Terlalu cepat waktu berlalu, dua minggu seakan menghilang begitu saja, tergilas oleh tumpukan tugas kuliah yang terus membebani setiap harinya. Rano tenggelam dalam laporan praktikum yang harus diselesaikan, seringkali harus begadang hingga larut malam. Sementara Hanafi, dengan dedikasi penuh, sibuk berlatih musik untuk persiapan tampil di berbagai acara kampus dan organisasi, sesuatu yang tak bisa ia tinggalkan begitu saja.
Meskipun terperangkap dalam kesibukan masing-masing, keduanya selalu meluangkan waktu untuk bertukar kabar, sekadar memberi update tentang kegiatan mereka di ruang pesan.
Begitu pula malam ini, saat Rano duduk di ruang tamu, dikelilingi oleh tumpukan laporan praktikum yang terus memanggil-manggil perhatiannya. Di sisi lain, Hanafi masih belum pulang dari kegiatan rutinnya-bernyanyi di kafe.
"Shh, sakit mata gua ngeliat ni laprak setan!" Rano mengumpat kesal, lalu menjauhkan laptopnya dan meraih ponsel yang sejak beberapa jam lalu teronggok begitu saja.
Di layar kunci ponselnya, terlihat sebuah notifikasi pesan dari ibunya, Jasmine.
mama
| Rano, bulanan kamu sudah papa kamu transfer, ya.
Pesan yang selalu dikirim Jasmine setiap bulannya, tanpa terkecuali. Rano menghela napas panjang, sebelum dengan perlahan mengetik balasan untuk sang ibu.
pulang ma, ada yang mau aku omongin |
Tak lama kemudian, pesan itu dibaca, dan Jasmine segera mengetik balasan.
| Ada apa, Rano? Kamu mau apartemen baru? Atau mobil baru?
engga ma, aku ga mau apa-apa |
aku mau mama papa pulang besok |
ada yang mau aku omongin, penting |
| Kamu tau papa kamu dan saya sibuk, kan? Urusan kita masih banyak, Rano.
ma, please lah.. |
ga lama, sehari aja ngeluangin waktu untuk |
aku apa salahnya?
| Rano, ini papa. Apa yang mau kamu bicarakan?
Rano meneguk ludahnya dengan kasar. Kali ini, yang membalas bukan lagi ibunya, melainkan sang ayah, Andreas. Tampaknya, Jasmine menyerahkan ponselnya pada Andreas, memintanya untuk merespons pesan Rano yang terus mendesak agar mereka segera pulang.
pa, pulang. aku mau bicarain sesuatu |
| Bicarakan sekarang.
Rano terdiam sesaat, jantungnya berdebar cepat. Ia memikirkan dengan cermat apa yang harus ditulis. Di hadapan Andreas, dia merasa terpojok, dan meskipun penuh keraguan, Rano akhirnya mengetikkan pesan singkat yang mencerminkan inti dari segala yang ingin ia katakan.
aku gay |
Pesan itu hanya mengambang, dibaca oleh kedua orang tuanya tanpa ada balasan seketika. Rano tetap terpaku di layar ponselnya, jantungnya berdegup kencang, dan keringat dingin perlahan membasahi pelipisnya. Tak lama kemudian, sebuah pesan balasan muncul, dan Rano merasa sebuah kekhawatiran yang mendalam meliputi dirinya.
| Besok malam papa dan mama tiba di apartemen kamu.
Tanpa kata, Rano menyimpan ponselnya kembali ke meja, merenung, memikirkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi, serta mencari solusi untuk menghadapi segala yang akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN US • MINSUNG
FanfictionKatanya taruhan, tapi kok ciuman? #1-straykids (14/04/25) #1-stay (29/11/24) #1-han jisung (03/12/24) #1-leeknow (19/01/25) #1-han (08/03/25) #1-lokal (30/04/25) written by; staylupminsung, 2024.
