thirty one

2.7K 309 82
                                        

kating ganteng

| sayang, tolong keluar ya?
| gaperlu ngintip gitu, kakak udah tau

Seketika jantung Hanafi berdenyut, namun kali ini denyutan itu tak menimbulkan rasa sakit melainkan sensasi geli di perutnya yang menggelitik. Jantungnya berdegup kencang, sontak Hanafi kembali menutup tirainya dengan cepat dan berdiri membelakangi jendela. Memegangi dadanya dengan sebelah tangan, entah apa maksud debaran yang ditimbulkan oleh Rano saat ini tapi yang jelas Hanafi tidak boleh luluh begitu saja.

"Jangan Han, jangan.." bisik Hanafi pada dirinya sendiri yang mana terdengar oleh Rino yang masih terhubung lewat panggilan telepon.

"Jangan apaan, Han?" sahut Rino di seberang sana yang kedengarannya sedang bergelut dengan beberapa peralatan makan di dapur. Hanafi berdeham singkat, "Engga kok, No. Lu mau makan?" tanya Hanafi mengubah topik pembicaraan mereka. Ia bawa dirinya kembali masuk ke kamar sembari menguatkan hati untuk tidak terluluh dengan Rano.

Sedangkan Rano di luar sana tertawa kecil melihat pesannya yang hanya dibaca oleh si manis, menggantung begitu saja tanpa terlihat tanda-tanda balasan dari Hanafi.

Rano tau jika Hanafi sedang bertelepon ria dengan seseorang, nampak dari si manis yang tetap menempelkan ponsel pada telinganya saat mengintip Rano tadi. Senyum kecilnya perlahan berganti getir, miris. Mungkin itu Rino, pikirnya, atau mungkin sudah pasti. Pemuda yang Rano ketahui berasal dari Bandung itu ternyata benar-benar berhasil mengisi kekosongan Hanafi yang dikarenakan olehnya.

"Lu bener-bener bisa hidup dengan baik tanpa gua ya, Han." gumamnya menatap sendu pintu kost Hanafi yang juga pernah menjadi rumahnya kala itu. Rano jelas tak rela posisinya tergantikan begitu saja terlebih lagi oleh orang yang baru muncul di kehidupan si Hanafi. Tapi di sisi lain ia juga merasa senang sebab Hanafi yang baik-baik saja, meski ditemani orang lain.

-

Langit pagi masih berwarna keemasan saat Rano membuka ponselnya, jarinya lincah mengetik pesan-pesan sederhana namun penuh harapan.

apiw

pagi han |
jangan skip sarapan ya |
vitaminnya jangan lupa diminum |
semangat buat hari ini |

Pesan itu diikuti dengan beberapa lainnya—pengingat kecil, ucapan selamat pagi yang klasik, dan doa-doa pendek untuk hari yang cerah. Setiap kata dipilih dengan hati-hati, seolah Rano ingin menyampaikan sesuatu yang tak bisa diutarakan dengan langsung. Pesan-pesan itu terkirim, tapi tak ada balasan.

Di tempat lain, Hanafi memandangi layar ponselnya yang bergetar singkat. Nama kontak Rano terpampang jelas di notifikasi, disertai cuplikan pesan-pesan yang penuh perhatian. Ia membaca semuanya dalam diam, namun tidak ada dorongan untuk menjawab. Matanya hanya menatap layar beberapa detik sebelum jemarinya menggeser notifikasi itu, membiarkan pesan-pesan itu menggantung di udara tanpa jawaban.

Detik berikutnya, getaran lain mengalihkan perhatiannya. Kali ini, nama Rinoel yang muncul di layar. Pesannya singkat, hampir sama dengan milik Rano.

rinoel

| pagi geulis
| jangan skip sarapan biar makin geulis
| semangat semangat semangat

Hanafi tersenyum tipis. Ada kehangatan yang berbeda dalam pesan itu—ringan, ceria, dan entah kenapa membuatnya merasa lebih baik. Ia segera mengetik balasan.

BETWEEN US • MINSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang