Pukul sembilan malam di kostan Hanafi yang ditempati oleh dua orang itu kini cukup riuh dikarenakan Rano dan Hanafi tengah bermain game di ponsel masing-masing. Hanafi duduk bersandar di atas kasur sementara Rano duduk di kursi yang terletak di balkon kamar dengan sepuntung rokok yang ia apit di sela jarinya.
"Kak, lock hypernya! Biar gua ngelord." ujar si manis dengan tangan yang bergerak lincah di atas layar ponsel, Rano mengangguk dan segera menjalankan perintah Hanafi.
Lima jam sudah keduanya habiskan hanya untuk bermain game bersama, tidak lagi peduli dengan jam tidur seolah esok adalah hari libur. Setelahnya Hanafi bersorak senang kala mereka memenangkan permainan terakhir tersebut, dan Rano yang menaikkan volume ponselnya hingga suara dari tanda kemenangan pun memenuhi kamar disertai dengan selebrasi buatannya di balkon kamar membuat Hanafi tertawa renyah melihatnya.
"Banyak gaya kaya mvp aja, liat siapa yang mvp!" seru Hanafi di sela tawanya.
Rano mengangguk lambat mengiyakan kesombongan si manis, "Iya-iya tau, Hanafi yang mvp." balasnya membuat yang lebih muda tertawa senang. Ia lambaikan tangan memanggil Hanafi untuk mendekat ke arahnya, Hanafi menurut dan berjalan mendekat ke arah Rano. "Kenapa, Kak?" tanya yang lebih muda setelah ia berada di hadapan Rano.
Rano menginterupsi Hanafi untuk melihat ke atas, tepatnya pada langit malam yang cerah tanpa awan seperti malam-malam sebelumnya. "Langitnya lagi bagus, bintangnya keliatan semua." ujarnya. Hanafi menatap langit dengan manik yang berbinar melihat ribuan bintang yang menghiasi langit malam ini, lalu pandangannya beralih ke Rano, "Iya, bagus. Kok lu tau sih kak, kalo gua suka bintang?" tanya yang lebih muda.
"Lu bukannya punya highlight instagram khusus foto-foto bintang, ya?"
Hanafi mengangguk sembari ber-oh ria, ternyata Rano memperhatikannya hingga ke sana. Cukup mengejutkan karena ia pikir Rano hanya memperhatikannya di dunia nyata dan tidak peduli dengan apapun yang ia posting di media sosial. "Jangan kaget begitu, gua emang merhatiin lu dari a sampe z." ujar Rano seperti bisa membaca pikiran Hanafi.
Hanafi tertawa sebab tertangkap basah, rasanya sulit untuk tidak terlihat transparan di mata Rano, pikirannya terlalu mudah terbaca oleh yang lebih tua.
"Kok lu bisa suka bintang?" tanga Rano setelahnya. Hanafi nampak mengingat-ingat sejenak, "Gua lupa detailnya tapi dulu waktu sma gua pernah deketin satu cewe, dia suka bintang dan ngenalin banyak hal tentang luar angkasa ke gua, jadinya gua ikutan suka sampe sekarang. Pas kita udah suka hal yang sama, malah asing sampe sekarang." jawab Hanafi dengan tawa di akhir kalimatnya. Sedikit miris mengingat masa menengah atasnya kala itu, pertama kalinya ia menyukai seseorang dan berakhir tidak menyenangkan.
"Kok bisa?"
"Bukan gua yang dia mau."
Rano menatap lekat manik Hanafi yang kini masih berbinar melihat langit malam, sampai saat ini gadis itu masih meninggalkan sesuatu yang membuat Hanafi terus mengingatnya seperti bintang yang baru saja Hanafi ceritakan latar belakangnya. Rano jadi penasaran apakah Hanafi hanya menyukai bintang atau beserta si gadis yang mengenalkan bintang padanya?
"Lu masih suka sama cewe itu?" tanya Rano. Hanafi menggeleng cepat, "Engga lah, Kak. Kalo bukan gua yang dia mau buat apalagi gua sukain sampe sekarang? cukup jadiin pelajaran aja yang lalu-lalu mah." balasnya yakin. Rano mengangguk setuju, memang benar apa yang dikatakan Hanafi. Tidak ada gunanya hidup dan menetap di masa lalu terlebih lagi mengabadikan perasaan pada orang yang bahkan tidak menjadikanmu pilihannya.
