thirteen

1.2K 193 69
                                    

Hujan di luar semakin deras seiring berjalannya waktu, namun meskipun dengan bantuan air conditioner tetap saja tak berhasil membuat Hanafi merasakan kedinginan. Bahkan Hanafi mengenakan pakaian pendek malam ini, tapi ia tetap merasa hangat—di dalam pelukan Rano.

Berbaring di atas bisep kakak tingkatnya dengan selimut seleher yang menutupi hampir seluruh tubuhnya, di dalam selimut tersebut terdapat Rano yang memeluknya posesif dan mengusap-usap lembut surainya, membantu mengantar Hanafi ke alam mimpinya.

Sama saja seperti Hanafi ke apartemen Rano, kost milik Hanafi juga sudah tak asing lagi dengan dirinya. Terbukti dengan banyak pakaian Rano yang ia simpan di lemari si manis.

Hanafi berbaring menghadap Rano dengan sebelah kakinya yang melingkar pada pinggang yang lebih tua, tentu saja Rano yang membuat posisinya seperti itu, ia menarik pinggang Hanafi posesif hingga tubuh keduanya benar-benar menempel dan Hanafi hanya menempelkan telapak tangannya pada dada bidang di hadapannya.

Sesekali terdengar gemuruh yang mengamuk di luar sana membuat Hanafi terkejut dari tidurnya dan reflek memeluk Rano lebih erat lagi. Hanafi adalah salah satu orang yang takut dengan gemuruh dan petir, berbeda dengan Rano yang bahkan tidak tau apa ketakutannya sendiri selain berjauhan dengan Hanafi.

"Sstt, kakak di sini, ga perlu takut. Bobo lagi ya." ucap Rano pelan sembari memeluk pinggang sempit milik si tupai di hadapannya, seolah menunjukkan pada semesta bahwa tak ada yang boleh mengambil temannya.

Hanafi menurut, ia memejamkan matanya mencoba kembali tertidur namun terus terganggu dengan suara gemuruh yang semakin kuat. Seolah beradu kekuatan dengan Rano, menunjukkan apa yang ia punya.

Hanafi merengek kecil dengan mata terpejam, ia membuka maniknya perlahan dan melongak guna menatap Rano dengan ekspresi sedikit memelas, "Kak.. takut." ucapnya pelan. Rano terkesiap sejenak menatap betapa gemasnya Hanafi saat ini dengan bibir yang melengkung ke bawah. Yang lebih tua berani bersumpah ingin rasanya ia menghujamkan ciuman pada wajah itu yang sialnya tidak bisa ia lakukan seperti ia melakukannya pada gadis-gadisnya.

"Mau tukeran posisi?" tawar Rano.

Hanafi mengangguk, posisinya ia menghadap Rano dan memunggungi jendela dan ia ingin bertukar posisi agar tak perlu khawatir jika tiba-tiba saja petir menyambar jendela kamarnya. Setidaknya Rano akan terkena terlebih dahulu sebelum dirinya.

Rano mengangguk dan melingkarkan tangannya pada pinggang Hanafi dan memeluknya erat sebelum bergerak membawa tubuh yang lebih kecil dari tubuhnya itu naik ke atas sebelum beralih ke samping. Jadi dalam sepersekian detik Hanafi dapat merasakan saat dirinya berbaring tepat di atas tubuh Rano (rasanya tidak buruk).

"Udah, bobo lagi yaa."

-

Rano berjalan santai menyusuri koridor fakultasnya, ia baru saja menyelesaikan kelas dan ujian praktikum, dan sekarang Rano berniat untuk menyusul temannya di kantin sambil istirahat.

"Rano!"

Tengah asik berjalan tiba-tiba terdengar suara wanita memanggilnya dari belakang. Rano menoleh dengan wajah datarnya, ternyata itu salah satu pacarnya yang bernama Hanum, salah satu mahasiswa akuntansi yang terjebak pesona Athalariq Zifrano.

Rano mengangkat sebelah alisnya sebagai respon, ia diam berdiri menunggu Hanum mendekat ke arahnya.

"Aku mau udahan!" ujarnya.

Rano mengernyit bingung, apa-apaan? tiba-tiba?

"Kenapa?" tanya Rano dengan bodohnya. Hanum mendengus melihat respon Rano yang berlagak bodoh, "Jangan kira aku ga tau ya kamu beberapa hari ini kemana. Kamu batalin semua janji sama aku, kamu ngilang gada kabar sama sekali, ga bales satupun chat dari aku, ga ngangkat call aku juga, dan kamu selingkuh! Kamu masih bisa nanya kenapa aku minta putus?!" jelas Hanum panjang lebar.

BETWEEN US • MINSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang