twelve

3.3K 341 86
                                        

"Gila, cape banget." keluh Hanafi yang baru saja sampai di kost nya pada malam hari dan sudah beberapa hari juga ia selalu pulang malam seperti ini, seperti biasa pemuda itu baru saja menyelesaikan semua kegiatannya. Lelah, itu yang Hanafi rasakan saat ini, ia langsung merebahkan diri di kasur yang empuk tanpa melepas alas kaki terlebih dahulu. Seluruh tubuhnya terasa sakit dan energinya terkuras habis.

Tanpa membuang waktu lagi, pemuda manis tersebut segera membersihkan dirinya dan berganti pakaian dengan yang lebih nyaman. Selesai dengan urusan kamar mandi, si manis itu lanjut memasak untuk makan malamnya. Saking sibuknya Hanafi hari ini, ia bahkan melewati makan siangnya karena terus dikejar waktu.

Hanafi membuka lemari penyimpanannya dan melihat ada beberapa makanan instan di sana yang Rano bawakan untuknya saat pemuda itu berkunjung minggu kemarin. Tiba-tiba Hanafi teringat akan Rano yang menghubunginya pagi tadi.

Si manis memilih menyelesaikan urusan perutnya terlebih dahulu sebelum memikirkan hal lain. Diri sendiri nomor satu, itulah prinsip si manis berpipi gembil itu.

Hanafi tidak memasak sesuatu yang terlalu berat dan memakan waktu, ia hanya merebus ramen instan dan segelas susu hangat untuk mengisi perutnya. Ia duduk seorang diri dan makan dalam keadaan sunyi dengan pikiran yang bertebaran kemana-mana, memikirkan segala macam hal yang terjadi di hidupnya, termasuk persoalan Althalariq Zifrano yang seringkali membuatnya bingung.

Ini adalah salah satu suasana yang tidak ia sukai, pulang dari berkegiatan di malam hari dan merasa kesepian setelahnya. Masak dan makan seorang diri dengan pikiran yang bercampur aduk rasanya melelahkan, ia menghela nafasnya berat, Hanafi rindu rumah. Ia merindukan masakan ibunya, dan merindukan peluk hangat yang selalu menerimanya kapan saja tanpa harus terhalang jarak seperti sekarang.

Tapi bagaimanapun ini semua adalah pilihannya, pergi yang jauh dari rumah demi mengejar pendidikan dan cita-citanya. Entah dengan kerinduan macam apa malam ini akan berakhir, ia hanya berharap dirinya tidak menangis dan bisa beristirahat dengan baik agar lebih semangat untuk hari esok yang kemungkinan akan lebih sibuk dadi hari ini.

Selesai dengan acara makannya, Hanafi kembali ke kamar setelah membersihkan peralatan makan yang kotor. Ia membuka ponselnya dan melihat pertukaran pesannya dengan Rano hari ini, Hanafi menghela nafasnya lagi dan mengetikkan sesuatu di sana lalu mengirimnya.

kating ganteng

kak |
gua udah di rumah |

| boleh ga gua ke sana?
| tapi kalo lu cape, gapapa lain kali aja
| istirahat aja han

iya gua cape |
cape banget kak |

| mau istirahat apa mau ketemu?

ketemu |
tapi jangan buat gua makin cape |

| iyaa afi
| udah makan malem belom?

udah |

| oke, gua kesana ya
read

Hanafi terbaring sambil menatap datar langit-langit kamarnya. Mungkin tidak masalah jika ia memilih bertemu Rano terlebih dahulu daripada langsung berisitirahat. Hanafi hanya merasa ia membutuhkan seseorang saat ini, dan sejauh ini sosok yang terbilang teramat dekat dengannya hanyalah Rano seorang.

Terkadang Hanafi ingin berkeluh kesah dengan sang ibu namun ia terus teringat dengan ibu yang mungkin sudah lelah karena mengurus rumah dan keluarganya di sana. Ia tidak ingin merepotkan, dan juga Hanafi sudah terbiasa melewati segala hal seorang diri.

BETWEEN US • MINSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang