CHAPTER 52 | FINAL ARCANIUM PART 14

106 12 2
                                    

"Sepertinya, tidak bisa mengalahkanmu dengan cara yang biasa."

Zariyat mengangkat pedangnya tinggi, dan dari ujungnya api berkobar dahsyat, meledak ke udara dan menciptakan pilar api yang membumbung hingga langit. Api itu berputar, padat, dan membentuk sosok titan raksasa yang kini menyelimuti Zariyat. Titan itu menjulang, melampaui dinding-dinding labirin yang mengelilingi medan pertempuran, memancarkan energi, membuat udara bergetar.

Titan itu bergerak mengikuti setiap gerakan Zariyat, seolah terhubung dalam satu jiwa. Saat Zariyat mengangkat pedangnya, lengan titan yang raksasa juga terangkat, menciptakan hempasan angin panas, membakar segala sesuatu di sekitarnya.

REAKSI PARA SELVIAN DARI STREAMING

"Titan api itu tampak seperti monster yang keluar dari legenda." Wajah mereka terlihat serius.

"Seperti melihat gunung berapa yang hidup. Kobaran apinya benar-benar mengerikan."

"Rasanya, walau berjarak 1 km jauhnya. Panasnya akan terasa."

"Bagaimana caranya Enma akan menghadapi ini? Dia memang sangat kuat, tapi apakah mungkin bisa menghindari itu hanya dengan kekuatan fisik."

"Entahlah, aku tidak tau bagaimana akhir dari pertarungan ini. Tapi jika sekiranya kekuatan partikel synterium tidak dihapuskan, akan sangat mudah bagi Enma untuk menghindari serangan itu."

KEMBALI KE PULAU LIZI, ENMA VS ZARIYAT

Enma berdiri dengan tegak, matanya mengamati Zariyat. Panas menyengat dari titan yang menyala tidak membuatnya gentar. Ia menarik napas dalam, tubuhnya merendah dalam kuda-kuda kokoh, siap menerima serangan.

Zariyat mengayunkan pedangnya ke depan, diikuti oleh titan api yang bergerak sinkron. Pedang kolosal titan itu menyala dengan kobaran api, bergerak menghantam Enma dengan kekuatan luar biasa. Enma tidak bisa menghindar, pilihannya hanya satu, menghadapi kekuatan tersebut secara langsung. Dengan seluruh tenaga yang dimilikinya, ia menahan benturan pedang titan dengan pedangnya sendiri, menggertakkan gigi untuk melawan dorongan dahsyat itu.

Saat kedua pedang bertemu, bumi di bawah mereka tidak mampu menahan benturan. Bebatuan pecah dan retakan tanah menyebar dari titik benturan, merambat cepat melahap seluruh medan pertempuran. Suara gemuruh memenuhi udara, seakan bumi sendiri merintih menahan kekuatan luar biasa yang ditimpakan padanya.

Tubuh Enma bergetar hebat, kakinya terbenam dalam tanah yang retak karena kuatnya tekanan. Titan api itu mendorongnya dengan tenaga yang tiada tanding, sementara panas dari api yang menyala di sepanjang pedang titan membuat udara di sekitarnya mendidih. Kobaran api menjalar, melilit tubuh Enma, membuat pakaiannya terbakar.

Namun, pakaian Abyss yang dikenakan Enma memiliki daya tahan terhadap api. Meskipun panasnya hampir tak tertahankan, pakaian itu melindunginya dari terbakar habis. Panas menyengat menembus hingga ke kulitnya, tubuhnya terasa seperti dipanggang, tapi Enma tetap bertahan.

Dengan seluruh kekuatan yang tersisa, Enma mengeratkan genggamannya pada pedang, otot-ototnya menegang bagai kawat baja. Dengan fokus yang mendalam dan kekuatan yang terkumpul, ia mendorong maju dengan seluruh tenaganya, mendorong pedang titan dengan tekanan yang meningkat. Perlahan namun pasti, pedang kolosal titan mulai terdorong ke belakang hingga akhirnya terpental dengan keras, menciptakan momentum bagi Enma untuk melancarkan serangan balasan yang menentukan.

Saat Enma menyerang dan melihat kesempatan untuk mengakhiri semuanya dengan satu tebasan ke tubuh Zariyat, ia bergerak maju dengan sangat cepat, angin berdesing di sekelilingnya. Namun, tiba-tiba beberapa komandan dan kapten yang menyaksikan dari kejauhan dengan cepat untuk menyelamatkan Zariyat.

ABYSS, NEW WORLD ORDERWhere stories live. Discover now