Pagi-pagi sekali Rano sudah terbangun dari tidurnya, jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh dan Hanafi masih tertidur pulas. Rano memindahkan tubuh Hanafi secara perlahan agar tidak mengganggu tidurnya, Hanafi yang semula berbantalan bisep Rano pun kini digantikan dengan bantal seharusnya.
"Eung.." lenguh Hanafi yang sedikit terganggu dengan pergerakan Rano. "Sssttt, bobo lagi ya." ujar yang lebih tua sembari mengusap lembut surai Hanafi membantunya kembali ke alam bawah sadar. Sementar itu Rano pergi ke toilet dan bersih-bersih terlebih dahulu sebelum keluar kamar, dengan rambut depan yang sedikit basah ia menuju dapur dan membuka kulkas, mengecek bahan makanan apa saja yang tersedia di sana.
Diambilnya beberapa bahan masakan untuk diolah menjadi sarapan mereka berdua pagi ini. Rano tidak mengambil banyak bahan, hanya beberapa butir telur, alpukat, susu dan beras merah di tempat penyimpanannya. Rano berencana membuat nasi merah dengan omelet serta jus alpukat susu. Karena hari ini Hanafi memiliki jadwal kelas pagi jadi ia pastikan si manisnya mengonsumsi sarapan yang bergizi, tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Rano berkutik dengan dapur dan seisinya.
"Kak.."
Rano sontak menoleh, ternyata Hanafi sudah bangun dan langsung keluar kamar dengan wajah bantalnya. Rambutnya nampak berantakan dengan tangan yang sibuk mengusak matanya khas orang yang baru bangun tidur. "Udah bangun?" tanya Rano kembali memblender alpukat dan susu. Hanafi mengangguk dan mendekat ke arah Rano dan melirik makanan-makanan yang Rano siapkan.
"Bikin apaan?" bukannya menjawab, Hanafi malah balik bertanya pada Rano. "Omelet doang sama jus alpukat, sana mandi dulu baru sarapan." balas Rano. Menurut, Hanafi kembali masuk ke kamar dan mandi sesuai perintah Rano. Karena ia laki-laki, jadi tidak membutuhkan waktu yang lama untuk bersiap-siap, hanya 20 menit saja Hanafi kembali keluar kamar dengan pakaian yang lebih rapi dari sebelumnya.
"Kelas lu jam berapa, Kak?" tanya Hanafi sambil duduk menunggu Rano menyiapkan nasi untuknya. "Nanti sore sampe malem." jawabnya. Ia hidangkan nasi merah dengan lauk omelet dan jus alpukat susu untuk Hanafi dan dirinya, "Yeay, terimakasih, Kak!" seru si manis sebelum menyantap makanan tersebut. Sedangkan Rano hanya tersenyum simpul dan ikut menyantap makanannya.
"Nanti nau dianter apa sendiri?" tanya Rano.
"Sendiri."
"Oke, gua anter."
"Kalo gitu mah ga usah nanya, Kak!"
"Hahaha."
-
Tiba di kampus, Hanafi menjalani keseharian seperti biasa. Kali ini ia sedang makan siang dengan seorang temannya yang bisa dikatakan cukup akrab, Filix namanya. Pemuda berwajah cantik dan pribadi yang ramah kepada semua orang, sama seperti Hanafi sendiri. Oleh sebab itu keduanya sangat cocok menjalin pertemanan.
"Eh, Han, kamu kok bisa tiba-tiba deket sama kakak-kakak itu, sih?" tanya Filix sambil menyuap mie ayam ke dalam mulutnya. Filix ini tipikal orang yang berbicara halus kepada siapa saja, dan juga menggunakan kata ganti "aku-kamu", berbeda dengan anak seumurannya yang lain yang kebanyakan memakai kata "lu-gua".
Hanafi mengangkat bahunya singkat, sudah pasti kakak-kakak yang dimaksud Filix itu adalah Rano, karna kalau bukan siapa lagi? "Ga tau, Lix. Ga inget juga gimana bisa deket." balas Hanafi sekenanya. Jujur ia juga tidak mengerti kenapa bisa berakhir sedekat ini dengan Rano, ya meskipun Hanafi memang tipikal yang gampang akrab dengan orang lain namun tetap saja ia tidak menyangka jika bisa berakhir satu rumah dengan Rano.
"Kalian pacaran?"
"Uhuk!" Hanafi sontak tersedak minumannya saat Filix tiba-tiba melontarkan pertanyaan tersebut. "Eh, Han! Sorry-sorry, aku ga bermaksud." Filix buru-buru menyerahkan air putih pada temannya, rasa bersalah langsung menyerangnya saat itu juga. Hanafi mengangguk, "Gapapa, aku cuma kaget dikit. Aku ga pacaran kok, Lix" balasnya membuat Filix mengangguk paham. Meskipun masih banyak yang ingin ia tanyakan.
