nineteen

3.2K 333 123
                                        

"Kalo ga mau nyium gua biar gua yang nyium lu duluan, di bibir."

Mendengar itu seketika Hanafi menyentil pelan bibir Rano yang sudah bersiap-siap untuk untuk menciumnya, "Enak aja!" katanya dengan nada yang mengutarakan perasaan tidak terima. Rano sontak meraba bibirnya yang terasa sedikit kebas setelah disentil oleh si manis, "Becanda doang kok, kenapa sih sensi amat kalo gua minta kiss?" tanya yang lebih tua.

"Segala nanya lagi kak, siapa suruh lu demen nyium cewe sana sini? minta cium sana sama pacar-pacar lu." balas si manis lalu menyeruput kopi miliknya. Rano menghela nafasnya lalu menatap langit malam dengan tubuh yang bertumpu pada kedua tangan di belakang tubuh, "Lu percaya ga kalo gua bilang gua udah lama putusin cewe-cewe itu?" tanya Rano yang melirik Hanafi dengan tatapan yang sulit dijelaskan.

Jelas Hanafi menggeleng dengan tawa remeh, sudah pasti ia tidak percaya. Yang benar saja, siapa yang akan percaya jika seorang Althalariq Zifrano benar-benar single. "Gua harus respon gimana nih, kak?" tanya yang lebih muda, sementara itu Rano tersenyum simpul, "Ya, terserah lu aja sih mau percaya atau engga, tapi gua udah ga ada cewe sama sekali dari malam yang gua minta lu stay bareng gua, inget?" ucapnya.

Hanafi mengangguk ragu, "Iya, inget. Lu beneran mutusin semuanya? kenapa?" tanya nya penasaran.

"Cape, Han. Gua ga pernah bener-bener pengen pacaran sama banyak cewe, gua cuma kesepian trus bosen akhirnya gua jadiin mereka pelarian sampe akhirnya keterusan. Idup gua emang rame, tapi gua nya tetep ngerasa sepi meskipun punya cewe belasan orang." jelas Rano membuat Hanafi terdiam mencerna. Hanafi mengangguk kecil, "Iya sih, kak. Mau serame apapun dunia luar lu kalo rumah lu sepi mah tetep aja kesepian." balasnya.

"Makanya lu jadi orang rumah gua biar gua ga kesepian."

"Ga mau ah, udah nyaman di kostan gua."

"Kalo gitu gua aja yang pindah ke kostan lu, gimana?" balas Rano enteng membuat si manis mendelik padanya, "Living together gitu maksudnya?" tanya si manis yang dibalas anggukan oleh yang lebih tua. "Moh, tinggal sendiri-sendiri aja ketemunya hampir 24 jam. Ngapain sih segala ngide begitu, kak?" tolaknya dilengkapi omelan. Rano mencebik lalu mendempetkan tubuhnya pada lengan si manis yang kini ia peluk, "Ayo dong, gua udah muak tinggal sendiri dari orok, pengen gitu diurusin." rengeknya tidak sadar umur.

"Ya sewa baby sitter aja sana kalo pengen diurusin mah, open loker buat baby sitter yang sudi ngurusin bayi bajang sekarang." lagi, si manis masih tetap pada pendiriannya dan menolak ajakan Rano untuk tinggal bersama. "Gamau, orang mau nya diurusin sama lu, kan enak tuh kalo bangun pagi udah ada sarapan, udah ada yang nyiapin keperluan gua." balas Rano sambil berkhayal ria.

"Dih, berani bayar berapa si kak lu ngomong begitu?"

"Berani nafkahin lu seumur hidup, mau lu pendidikan sampe S3 juga gua jabanin."

-

"Beli lemari baru aja, kak, taro di sini buat baju-baju lu." ujar si manis sembari membantu Rano mengemasi barang-barangnya.

Ya, mulai hari ini Rano akan tinggal bersama Hanafi di kostannya, awalnya si manis menolak namun saat Rano mengatakan ia akan menghidupinya pun Hanafi langsung menyetujuinya tanpa syarat. Kan lumayan uang yang dikirimkan oleh orang tuanya bisa ditabung, begitu pikir Hanafi.

Rano mengangguk lalu segera menelepon kenalannya yang bekerja di toko kebutuhan rumah untuk membeli lemari baru sesuai permintaan si manis, "Mau apalagi, Han?" tanya Rano pelan disela obrolannya dengan sang kenalan di seberang sana. "Meja rias, rak sepatu, gantungan baju, rak satu lagi buat di kamar, sama mesin cuci kering, hehe." balasnya dengan cengiran. Ia sudah mencatat apa saja barang yang ingin ia tambah atau ganti di rumahnya dengan bertambahnya penghuni, Rano mengacungkan jempolnya dan segera memesan semua yang Hanafi pinta.

BETWEEN US • MINSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang