Tok tok tok
Saat mendengar suara ketukan beberapa kali di pintu masuk, sontak Hanafi membasuh tangannya sebelum membukakan pintu untuk seseorang di luar sana yang sudah pasti ia ketahui siapa itu. Setelah pintu terbuka, dapat Hanafi lihat wajah teduh Rano dengan dua cup kopi yang ia tentenga di tangan kanannya dan jaket yang ia sandang di bahu.
"Siapa ya?" tanya Hanafi bergurau, lengkap dengan mimik wajah kebingungan yang dibuatnya.
Rano tersenyum simpul dan mengikuti alur permainan Hanafi, "Go food, mas, ini kopinya." balasnya sambil menyodorkan kopi yang tadi ia pegang pada si manis. Hanafi tertawa sejenak sebelum menyambut kopi tersebut, "Oh iya, terimakasih banyak ya, mas. Totalnya berapa?" lagi, ia melanjutkan gurauannya.
"Bayarnya pake sup ayam aja, mas. Kebetulan saya udah laper banget daritadi mikirin sup ayamnya." jawab Rano sambil memegangi perutnya agar meyakinkan si manis bahwa dirinya benar-benar merasa lapar saat ini. Lagi-lagi Hanafi tertawa lepas sambil mengiring Rano untuk masuk dan menutup pintu rapat-rapat.
"Random amat sih, kak. Udah sana bersih-bersih dulu biar gua siapin makannya." ujarnya sambil mengambil alih jaket yang semula tersandar pada bahu lebar sang kakak tingkat dan menyangkutkan benda itu pada sangkutan khusus yang tersedia di sana. Tak lupa ia mendorong pelan tubuh Rano ke arah kamar mandi, menyuruh yang lebih tua untuk bersih-bersih sementara dirinya menyiapkan makan siang—yang sangat telat sebab jam sudah menunjukkan pukul tiga sore—untuk keduanya.
Rano tentu menurut pada yang lebih muda, ia mandi dan membersihkan diri sesuai apa yang diperintahkan oleh si manis. Di tengah-tengah kegiatan keduanya, dapat Hanafi dengar Rano yang berbicara dengan sedikit berteriak untuk meminta handuk.
"Iya kak, bentar." si manis balas berteriak, ia meninggalkan dapur dan menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamar tidur Rano dan menyerahkan handuk melalui pintu yang dibuka kecil oleh si tuan rumah."Baju mau sekalian di ambilin, ga?" tawarnya.
Ia dapat melihat rambut basah Rano yang terlihat segar dan sebagian bahu lebarnya yang ikut mengintip dari balik pintu. "Boleh deh, taro aja di kasur ya." jawabnya singkat lalu kembali menutup pintu kamar mandinya.
Hanafi beralih menuju lemari pakaian besar milik Rano dan membukanya perlahan. Ia terfokus pada bagian pakaian rumahan pemuda itu, diraihnya kaus hitam dan celana pendek hitam sepaha dan tidak lupa dengan celana dalam pemuda itu yang tersimpan rapi di dalam laci.
Setelahnya si manis meletakkan semua pakaian itu di atas kasur sesuai dengan permintaan Rano dan kembali ke dapur untuk menyelesaikan pekerjaannya yang belum tuntas.
Hah.. Hanafi sudah seperti ibu rumah tangga saja, mengurusi dapur dan suami di saat yang bersamaan.
Hanafi berkutat dengan dapur dan Rano keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menutupi area privasinya, jangan lupakan rambut setengah basah dan tubuh atletisnya itu. Ugh, begitu memanjakan mata. Rano keluar dari kamarnya untuk memantau Hanafi yang tengah menyendok nasi ke piring untuk dirinya dan Rano, kegiatannya sontak terhenti saat menyadari keberadaan Rano.
"Ih, kak! kenapa langsung keluar, sih? pake baju dulu sana, udah disiapin juga." omelnya dengan mata yang bergulir ke bawah menatap perut berbentuk milik Rano yang dihiasi bekas luka yang membuat dirinya terlihat semakin attractive.
Rano tak menghiraukan omelan si manis dan malah mendekat ke arahnya dengan seringaian kecil, dengan jahil ia meremas pelan pinggang sempit pemuda itu sambil tertawa kecil. "Kak Rano!" pekik si manis yang hampir saja kehilangan keseimbangannya dan menumpahkan sepiring nasi yang sedang ia pegang. Merasa akan mendapat amukan, dengan cepat Rano melarikan dirinya ke kamar dan langsung mengunci pintu.

KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN US • MINSUNG
FanfictionKatanya taruhan, tapi kok ciuman? #1-stay (29/11/24) #1-han jisung (3/12/24) #1-leeknow (19/01/25) written by; staylupminsung, 2024.