi berdiri tidak jauh dari posisi kumpul mereka, semuanya diam membisu mendapati percakapan mereka yang terdengar oleh Hanafi.
"Taruhan apaan?" ulang Hanafi seraya berjalan mendekat.
Wajahnya datar tak seceria biasanya, Rano menelan ludah dan berdiri menghadap Hanafi. Suasana di antara mereka seketika terasa tidak mengenakan, pun bagi Haje yang menanyakan pertanyaan mengenai taruhan itu, ia jelas merasa bersalah pada Rano maupun yang lainnya karena bertanya tanpa melihat sekitar terlebih dahulu.
"Han-"
"Pulang sekarang, Kak, jelasin ke gua semuanya."
-
Mobil Rano saat ini dilanda keheningan meskipun diisi oleh dua orang yang biasanya tak henti-hentinya bercanda, keadaan saat ini jauh berbeda daripada biasanya. Hanafi menatap lurus ke depan sementara Rano menyetir dengan perasaan campur aduknya, Rano bukannya tidak mau memberitahukan pasal taruhan tersebut pada Hanafi melainkan belum menemukan waktu yang tepat.
Tapi jika sudah seperti ini, mau tidak mau ia harus jujur pada Hanafi dan berdoa agar si manis itu mau memaafkannya.
Sesampainya di rumah, Hanafi segera keluar dari mobil dengan pintu yang ditutup cukup kencang, menandakan ia sedang memendam emosi. Tak menunggu lama Rano segera menyusul si manis itu hingga ke dalam kamar dan mendapati Hanafi yang sudah duduk di tepi kasur seraya menatap lurus ke arahnya.
"Jelasin." titahnya.
Rano menghela nafas, ia mendekat perlahan dan membawa dirinya berlutut di hadapan si manis mensejajarkan tingginya dengan Hanafi yang duduk, digenggamnya kedua tangan si manis di atas paha yang lebih muda dengan kepala yang sedikit menunduk.
"Sebenernya dulu gua dapet dare dari temen-temen gua buat deketin lu, Han. Tujuannya buat nguji orientasi seksual gua karna gua sempet kekeh ngomong kalo gua straight, jadi buat buktiin itu gua disuruh ngedeketin lu sampe bener-bener deket kaya gini. Makanya dulu gua kaya maksa banget biar bisa deket sama lu, ya karna itu."
Rano menunduk dalam seraya menjelaskan kisah awal taruhan itu dilakukan, sementara itu Hanafi terdiam merasakan nyeri di hatinya. Tak pernah disangka oleh si manis itu jika ternyata Rano dan teman-temannya melakukan hal tersebut, menjadikan dirinya sebagai bahan taruhan hanya sekedar untuk membuktikan orientasi seksual Rano pada mereka.
Hanafi tertawa sarkas, "Jadi, yang lu lakuin selama ini buat gua cuma sebatas taruhan, Kak?" tanya Hanafi dengan hati yang berdenyut setiap kali menyebutkan kata taruhan di dalam kalimatnya.
"Iya, tapi-"
Plak!
Satu tamparan dari Hanafi lepas begitu saja pada pipi kiri Rano tepat saat ia mendongak untuk memberi penjelasan lain. Dengan wajah datarnya Hanafi menatap tajam Rano yang memegangi pipinya seraya membalas tatapan Hanafi, "Lu jahat, Kak." lirihnya.
Hanafi menarik nafasnya dalam-dalam, sebenarnya ia tidak berniat menampar Rano namum mendengar kata “iya” pada jawaban pemuda tersebut tangannya reflek melayang begitu saja mewakili sakit hatinya.
"Kak, gua ga pernah punya masalah apapun sama lu dan temen-temen lu dari dulu. Gua ga pernah urusin hidup lu atau semacamnya, tapi bisa-bisanya lu pada kaya gitu ya, hahaha." ujar Hanafi dengan tawa sarkasnya, ia berdecih sebelum menjauhkan tangannya dari Rano dan berdiri dari duduknya diikuti Rano, "Kalo emang lu ngerasa lu straight ya udah lu ga perlu segala ngelakuin taruhan tolol kaya gini cuma buat buktiin itu doang, lu terlalu mengedepankan ego lu, tau ga?" lanjutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN US • MINSUNG
FanfictionKatanya taruhan, tapi kok ciuman? #1-stay (29/11/24) #1-han jisung (3/12/24) #1-leeknow (19/01/25) written by; staylupminsung, 2024.