"By the way Kak, coba lu liat ke sana." Hanafi menunjuk langit bagian barat disertai Rano yang mengikuti arah pandang si manis.
"Keliatan ga tiga bintang yang sejajar itu?" tanya si manis sembari menunjuk tiga buah bintang yang membentuk garis sejajar, Rano mengangguk dan menatap lekat bintang yang Hanafi tunjukkan padanya. Si manis tersenyum senang, "Tiga bintang itu tuh rasi bintang orion, dan tiga bintang yang sejajar itu disebut sebagai sabuk orion, namanya alnitak, alnilam, dan mintaka. Kalo lu bisa liat, bentuknya cantik banget tau, Kak." ujar si manis dengan binar di maniknya.
Rano tersenyum dan menoleh ke arah Hanafi, menggantikan pemandangan indah yang ia lihat tadi dengan sesuatu lain yang jauh lebih indah menurutnya. "Iya, cantik banget." balas Rano dengan senyum manisnya. Entah yang mana yang ia maksud cantik, entah itu bintang yang Hanafi kenalkan padanya atau sosok dengan manik secerah bintang itu.
"Lu ga mau foto bintangnya?" tanya Rano lagi. Si manis menggeleng lesu, "Udah banyak foto rasi orion di hp gua tapi ga ada satu pun yang bener-bener cantik buat di posting. Kamera gua rusak jadinya gabisa foto-foto bintang lagi." balasnya dengan bibir manyun. Rano tersenyum kecil lalu mengusak gemas surai panjang Hanafi, "Sebentar." ucapnya lalu masuk ke dalam kamar.
Tak lama ia keluar membawa sebuah kamera dan memberikannya pada di manis, "Buat lu." ucapnya. Hanafi menatap Rano tak percaya, diambilnya kamera tersebut, ia yakin ini adalah kamera mahal dengan kualitas dewa, dan Rano memberikan barang tersebut padanya dengan percuma? apa pria itu sudah gila?
"Kak? seriously?" tanya Hanafi.
"Iya, buat lu aja, udah lengkap sama kartu memorinya juga di dalem. Udah jarang gua pake karna ga tau mau motret apa, waktu itu juga belinya karna fomo haha."
Setelahnya Hanafi langsung menghamburkan tubuhnya ke dalam dekapan yang lebih tua, ia peluk erat kakak tingkatnya sambil mengucapkan banyak terimakasih dengan mata yang berkaca-kaca. "Kakak~ terimakasih." ucapnya dengan suara bergetar kecil. Melihat reaksi Hanafi yang terharu pun membuat Rano reflek tertawa gemas dan kembali menarik yang lebih muda ke dalam pelukannya dengan erat, "Hahaha.. kembali kasih yaa, Han. Dijaga baik-baik, udah jangan nangis gitu tar jelek." balasnya sembari mengusap bagian bawah mata Hanafi yang terlanjur basah.
Hanafi mengangguk, dengan antusias ia atur lensa kamera tersebut dan mengarahkannya pada rasi bintang orion untuk memotretnya. Hanafi pun terkagum saat melihat hasil jepretan kamera tersebut, ia menatap Rano dengan raut bahagianya, "Bagus banget, Kak!" serunya senang.
"Iya dong, eh-pinjem dulu bentar, gua juga pengen foto yang cantik-cantik."
Rano mengambil benda tersebut dari tangan yang lebih muda lalu segera mengarahkan lensanya pada si manis yang sedang tersenyum senang, "Ih, Kak! Belom siap, main jepret aja." protes Hanafi. Rano memperlihatkan hasil jepretannya di mana Hanafi sedang tersenyum cerah sembari melihat ke arahnya, benar-benar cantik.
"Cantik gini, tar kalo udah dipindahin kirim ke gua ya yang ini."
"Eh-buat apaan?"
"Mau gua simpen di dompet biar kalo mau foya-foya jadi keinget ada yang harus dinafkahin di rumah."
-
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN US • MINSUNG
FanfictionKatanya taruhan, tapi kok ciuman? #1-straykids (14/04/25) #1-stay (29/11/24) #1-han jisung (03/12/24) #1-leeknow (19/01/25) #1-han (08/03/25) #1-lokal (30/04/25) written by; staylupminsung, 2024.
