Ternyata cinta jauh lebih menyeramkan dari yang Hanafi kira, setelah kisah terakhirnya dengan gadis si pecinta bintang yang berakhir buruk, naasnya ia masih harus merasakan patah bahkan sebelum ia benar-benar yakin pada perasaannya. Beberapa bulan yang ia lewati bersama Rano tidak hanya meninggalkan kenangan indah namun juga tragedi pada perasaannya. Terkesan lebay namun itulah kenyataannya.
Semua yang mereka miliki kini hanya menjadi kenangan yang menghantui, terperangkap dalam ruang yang dulu dipenuhi dengan kebersamaan. Apa yang pernah terasa nyata, kini tinggal sebuah bayangan yang perlahan menghilang, meninggalkan hanya rasa kehilangan yang tak bisa dijelaskan. Tidak ada lagi tawa, tidak ada lagi pelukan yang memberikan rasa aman—semuanya hancur menjadi kepingan yang tak dapat disatukan kembali. Apa yang dulu tampak seperti cinta, kini hanya luka yang terpendam, sebuah kisah yang tak pernah diberi kesempatan untuk tumbuh, berakhir begitu saja sebelum sempat diketahui oleh kedua hati yang terlibat.
Rano kembali dengan kesendiriannya begitu pula dengan Hanafi yang saat ini tengah sibuk mengemasi apa yang tertinggal dari Rano di dalam rumahnya. Saat sedang membuang beberapa barang bekas di atas nakas, maniknya menangkap kamera pemberian Rano yang ia simpan di atas rak khusus di sana.
Perasaan sedih itu kembali, Hanafi kembali teringat bagaimana bahagianya dirinya malam itu di dalam pelukan Rano, begitu pula ingatan mengenai taruhan yang ikut serta dalam acara mengenangnya. Hanafi menarik nafasnya dalam-dalam sebelum memutuskan untuk menyimpan kamera tersebut ke dalam laci paling bawah yang jarang ia buka.
Hanafi terus memastikan tidak ada lagi sesuatu yang akan membuatnya bersedih sebelum kembali menjalankan aktivitasnya seperti biasanya meskipun kali ini bukan lagi Rano yang menemaninya melainkan perasaan sedih yang disebabkan pemuda itu.
Hari-hari berjalan lambat setelah itu, seolah waktu sengaja mempermainkan Hanafi dengan mengulur setiap detik yang terasa kosong. Rumah yang dulunya penuh dengan suara tawa kini sunyi, hanya menyisakan gema langkahnya yang terdengar hampa di lantai yang dingin. Tak ada lagi kopi pagi bersama Rano, tak ada obrolan kecil di sela-sela kegiatan, dan tak ada sentuhan hangat yang biasa ia dapatkan saat hari terasa berat.
Hanafi mencoba membenamkan dirinya dalam rutinitas, berharap aktivitas yang ia lakukan dapat mengisi kekosongan yang melubangi hatinya. Namun, bayang-bayang Rano tetap muncul di sudut-sudut pikirannya, seperti hantu yang menolak pergi. Bahkan hal-hal kecil—aroma pakaian yang tertinggal di lemari, sisa gelas kopi di meja dapur, hingga dentingan lembut kamera di laci paling bawah—membuat kenangan itu kembali hadir tanpa permisi.
Malam-malam terasa lebih panjang dari biasanya. Hanafi sering terjaga, hanya menatap langit-langit kamarnya yang gelap, mencoba mencari alasan di balik semua yang terjadi. Ia bertanya pada dirinya sendiri, apakah cinta memang selalu meninggalkan luka? Atau hanya ia yang terlalu bodoh untuk melihat tanda-tanda yang jelas sejak awal?
Namun meski luka itu masih segar, ada tekad yang perlahan tumbuh dalam dirinya. Ia tahu, ia tidak bisa terus terjebak dalam masa lalu yang tidak akan pernah berubah. Kamera itu tetap terkunci di laci, tapi Hanafi mulai belajar untuk membuka kembali dirinya—bukan untuk Rano, atau siapa pun, tapi untuk dirinya sendiri. Karena meski cinta yang ia jalani tak pernah sempat tumbuh, ia tahu bahwa dirinya berhak untuk mencoba lagi, suatu hari nanti, dengan cara yang lebih baik.
-
Keesokan malamnya, Rano tampak murung meskipun ia sedang berkumpul bersama teman-temannya. Rano merasanya tidak ada lagi tujuannya setelah ini, teramat hampa begitu keduanya kembali menjadi orang asing. Tidak benar-benar asing karena dalam diamnya Rano terus mencari Hanafi di keramaian, memastikan si manisnya masih ada di bumi dan masih terjangkau oleh pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN US • MINSUNG
FanfictionKatanya taruhan, tapi kok ciuman? #1-straykids (14/04/25) #1-stay (29/11/24) #1-han jisung (03/12/24) #1-leeknow (19/01/25) #1-han (08/03/25) #1-lokal (30/04/25) written by; staylupminsung, 2024.