"Boleh aku tanya lagi ga? aku takut ga bisa tidur karna mikirin ini mulu." ujarnya membuat Hanafi tertawa renyah mendengarnya, lalu ia mengangguk mempersilakan temannya bertanya lebih lanjut.
"Aku sering denger dari anak-anak soal kamu sama kakak-kakak itu, jadinya aku penasaran. Sebelumnya aku ga pernah liat kamu main sama orang yang agak-agak gitu pergaulannya, trus tiba-tiba liat kamu dianter jemput, keluar bareng juga, jadinya aku penasaran deh. Soalnya kata si Bambang kakak itu suka main cewe sampe ditidurin, aku khawatir kamu ketularan sifat buruknya." jelas Filix panjang lebar. Sementara itu Hanafi tersenyum simpul, ia genggam tangan kecil Filix dan diusap perlahan dengan ibu jarinya.
"Lix, sama siapapun kita berteman itu ga masalah selama yang kita ambil cuma baiknya aja, yang buruk-buruk gaperlu diambil dan kalo bisa kita bantu dia berubah. Juga, Kak Rano ga seburuk itu, kok. Ya, terlepas dari gimana dia di luar sana sih. Tapi aku bersyukur, dia udah ga main cewe lagi dan udah lebih baik dari sebelumnya. Kamu ga perlu khawatir kalo aku bakal ngikutin kelakuannya yang jelek-jelek, aku yang bakal bawa dia ke jalan yang lebih baik, Lix." balas Hanafi perlahan, ia berikan pemahaman pada Filix agar pemuda itu tidak lagi khawatir mengenai dirinya. Filix itu memang teramat baik dan sangat perhatian pada orang-orang sekitarnya, oleh sebab itu ia juga berusaha menjaga perasaan temannya itu.
Filix tersenyum dan mengangguk, "Terimakasih ya, Han, jawabannya. Aku dukung kamu kalo gitu," balas Filix dengan senyum manisnya.
"-tapi kalo kalian mau pacaran juga gapapa."
-
Rano baru saja menyelesaikan kegiatannya hari ini pukul sepuluh malam, cukup melelahkan. Tiba-tiba sebuah notif khusus muncul di ponselnya, dengan cepat ia buka notif yang berasal dari aplikasi pesan itu.
apiw
| kak, masih lama pulangnya?
ini mau pulang |
kenapa? mau nitip sesuatu? |
| engga
| yaudah, pulang sini
| gua mau tidur
iya ini baru mau jalan apiw |
biasanya tidur tinggal tidur |
| mau peluk
Demi apapun yang ada di sekitarnya sekarang, ingin rasanya Rano menghancurkan bumi dan seisinya terkecuali Hanafi alias pemuda itu lucu sekali. Rano tersenyum seperti orang gila di area parkiran sambil menggenggam ponselnya erat-erat, ia tendang batu tak bersalah, ia pukul udara yang tak kasat mata dan melakukan gerakan-gerakan aneh. Ya, bisa dibilang Rano salah tingkah sekarang.
"Jangan giniin gua, anjing!" serunya lalu mengetikkan balasan pesan untuk Hanafi.
iyaa bentar ya |
btw, udah dinner? |
| udah
| gua udah masakin lauk buat lu juga
| masih anget
Lagi, Rano kembali salah tingkah dan menendang angin. "Kalo ketemu gua cium abis-abisan lu, liat aja nanti." ucapnya entah pada siapa.
ok, gua pulang sekarang |
| iyaa, hati-hati
hati-hati doang? |
| mau apa?
sun |
| nanti aja kalo ketemu
di bibir boleh? |
| boleh
seriusan??? |
| boleh dipake dulu ga otak lu?
wkwk sialan |
Rano tertawa sendiri lagi dengan ponsel di genggamannya. Tak ingin membuang waktu lagi ia segera berlari ke arah motor yang ia pakai ke kampus dan menancapkan gas untuk segera pulang ke rumah. Tak sabar menemui sosok manis yang sudah menunggunya dengan pelukan dan ciuman sebagai sambutan.
-
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN US • MINSUNG
FanfictionKatanya taruhan, tapi kok ciuman? #1-straykids (14/04/25) #1-stay (29/11/24) #1-han jisung (03/12/24) #1-leeknow (19/01/25) #1-han (08/03/25) #1-lokal (30/04/25) written by; staylupminsung, 2024.
