CHAPTER 3 | AULA CENTER POINT

113 12 0
                                    

Pada dasarnya, manusia memiliki kecenderungan untuk serakah. Jika diberikan satu lembah emas, mereka akan menginginkan lembah emas lainnya. Sifat serakah ini tidak akan pernah berhenti hingga kematian tiba.

Abyss memanfaatkan sifat dasar manusia ini untuk menciptakan generasi dengan kecerdasan yang jauh di atas rata-rata. Oleh karena itu, Abyss dikenal sebagai negeri para jenius, di mana hanya yang terkuat dan terpandai yang dapat bertahan.

Aula Center Point adalah jantung dari semua kegiatan di Abyss. Aula ini adalah tempat di mana para Selvian, dapat meningkatkan level dan mengumpulkan emas dengan menyelesaikan quest.

Jika seorang Selvian berhasil menyelesaikan quest, ia akan memperoleh kenaikan level dan emas sebagai mata uang untuk keberlangsungan hidup. Namun, setiap kegagalan memiliki konsekuensi berat yang bisa mengancam. Setiap harinya, ribuan Selvians mengikuti quest demi mencapai puncak kejayaan.

Dari luar, Aula Center Point terlihat seperti sebuah gembok raksasa berbentuk persegi yang megah dan kokoh. Bangunan ini terdiri dari tiga lantai dengan dinding berwarna perak yang berkilauan. Begitu memasuki aula, suasana ruangan terasa luas dan menakjubkan. Langit-langitnya tinggi, dihiasi lampu-lampu kristal, memancarkan cahaya lembut. Fasilitas modern memenuhi aula ini, termasuk meja-meja persegi panjang, terbuat dari layar kaca digital, menampilkan informasi dan instruksi penting yang dibutuhkan oleh Selvian.

Di tengah aula, terdapat empat pilar raksasa yang berdiri dengan kokoh, menopang atap bangunan, memberikan kesan stabilitas yang kuat. Pilar-pilar ini terbuat dari logam hitam dengan ukiran rumit. Di sekitar pilar-pilar tersebut, videotron besar tergantung, menampilkan daftar quest yang dapat diambil, sesuai dengan minat dan kemampuan.

Pada pukul 08.59, para Selvians berkumpul di Aula Center Point dengan antusiasme. Mereka berbisik dan berdiskusi, mempersiapkan diri untuk acara penyambutan istimewa.

Tepat pukul 09.00, alarm berbunyi nyaring, menandakan dimulainya acara penyambutan 100 ribu Selvian baru. Namun, seketika, semua lampu dan videotron di aula padam, ruangan dalam kegelapan yang pekat.

Dalam kegelapan itu, detik-detik terasa begitu panjang. Tiba-tiba, perlahan, layar-layar videotron mulai menyala kembali, memancarkan cahaya biru yang samar. Intro yang megah dan memukau mulai diputar, menampilkan animasi luar biasa dengan efek visual yang menghipnotis. Seluruh mata para Selvians terpaku pada layar, terpesona oleh keindahan yang disuguhkan.

Kemudian, dari langit-langit aula yang gelap, muncul sebuah cahaya terang yang mulai membentuk sesuatu. Cahaya tersebut semakin terang, membentuk siluet seekor burung Phoenix dengan sayap berkilauan dan ekor panjang yang menjulang indah. Burung Phoenix tersebut terbang mengitari aula dengan anggun, meninggalkan jejak cahaya pelangi di belakangnya. Para Selvians memandang dengan takjub, mereka sedang menyaksikan sebuah keajaiban.

Phoenix itu kemudian turun ke tengah aula dan perlahan berubah bentuk, dari seekor burung menjadi sosok perempuan yang mengenakan jubah berlogo Abyss, Mata Satu. Sosoknya tampak begitu anggun dan memancarkan wibawa. Ia memperkenalkan dirinya sebagai Syria, kecerdasan buatan yang bertanggung jawab mengelola seluruh teknologi di Abyss.

"Selamat datang, para generasi jenius," ucapnya dengan suara yang tenang.

"Aku Syria, kecerdasan buatan yang mengendalikan segala teknologi di Abyss. Tugasku, memastikan kalian semua mendapatkan pengalaman belajar yang unik dan tak terlupakan di negeri ini."

Syria menatap para Selvians dengan tatapan penuh arti, seolah-olah ingin menyampaikan pesan rahasia yang mendalam.

"Tingkatkan level kalian, berdirilah di puncak tertinggi, dan kalian akan menemukan rahasia dunia yang sesungguhnya."

ABYSS, NEW WORLD ORDERWhere stories live. Discover now